/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
Swarna Dwipa merupakan satu dari tiga benua besar yang membentang di jagad Mayapada. Sebenarnya di benua tersebut terbagi atas 5 wilayah teritorial, namun hanya 4 wilayah yang dikuasai oleh Raja-Raja.
Dibagian utara dikuasai oleh DATUK PATUA LORE, Raja Kerajaan LORENA. Kerajaan LORENA menguasai wilayah pelabuhan sebagai pintu masuk utama kapal-kapal yang membawa barang dagang dari mancanegara. Karena itu Kerajaan tersebut dikenal sebagai penguasa lautan dengan armada laut yang tangguh.
Bagian barat merupakan wilayah gurun berpasir yang kering berdebu. Meski demikian wilayah Kerajaan AL-BARTA yang dipimpin oleh Raja OMAR ARBA itu tidak bisa dikatakan gersang.
Dengan banyaknya oase-oase bertebaran disana-sini menjadikan tanah disekitarnya subur dengan berbagai macam tanaman herbal dan buah unik gurun yang menjadi buah favorit para bangsawan di benua Swarna Dwipa, bahkan dikirim hingga ke kedua benua lainnya.
Selain itu wilayah AL-BARTA juga dikenal sebagai SWARGA MANIK yang berarti butiran batu sorga sebab banyak ditemukan batuan berharga di goa-goa perbukitan gurun.
Berbeda dari Kerajaan Utara, Barat, dan Timur yang dikuasai Raja, bagian tengah benua dipimpin oleh seorang wanita cantik bernama Ratu DELIA ASTA sebagai penguasa Kerajaan MEDILAN.
Karena berbatasan dengan tiga Kerajaan lainnya, otomatis MEDILAN yang mempunyai dataran luas dan lembah subur menjadi wilayah paling ramai dikunjungi di seluruh benua Swarna Dwipa. Pusat perniagaan, Pusat akademi, Pusat hiburan, Pusat pemerintahan, semua berada diwilayah ini.
Berbanding terbalik dengan Kerajaan MEDILAN, wilayah Timur yang sebagian besar tanahnya berupa pegunungan dan hutan bisa dikatakan jauh dari hiruk pikuk keramaian. Namun demikian justru suasana sejuk dan tenang sangat terasa di wilayah Kerajaan TIMORA yang dikuasai TENGKU BALMORA.
Karena tanah diseluruh wilayah Kerajaan ini sangat subur, tak heran jika Kerajaan TIMORA menjadi pemasok utama bahan pangan di seluruh benua Swarna Dwipa.
Disamping itu hutan di wilayah ini jarang ditemui binatang buas, sehingga binatang buruan yang biasa dikonsumsi manusia semacam Rusa, Babi Hutan, Ayam Hutan, Kelinci, bahkan kerbau liar semua berkembang pesat di hutan-hutan Kerajaan TIMORA.
Wilayah terakhir yang terletak dibagian selatan dikenal sebagai Tanah Kematian, SELATOR. Dimana tidak ada pemerintahan yang mampu menguasai wilayah itu. SELATOR terkenal akan struktur teritori alam yang tidak mudah ditaklukkan manusia. Sebagian besar berupa hutan perawan dengan banyak binatang buas, tanah berbatu, jurang dan tebing yang curam.
Dengan tidak adanya pemerintahan, tak heran jika tempat itu jadi tujuan utama para penjahat buronan kerajaan-kerajaan. Akibatnya berbagai macam tindakan kriminal, brutal, amoral, dan segala bentuk kejahatan tumbuh begitu subur.
SELATOR menjadi wilayah rebutan para bandit, perampok, dan para pelaku tindak kriminal karena memang tidak ada hukum di wilayah tersebut. Dengan berlakunya hukum rimba, dimana yang kuat memangsa yang lemah seiring berjalannya waktu pada akhirnya muncullah penguasa-penguasa di banyak area di Tanah Kematian, SELATOR.
Tampak di ufuk timur, sinar mentari masih malu malu menampakkan cahayanya. Bahkan rona merahnya masih belum mampu meluruhkan embun yang menetes dari ujung ujung daun. Sepi dan dinginnya suasana jelas membuat para suami enggan melepas kelonan mereka dari kehangatan tubuh istrinya.
/0/20214/coverorgin.jpg?v=c3d6b8f81b1feb5ca646d1b15f7eee6f&imageMogr2/format/webp)