Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
2517 GALAXY

2517 GALAXY

Xerin

5.0
Komentar
9
Penayangan
9
Bab

Nagisa Lilith tidak menyangka sama sekali bila bus yang mengantar mereka untuk wisata sekolah membawa mereka pada sebuah kecelakaan yang sangat aneh. Saat berada di jalan utama portal hitam tua membawa mereka menuju dimensi lain. Tidak hanya itu, semua teman-teman terpisah. Andromeda yang mulia, sebuah galaksi terhormat bagi para bangsawan. Berpuluh tahun yang lalu muncul portal hitam pada Galaksi Andromeda.Tidak seperti lubang hitam yang diduga sebagai ruang hampa udara, nyatanya portal tersebut digunakan seorang buronan galaksi untuk melarikan diri sampai ke Galaksi Bima Sakti. Berpuluh tahun berlalu sampai akhirnya Dewan Keamanan Galaksi menyadari bahwa Zoro telah melarikan diri dengan memberikan sogokan pada kepolisian galaksi. Pencarian Zoro jelas dilanjutkan, hidup atau mati, Zoro harus diemukan! Hukuman telah dijatuhkan!

Bab 1 Awal

Ia adalah Wuchen sang panglima perang. Dengan gagah berani, ia datang dengan sebuah laporan. Itu sudah pasti sebuah berita yang bagus. Menemui Andromeda Yang Mulia dengan berita buruk hanya akan membawa mereka pada kebinasaan.

"Lapor, Yang Mulia. Kami sudah menemukan keberadaan si penghianat dengan benar. Kali ini, kami sangat yakin bisa menangkapnya."

"Bagus. Laksanakan tugasmu dan berikan hasil yang memuaskan untukku! Sudah terlalu lama kita terkecoh dengan satu orang. Ini sungguh keterlaluan!!" Nyala api di sekitar tubuhnya masih terus meluap menandakan amarah yang belum bisa padam. "Dewan Keamanan Galaksi sudah mengecewakanku. Kali ini, aku serahkan misi ini padamu."

"Baik, Yang Mulia."

Jelas, Sang Andromeda merasa kesal dengan pekerjaan para Dewan Keamanan Galaksi. Bukan tidak mungkin bila mereka memiliki jaringan yang bisa membantu pelarian Zoro sampai bertahun-tahun.

"Pastikan abad ini kalian berhasil menemukannya atau ... aku akan membuang kalian pada lubang hitam!"

Tak tertahankan lagi bagaimana amarah seorang penguasa galaksi. Tidak ada yang bisa menandingi bila sang penguasa sudah marah seperti itu. Perintah resmi telah dikeluarkan lagi, semua pasukan mulai berpencar ke seluruh galaksi dan mulai mencari keberadaan Zoro.

***

"Ah, ini sangat menyebalkan kenapa sih aku juga harus ikut dalam perjalanan wisata ini? Tak bisakah aku hanya tenang saja di rumah dan menikmati masa liburanku dengan tenang?!"

Tidak ada yang suka bila masa liburan yang damai masih harus berurusan dengan teman-teman satu kelas. Apalagi untuk seorang Nagisa yang introvert. Kedamaian di dalam kamar tanpa diganggu oleh siapapun adalah kesenangan dan surga tersendiri.

Nagisa hanya bisa mengomel sembari memasukan pakaian ganti dalam tasnya. Sebenarnya, tidak ada pemberitahuan tentang itu. Ia hanya sedang berjaga-jaga saja. Sudah pasti ada beberapa siswa yang 'sedikit' lebih nakal untuk membuatnya basah.

"Duh ... sudah pasti mereka akan membuatku terpaksa menjadi basah kalau seperti ini. Kenapa juga harus ke pantai, sih? Menjengkelkan sekali!"

Lagi dan lagi, mulut gadis itu terus mengeluarkan kata-kata yang tak senang. Sampai-sampai, ia tak menyadari bila seseorang sedang memperhatikannya sedari tadi.

"Mau sampai kapan kamu mengeluh terus, heh?! Cepatlah berkemas! Ibu heran, sedari tadi ... hanya suaramu saja yang kedengaran tetapi tidak ada tindakan yang selesai. Sebenarnya niat mau pergi enggak, sih?"

Wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu gadis itu terus berceloteh.

Alih-alih mendengarkan, Nagisa memilih untuk menggunakan headset di telinganya. Ia melanjutkan untuk berkemas sebelum akhirnya menuju ke sekolah. Di sana, bis yang akan membawa mereka sudah menunggu.

"Oi! Nagisa!"

"Cih, seperti biasa, Rendi dengan segala semangatnya kalau tentang karyawisata sekolah. Ugh! Ada ya, orang yang suka membuang waktu luang dengan panas-panasan?" batin gadis itu. Ekspresi wajahnya sangat datar, tidak memperlihatkan sedang kesal ataupun senang.

"Nagisa, duduklah di sampingku. Akan lebih aman seperti itu ...."

Sesaat setelah Rendi mengatakannya, gadis itu lebih memilih pura-pura tertidur saja.

"Ini akan menjadi sebuah perjalanan yang sangat panjang. Mungkin kamu memang sangat lelah. Tidurlah ...."

Itu adalah kalimat terakhir yang ia dengar sampai akhirnya ia mendengar suara teman-temannya satu per satu menghilang dari sana. Bahkan, ocehan Rendi juga menghilang. Nagisa menjadi sedikit takut. Apa dia benar-benar tertidur dalam kepura-puraan? Ataukah sudah terjadi sesuatu selama perjalanan sampai seperti ini?

Tangan Nagisa mencoba meraih seseorang di sampingnya. Kosong! Pikiran sudah mulai tidak karuan. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk membuka mata dan menemukan bila hanya dia seorang di sana.

Deg!

Deg!

Deg!

Dalam kesunyian itu, jantungnya bahkan terasa berdebar jauh lebih kencang. Ini terlalu menakutkan. Tidak ada siapapun di sana. Lebih lagi, ia merasakan pusing karena menyadri bila bis tadi sudah melayang entah mengapa. Mata Nagisa menyaksikan semua itu. Sebuah pemandangan yang mengagumkan sekaligus mengerikan.

"A-aku ... di ... di ... mana?" tanyanya dengan bibir gemetar.

Lebih lagi matanya tak bisa berbohong. Sosok pemuda tampan yang muncul di depannya kini sama sekali bukanlah orang baru. Ia mengenal pemuda itu, hanya saja untuk memastikan apakah benar itu adalah orang yang dimaksudkan rasanya terlalu indah untuk dilihat. Seingatnya, sosok itu hanyalah lelaki cupu yang sangat cerewet. Mengapa tiba-tiba saja bisa berubah menjadi pemuda yang kekar? Ini sangat tidak mungkin! Nagisa tak bisa mempercayai semua ini.

"Ah, halusinasi ini terlalu indah. Hahaha! Masa sih, Rendi berubah menjadi gagah seperti itu? Hiahaha! Aku tidak bisa mempercayai semua ini!

"Oi, aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan, Nagisa."

Bukan hanya penampilan Rendi yang berubah 180 derajat. Suara pemuda itu juga jauh lebih berat. Jelas sekali bila semua ini hanyalah sebuah ilusi. Namun, satu hal yang membuat Nagisa kembali menjadi khawatir ialah, bagaimaimana pemuda itu tahu tentang namanya? Ini semakin tidak masuk akal!

"Nagisa, bersiaplah ... petualangan kita akan segera dimulai-"

"Omong kosong macam apa ini?! Petualangan macam apa maksudmu?! Jangan bercanda dalam mimpi!"

Gadis itu langsung menutup mata kuat-kuat dan membukanya kembali.

Ini hanya mimpi!

Ini hanyalah sebuah mimpi!

'Katakanlah bila semua ini hanyalah mimpi!'

Ia berkali-kali melakukan itu, berharap saat membuka mata semua kembali ke sedia kala. Sayang, semua ini memang bukanlah hanya sebuah mimpi. Nagisa mau tak mau harus menerima semua ini.

"Ya ... kita sedang berada di dunia ... nyata ...."

"Apanya yang nyata? Jelas ini hanyalah halusinasi. Aku akan kembali bangun dari semua ini? Ataukah ini semacam genjutsu di dunia ninja?"

"Jangan bodoh!"

"Betewe ... kamu siapa?" tanya Nagisa. Masih sangat sulit bila pemuda itu adalah Rendi si cupu.

"Jangan membuatku tertawa, Nagisa. Setelah satu tahun di kelas yang sama. Kau masih tak mengenalku. Aku Rendi. Ah, tidak ... namaku adalah Alexiz Xaverius."

Alih-alih menjadi terkagum, Nagisa malah menertawakan pemuda itu. Nama yang dikatakannya terlalu bagus.

"Huahaha! Rendi! Berhentilah membuatku tertawa! A ... Alexiz? Hihihi ...."

Pemuda itu menjadi kesal. Memang penyamarannya selama ini sempurna. Siapa yang menyangka bahkan setelah satu tahun tidak ada yang mencurigainya. Namun, pada akhirnya ia harus mengungkapkan identitasnya. Wali kelas mereka selama ini adalah buronan galaxi sudah mengetahui penyamarannya. Itu jugalah alasan mengapa mereka bisa berpindah ke tempat ini.

"Nagisa, ketahuilah kalau situasi sekarang ini sama sekali bukanlah sebuah candaan. Ah, tertawalah dengan puas sampai kamu tak bisa lagi melakukannya."

Dingin dan juga tegas. Nagisa bisa merasakan bila semua yang dikatakan oleh Alexiz atau Rendi itu sangat serius.

"Tapi ... kenapa?"

"Nagisa awas!!"

Tubuh Nagisa kaku. Ia sama sekali tidak bisa bergerak dan kebingungan. Apa pula yang diucapkan oleh Rendi tadi?

Dalam sekejap, Alexiz sudah membawa Nagisa dalam pelukannya.

"Hampir saja."

Slash!!

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Xerin

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku