icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Misteri Masalembo (Crash Landing)

Misteri Masalembo (Crash Landing)

Penulis: MORA
icon

Bab 1 Part-1: Gadis Mata Biru

Jumlah Kata:3210    |    Dirilis Pada: 22/05/2022

rya yang bobok semalaman kini terbangun dari peraduannya yang panjang, memancarkan warna ungu ke-kuning-kuningan yang me

uk lirik irama yang menyejukkan hati. Gravitasi matahari dan rembulan menimbulkan aliran air pasang surut yang terus bersirkulasi tak henti-henti. Ind

ada hambanya. Ketika bumi selalu dihiasi dengan kesesatan dan kemunafikan. Di mana kemaksiatan, tumpukan dus

mai dan indah perlahan berlalu, kemudian berubah jadi petaka, sebegitu cepatnya. Alam pun ikut berubah seiring bergantinya wa

*

r si burung besi Hercules lockheed C-130 dalam sebuah misi kemanusiaan mengangkut obat-obatan dan bahan makanan untuk korban bencana alam ak

. Kedua bola matanya melotot plonga-plongo lihat sana

mungkin pressure drop?” Pertanyaan itu terlontar dari mulut Letnan-dua s

t Hercules Lockheed C-130 itu juga merasakan adanya sentakan. Namun pilot termuda dengan pang

ahut Adam memelototi instrumen-i

kecepatan Kapten.” Sukhairi sontak panik setelah mendengar. Letnan itu ikut

” Sentak Sukhairi g

dari ‘air speed allert incicator pesawat. Sukhairi yang mengetahuinya gempar. Sampai-sampai dia mengetok-ngetok display indikasi kecepatan pesawat ‘speed allert

h. “Oh my god...., oh my god...., oh my god....!” Ucap

pesawat seperti itu tak biasanya terjadi. Berkemungkinan suhu di luar pesawat begitu dingin hingga menyebabkan ‘icing’ atau peng-es-an yang menyumbat ‘pitot tube,’ sebuah sensor luar yang tertan

ikan angka-angka digital yang tertera di sana perlahan berkuran

d drop Kapten....!” Teri

ikannya. Perwira muda itu mengintip ke sisi bahagian kiri pesawat melalui

i. Suaranya masih terdengar datar mengetahui kedua mesin p

l Kep.” Sukhairi menyela setelah dia memp

nots, aman Kep.” Ucap Sukha

nstant....!” Sambut Ada

masih terpantau stabil di 310 knot, atau 592 kilometer per jam. Tujuh sirip ‘propeller’ pada masing-masing m

jar Letnan itu. Lega-lega ngeri jantung Sukhairi menyaksikan dua propeller atau baling-baling yang tergantung di s

py.’ Adam menga

i atas permukaan laut. Tepat seratus mil timur laut jauhnya dari kepulauan Masalembo. Masih sekitar 175 mil laut atau 314 kilometer lagi menuju landasan pacu terdekat

en Adam dengan bandara pengawas setempat mem

el si one three zero, our two engines is

er one seven five miles from run way, we

*

berapa detik. Tak lama kemudian, secuil lagi sentakan kembali dirasakan dalam kokpit. Dengungan mesi

letuk lagi. Kemudian dia gigit-gigit jari

n lagi Kep, di dua p

lihat tuh sekarang

Kep, mudah-mudaha

in kita masih

pasitas penuhnya. “Fuel di tujuh puluh persen Letnan, tak ada masalah, tapi paling tidak kita b

wat terpantau menurun lagi. Indikator kecepatan pesawat menunjukkan adan

agi Kapten....!” Sukha

apten, apakah kit

nan, taha

g terjadi di depan pesawat begitu mencengangkan. Warna merah terlihat

diri. Perwira itu mengatur keseimbangan antara tarikan nafas dan he

u tak pernah diundang. Tumpukan-tumpukan acak berwarna merah mirip ceceran darah menghiasi layar radar. Sebagian terlihat bergerak menyebar, sebagian warn

in ini bisa terjadi dengan tiba

khairi menyela. Dia ikut menden

kin menyebar.” Tunjuk Adam pada display monitor cuaca. Badai kentara sekali terlihat menghadang mereka beberapa m

r di sana. Kulit jidatnya langsung berkerut lima setelah dia mengetahuinya. “Ya Tuhan, badai…

baran awan-awan badai itu cukup luas. Jika terpaksa harus memilih menghindar, maka pesawat akan berputar terlalu jauh. Dengan kondisi kehilangan dua mesin pendorong ‘propeller’ sekaligus, kekuatan daya doron

ma puluh mil menjelang pantai.” Je

gkin lebih aman Kep.” Usul Sukhairi b

ungkinkan, lihat….! masih terus drop, seper

ta terob

isk, energi yang terkump

cy landing ap

memungkinkan, kita cari pertimbangan lain

ar-benar

dulu, kita coba temukan jalur denga

erapa bagian dia ‘zoom’ diperbesar beberapa kali agar dapat menganalisa lebih jelas. Ada beberapa bagian

epan sana, itu mungk

ihat indikasi warnanya, rute

memutar. Lihat warna merah yang ada di depannya ma

at kawin Kep, bagaimana nasib ku ini nanti....?” Suara

n itu Let!” Tunjuk Adam pada tumpukan dua awan

lagi aku Kep!” Sukhairi meng

ati Let.?” Ad

Kep....!” Sukhai

ya belum kawin?” Ada

tidak akan meninggalkan seorang janda!

embesarkan matanya meliha

*

rapa lokasi. Sebahagian terdeteksi meluas begitu cepat, namun ada juga terliha

mendekat satu sama lain, sekitar 11 mil laut jaraknya dari pesawat. Jika pesawat berhasil melewa

k dan itu lebih aman.” Tunjuk Adam pada celah kosong yang terdeteksi di layar radar. “Kelihatannya mengambil rute

saja, masih sebelas mi

derajat ke kiri memilih rute terbang di antara dua kumpulan awan bad

*

ilat berliku-liku tampak berhamburan, tersembur berkali-kali dari gumpalan-gumpalan awan hitam yang menakutkan. Bunyi dent

terlonjak. Kedua bola matanya terbelala

*

at di depan pesawat. Lalu disambut oleh suara dentuman yang leb

nga, luar biasa getarannya terasa. Bayangkan...., jin dan kuntilanak yang lagi bobok siang saja ikut t

rus saja menghadang. Adam dan Sukhairi tetap maju

Air sp

“250

Altitu

ekarang di leve

am memberi aba-aba bersiap-siap

ura….! huuh....!” Pekik Sukhairi mengep

ncangan, janga

copy Ke

s getting

Siap K

angat besar, sekitar enam mil lagi jaraknya dari pesawat. Detik-detik

suki celah hutan buas di malam nan gelap. Kemudian menyusup pelan me

alah, apalagi sampai berbuat lengah, jika mereka tiba-tiba saja terjaga, seketika itu juga mereka akan menerkam. Se

*

janjikan kematian. Sisa dua mesin baling-baling ‘turbo proppeler’ tertatih-tatih meraung kepayahan menantang angin kencang d

n kanan pesawat kini terjaga. Sekonyong-konyong mereka langsung menyergap. Seperti sergapan halilintar yang terlihat berlompatan dari salah satu sisi gumpalan a

erian. Napas seolah-olah tertahan di kerongkongan. Kedua perwira muda itu membisu dalam pen

i tembakan sporadis terlihat jelas meleset tepat di depan pesawat. S

kan hanya sekali dua kali terjadi, tapi berkali-kali. Cahaya kilat bak peluru panas simpang siur mele

hat ada perang di depan….! kita tertembak.”

listrik ringan, all is under control,

a terlihat indikasi ker

clear, sem

nya makin

i pesawat akan keluar dari tumpukan a

0 akhirnya terbebas dari perangkap yang mematikan. Dua kubu tumpukan aw

sap dada. Kepalanya kemudian melongok kiri kanan menyaksikan

*

ilang serta-merta. Kekagetan yang lebi

ng menimpa pesawat Hecules Lockheed C-130 itu. Di penghujung badai, dengan tak terduga pesawat itu di hadiahi sebuah serudukan ‘cross-

terjerembab. Kemiringan pesawat secara berlebihan hingga melampaui ambang batas yang diizinkan telah memicu tak memadainy

espon dengan cepat. Lampu warna seketika menyala, lalu berkedip-kedip diikuti

pesawat di seruduk setan....!” Sukhairi yang

erjebak” Adam ikut berteriak tak mendu

tude allert aktif….!” Su

dak....! pertahankan ketinggian....!” Pekik Adam dengan mata terbelalak. “Pert

ukhairi yang mendengar

rus terperosok ke bawah. Semampu yang dia bisa, Perwira itu menarik stick kemudi ke arahnya berharap sirip-sirip elevator

*

berjuang, badai yang lebih garang tiba-tiba saja kembali menghadang. Belum sempat jantung Sukhairi yang mencak-mencak itu adem, dia menyaksikan l

atas permukaan laut dalam keadaan gelap tertutup kumpulan kabut hita

khairi bersorak terbelalak. “Ada sebuah pulau hantu Kep,

kut terbelalak diserang kekagetan menyaksikan suat

wat itu benar-benar menyeramkan. Selama menjadi seorang pilot di angkatan udara, baru kali ini Adam men

la mata perwira itu seketika tersengat melihat, kulit jidat ikut b

engan kepala. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi, badai yang sebeg

a orang perwira itu dengan sigap membelokkan pesawat agar terhindar dari jebakan

is stuck....!” Ad

erjadi ini Kapten....!” S

im....! Allahuakbar....!”

pten....!” Lagi-lagi

gagal melakukan rolling untuk menghindar. Rudder yang ada pada trailling edge vertical stabilizer di bahagian ekor pes

pai awan badai cumulonimbus itu tiba-tiba saja berubah bentuk. Sepertinya terjadi suatu pusaran angin yang besar menerpa kabut asap itu hingga membentuk lengkungan yang sangat besar ka

30 itu seolah-olah terjebak dalam sebuah mangkok raksasa berwarna hitam. Mirip gambar sebuah tangan dengan kelima jari mencengkeram ke b

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Part-1: Gadis Mata Biru2 Bab 2 Part-2: Pengorbanan Seorang Perwira3 Bab 3 Part-3: Don't Call Me Mam4 Bab 4 Part-4: What is Your Flight Number.... 5 Bab 5 Part-5: Mimpi Seram6 Bab 6 Part-6: Sambaran Misterius7 Bab 7 Part-7: Makhluk Berwajah Gosong8 Bab 8 Part-8: Jin laut Pembawa Pesan 9 Bab 9 Part-9: Bayangan Sesosok Tentara10 Bab 10 Part-10: Kursi Nomor – 1311 Bab 11 Part-11: Kuntilanak Berambut Panjang12 Bab 12 Part-12: Rantai Cumulonimbus13 Bab 13 Part-13: Kanal Halilintar14 Bab 14 Part-14: Cockpit Chaos15 Bab 15 Part-15: Kabin Yang Terhempas16 Bab 16 Part-16: Menembus 1.600 Feet 17 Bab 17 Part-17: Objek Misterius 18 Bab 18 Part-18: Fenomena Black Hole19 Bab 19 Part-19: I’m So Scared20 Bab 20 Part-20: Karbon Monoksida 21 Bab 21 Part-21: We Can’t Make It22 Bab 22 Part-22: Jejak Virtual Yang Melengkung23 Bab 23 Part-23: Teror Arwah Gentayangan24 Bab 24 Part-24: Alam Bawah Sadar-1 (Pulau Gersang)25 Bab 25 Part-25: Alam Bawah Sadar-2 (Hantu Pocong)26 Bab 26 Part-26: Raga Yang Terjerembab 27 Bab 27 Part-27: Pukul Berapakah Sekarang.... 28 Bab 28 Part-28: Waktu Yang Membeku29 Bab 29 Part-29: Jasad Yang Lenyap30 Bab 30 Part-30: Wajah Kusam Seorang Pramugari31 Bab 31 Part-31: Lelaki Yang Tak Bernyawa32 Bab 32 Part-32: And.... That Storm, Where Are They Now.. 33 Bab 33 Part-33: Bom Udara - Killer-Cloud34 Bab 34 Part-34: Bagai Tujuh Warna Pelangi35 Bab 35 Part-35: Radar Screen 36 Bab 36 Part-36: Ditabok Bini Muda37 Bab 37 Part-37: A Sweet Touch38 Bab 38 Part-38: Radar T.C.A.S39 Bab 39 Part-39: Descend To 20.000 Feet40 Bab 40 Part-40: Are We Going To Crash 41 Bab 41 Part-41: Siluman P-47 Thunderbolt 42 Bab 42 Part-42: B-25 Mitchell : A Ghost Plane43 Bab 43 Part-43: Mayday... Mayday... Mayday...44 Bab 44 Part-44: Frekwensi Radio45 Bab 45 Part-45: Menembus Normandia46 Bab 46 Part-46: Terjerembab Dalam Perang Dunia Ke Dua47 Bab 47 Part-47: Teror Makhluk Siluman48 Bab 48 Part-48: Tubuh Membara Seorang Perwira49 Bab 49 Part-49: Asap Yang Tersisa50 Bab 50 Part-50: Keresahan Dalam Pesawat