Pernikahan Kontrak CEO
akin memburuk. Hari ini adalah hari terakhir kamu bekerja di sini dan untuk gaji bulan ini akan segera saya k
ngga sang atasan berani memecatku? Karena masih belum terima dengan perkataan atasanku baru saja, aku pun tidak keluar dari
saya seperti apa hingga Bapak sampai
kan ke dalam perusahaan ini. Aku pun sangat setia kepada perusahaan ini dan tidak memiliki pikiran sama sekali untu
ni kamu selalu datang terlambat dan tugas yang diberikan kep
n ini aku selalu terlambat berangkat ke kantor karena bangun siang dan sering terlambat mengirimkan tugas kantor karena aku lupa. Aku merutu
sa berguna di kehidupan selanjutnya. Kalau begitu saya izin keluar. Selamat siang," ucapku kemudian segera berjalan keluar dari rua
up tua bukan. Kebanyakan dari teman-temanku yang berusia sama denganku sudah menikah dan mempunyai anak. Namun, aku tidak s
at. Aku juga berada di mobil yang sama dengan mereka tetapi Tuhan telah menyelamatkanku. Hingga sampai saat ini, aku berusaha membiayai hidupku se
engomel dan membantah apa pun. Mungkin sudah seharusnya aku mencari perusahaan lain yang akan menerima diriku. Semua kenan
si Bos?" tanya Erika, salah satu rekan kantor yang
Aku pun berjalan menuju ke meja milikku dan seger
rak Erika kaget sehingga membuat beberapa kary
tuk diam. "Nanti aku ceritain lewat telepon, ya. Se
takkannya di box yang sudah disediakan. Beberapa karyawan yang berada di ruangan melirik ke arah mejaku. Mereka pasti sudah menduga jika
ah selesai. Meja kantor yang biasanya terlihat berantakan dengan banyak kertas berserakan serta bungkus makanan yang belum dib
ak dibawa, Ra?
ana. Hitung-hitung sebagai kenang-kenangan
mu, Ra. Nanti yang setiap hari bakal temanin aku
cari pacar baru biar ada yang temanin kamu makan
ja nih, ya," tukas Erika sebal. Aku hany
iap hari aku dan Erika selalu makan berdua di kantin. Orang-orang kantor pun sudah hafal dengan kami berdua. Jika di sana
k ingin berlama-lama lagi di sini agar kenangan yang indah tidak terus menerus muncul di pikiranku. Namun, sebelum itu aku memutuskan
li. Ya, aku menyuruh Erika untuk membeli beberapa bingkisan ketika aku sedang mengemasi barang-barangku
a di perusahaan yang lebih besar, Clara," ujar
ata masih ada orang yang peduli denganku. "Terima kasih,
segera beranjak menuju ke parkiran. Terdapat beberapa security yang membantuku untuk membawakan beberapa box menuju ke mobi
sampai apart langsung tel
ang tadi membantuku membawakan barang-barang. "Terima kasih, ya, Pak,
tugas kami di sini saling membant
h menolongku hari ini. "Ini ada bingkisan kecil untuk Bapak. Hitung-hitung se
a. Tapi saya terima deh sebagai kenang-kenangan t
u seperti aku akan pergi selamanya, padahal aku hanya dipecat dari perusahaan. Setelah selesai bekerja nanti, Erika berjanji
*
tu adalah Adam. Seorang pria yang sudah menemani hidupku yang tadinya suram menjadi lebih berwarna dalam waktu d
r. Aku membawa pesanan milik Adam dan juga sebaliknya. Sebenarnya hal itu hanyalah masalah sepele dan aku tidak te
od day, tapi kalau kamu minum americano punyaku pasti h
hanya sekadar untuk mengobrol dan mengopi bersama. Ternyata usia Adam dua tahun lebih tua dariku tetapi dia menyuruhku untuk memanggilnya ta
merelakan bahunya sebagai sandaran untukku. Ialah orang pertama yang memberikan tisu ketika aku meneteskan air mata. Bagiku, Adam
sangat tepat karena saat ini aku pun sedang membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ceritaku. Adam tentu belum me
di sana. Dengan energi yang tersisa, aku beranjak dari ranjang kasur menuju ke kamar mandi untuk segera membersih
anganku langsung menangkap di mana keberadaan Adam. Sebuah spot tempat duduk favorit kami berdua, yaitu yang be
ma, ya?" ujarku sesa
adiranku. Pria itu tersenyum dan menggeleng, "Eng
ya kamu ajakin ketemuan sore-sore gini. Ada ap
au aku omongin ke k
Kebetulan banget," timpalku dengan semangat walaupun sebenarnya
, Ra," ucap Adam sedikit terkejut. Aku bisa mer
sa. Kamu duluan yang ngomong dong 'kan
tukas Ada
ika menjadi sunyi dan hening. Hanya ada suara bising yang timbul dari orang-orang di sekitar kami yang juga berada di
kita cukup sampai