The hot chef and me
tiga bulan kebelakang. Jena menoleh ke arah pintu dengan muka jengah serta tang
a sudah potong-potong dan dimasukan ke dalam mika kedap udara untuk menjaga kesegarannya supaya tidak
Reese duduk di meja makan sambil men
awab Jena sambil membenamkan wajahnya diantara dua lutu
menggeser tempat duduknya supaya dekat denga
a sesenggukan. Reese tau bagaimana Jena membangun café yang sebelum
mberitahu kedua o
g tidak becus mengelolanya. Aku begitu bodoh,
pas menyebutnya, bagusnya, mmm.. oh, si
se mengalihkan pembicaraan, supaya Jena tidak terlalu bersedih. Setidaknya pundi-pund
ng baru ia makan sedikit. "Jadi... kita me
tidak masalah, kan? Aku harus p
emakan sarapannya. Ia juga tidak suka membuang
*
h menandatangani surat penyegelan da
oran yang akan ia review, lalu memendamkan w
ef. Lalu ini salad resep otentik restaurant kami," pelayan meletakan pesanan diatas meja. Jena m
makanan yang ada dihadapannya, ia mengernyitkan kening lalu berdecih.
megang pisau dan garpu lalu mulai membuka kentang yang diatasnya terdapat lelehan keju mozarela dan cedar cheese. Ia mendengkus kesal lagi. Lalu melirik ke arah dapur. Ia menggelengkan kepala seraya membelah kentang lalu dengan p
r ruangan restaurant, makanan, minuman, service dan banyak hal. Restaurant bergaya eropa modern de
rang berdiri di sudut ruangan sambil berbicara dengan seorang karyawan. Mengenakan jaket Chef berwarna
karena sosok yang sedang ia amati justru balik menatapnya
asan dan akan di masukan ke akun media sosial khusus miliknya. Selain penulis artikel lepa
kenal, namun sayang, uang yang dihasilkannya masih tak men
kan dan mereview makanan dari restoran itu. Ia b
ap Jena masih berdiri di depan meja kasir
tas piring. Hanya untuk menu yang tadiku pesan, hah ... sudahlah, suruh
i dan pemilik restoran itu. Drew Sebastian. Terkenal sempurna dan
w menoleh, ia terkejut karena konsumennya tak menghabiskan makanan yang di pe
riak Drew marah. Semua berhenti bekerja. Menoleh ser
ara dengan konsumen yang memesan makanan tersebut. Drew berjalan keluar da
alan ke dalam dapur dan terus memikirkan
*
i apartemen dengan biaya murah untuk tempat tinggalnya, t
awasan central park, ia mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan. "
è dan mengembalikan uang kedua orang tuaku yang ku pinjam sebagai modal membangun
uman dingin yang tampak begitu bersemangat, usia
ena ke gambar yang menunjukan m
ang suami. Wanita di sebelahnya duduk dan ters
ng kau kerjakan?" tanya w
.. murah." Jena menunduk. Ia lalu menerima minuman pesanan dan menci
temen seperti apa yang kau bu
us melihat lokasinya juga, Tuan ..., Nyonya, baru aku bisa hi
kita kosong, Sayang?" Pria itu menat
walau tak sebagus lokasi lain, tapi, lingkungan bers
IN
guk cepat seraya menanyakan alamat yang di maksud. Dan, hari Jen