Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
IZINKANLAH AKU MENCINTAIMU

IZINKANLAH AKU MENCINTAIMU

NawankWulan

5.0
Komentar
13K
Penayangan
50
Bab

Gaza seorang laki-laki tampan, mapan dan pintar itu menjatuhkan talaknya pada Rania tepat di malam pertama pernikahan mereka, gara-gara kiriman sebuah video syur dari sahabatnya. Rania bersumpah tak melakukan itu, tapi Gaza tak peduli. Dia tetap menalak Rania hingga akhirnya Azka-- saudara kembar Gaza yang tak terlalu pintar, sederhana dan tak pernah dianggap oleh keluarga itu pun ikut turun tangan. Azka menikahi Rania dan mengajaknya hidup sederhana. Ummi dan Ibu sangat khawatir saat Rania menerima lamaran Azka. Kedua orang tua itu takut Azka tak bisa membahagiakan Rania karena Azka jauh berbeda dengan Gaza soal kemapanan. Bagaimana kisah cinta Rania - Azka selanjutnya? Apakah dia tetap bertahan dengan Azka dengan kesederhaan atau justru kembali pada Gaza yang kembali datang menawarkan cinta?

Bab 1 Talak di Malam Pertama

IZINKANLAH AKU MENCINTAIMU

"Aku talak kamu, Rania! Ayo keluar sekarang. Biar keluarga kita menjadi saksi talakku ini!" ucap Mas Gaza begitu ketus saat aku baru saja melipat mukena. Hatiku berdebar tak karuan mendengar ucapannya.

Apakah detik ini aku sedang bermimpi? Mengapa tiba-tiba Mas Gaza menjatuhkan talaknya padaku, padahal baru tadi pagi dia mengucapkan qabul itu? Apa yang membuatnya berubah sedrastis ini?

Seharusnya, malam pertama adalah malam yang membahagiakan bagi setiap pengantin, siapa pun itu. Malam penuh warna atas bersatunya dua hati yang saling mencintai. Apalagi pernikahan ini bukanlah pernikahan akibat sebuah perjodohan, melainkan pernikahan atas dasar cinta, suka sama suka dan komitmen untuk saling mengisi dan menjaga. Sebuah mimpi bersama demi menjalankan separuh agama yang diridhoiNya.

Tapi apa daya, malam ini justru menjadi malam terburuk dalam hidupku. Malam kelam yang bahkan sekadar membayangkannya saja aku tak mampu. Aku sendiri tak paham kenapa Mas Gaza tiba-tiba begitu jijik menatapku. Dia bahkan menamparku dua kali tanpa kutahu penyebabnya.

Air mataku membanjiri pipi. Sesak ini semakin menjadi apalagi saat Mas Gaza dengan tega mempermalukan aku di depan banyak orang, di hadapan keluarga besar kami yang masih asyik bercengkerama di ruang keluarga. Seolah aku hanya sebutir barang menjijikkan yang layak dimasukkan dalam tong sampah.

Saat ibu dan kakak lelakiku masih asyik bercengkerama di ruang keluarga bersama umi dan abah, di saat para saudara masih duduk lesehan sambil menikmati hidangan, saat itu juga Mas Gaza keluar kamar dengan murka. Menarik lenganku begitu kasar lalu mendorongku tersungkur begitu saja di depan mereka semua.

"Gaza? Apa-apaan kamu! Bisa-bisanya memperlakukan Rania seperti ini. Kamu amnesia siapa dia? Dia baru saja bergelar menjadi istrimu tadi pagi!" bentak abah dengan sorot mata penuh amarah.

"Kamu kenapa, Za? Kesurupan?" Bang Alif ikut menimpali. Dia memapahku menuju sofa di samping umi.

"Aku melakukan semua ini juga ada sebabnya, Bah. Aku sangat mencintai Rania, karena itu pula aku mau menikahinya lebih dulu sebelum melanjutkan S2 ke Kairo. Tapi apa? Dia justru mempermalukan aku di depan semua orang! Istri macam apa ini?!" Pekik Mas Gaza lagi.

Air mataku terus mengalir deras. Dadaku terasa semakin sesak. Perih sekali rasanya. Ingin rasanya aku bertanya apa salahku namun lidah ini terasa begitu kelu. Hanya bulir bening yang terus mengalir di kedua pipiku.

Semua orang di ruangan ini pun menatapku penuh tanda tanya. Umi bahkan menciumi pucuk kepalaku sedari tadi. Seolah minta maaf atas perlakuan anaknya yang semena-mena. Sedangkan ibu masih duduk terpaku di samping Bang Alif, menangis tersedu di pundak anak sulungnya sembari menatapku iba.

"Mulai malam ini, aku talak Rania, Bah. Aku nggak sudi menjadi suaminya. Mau ditaruh di mana mukaku jika teman-temanku tahu siapa dia. Sekarang, biar dia pulang bersama keluarganya dan lupakan saja pernikahan yang baru saja digelar pagi tadi!"

"Astaghfirullah ... Gaza!"

Semua yang hadir berteriak bersamaan. Ibuku sampai jatuh pingsan setelah mendengar talak yang keluar dari bibir Mas Gaza. Tega sekali dia melakukan ini semua padaku, di saat keluarga besar masih menikmati suasana bahagia atas pernikahanku. Di saat aku baru saja sujud syukur karena DIa mengabulkan doa-doaku selama ini, untuk bersanding dengan orang yang kucintai pun mencintaiku.

Kupikir, mulai detik ini aku akan menjadi salah satu perempuan paling bahagia di dunia. Menjadi istri seorang Muhammad Gaza Ramadhan. Laki-laki tampan, beriman dan cukup mapan. Bahkan aku sangat bersyukur akhirnya dia lebih memilih aku yang biasa saja dibandingkan perempuan-perempuan lain di luar sana yang menurutku jauh lebih sempurna. Tapi apa? Impianku itu musnah seketika. Bahkan kini hatiku remuk dan hancur berkeping-keping.

"Apa-apaan kamu, Za!" Abah menampar pipi Mas Gaza dua kali saking jengkelnya.

"Abah nggak pernah mengajarimu seceroboh ini, Za. Ucapan lelaki yang sudah bergelar menjadi suami itu harus benar-benar dijaga, bukan seenaknya. Jangan pernah mengambil keputusan di saat kepala mengebul, jika kamu tak ingin menyesal setelahnya. Tenangkan hati, berpikir jernih, salat istikharah baru mengambil keputusan dengan benar, apalagi menyangkut talak!" Bentakan Abah kembali kudengar.

Namun Mas Gaza seolah acuh. Dia tak peduli dengan omelan abah. Bahkan saat umi ikut menasehati, hati Mas Gaza seolah masih penuh dengan benci. Dia tetap bersikukuh tak ingin menjadikanku sebagai istri. Keputusan Mas Gaza untuk menalakku tak bisa ditarik kembali.

Kebahagiaanku sebagai istri nyatanya tak sampai sehari. Hanya beberapa jam saja, setelahnya justru hati ini benar-benar patah karenanya. Aku yang bahkan belum sempat merasakan malam indah bersamanya, harus berlapang dada untuk pergi selamanya. Menanggalkan semua mimpi yang pernah dirajut bersama.

"Katakan pada abah, pada kami semua. Sebesar apa kesalahan Rania sampai kamu tega menalak dia di malam pertama kalian!"

Mas Gaza menatapku tajam. Aku yang masih tenggelam di pangkuan umi. Hampir semua orang yang ada di ruangan ini menitikkan air mata melihatku begitu terluka. Mungkin ikut merasakan bagaimana sesak dadaku saat ini. Saat yang tak pernah kubayangkan akan terjadi dalam malam pertama pernikahan kami.

"Kamu mau cerita sendiri atau aku yang menceritakan, Ran!" Mas Gaza berucap kasar sembari melotot lebar.

Perih sekali rasanya. Baru kali ini kudengar Mas Gaza sekasar itu padaku. Dia yang biasanya begitu manis dan sopan, tak kusangka bisa bersikap bar-bar.

"Ran, ceritakan pada abah dan umi, juga pada semua yang masih ada di sini. Biar semuanya jelas. Tak akan ada asap kalau tak ada api!" Bentak Mas Gaza lagi. Dia benar-benar dirasuki emosi. Giginya bergemeletuk menahan geram bahkan rahangnya tampak mengeras menatapku begitu tajam.

"Rania! Kamu nggak tuli, kan?" Bentaknya lagi.

Apa yang harus kujelaskan? Sedangkan aku sendiri tak paham kenapa Mas Gaza bisa tiba-tiba murka bahkan kini menjatuhkan talaknya, tepat setelah dia membuka ponsel dari saku celananya.

***

Cerita lain : Salah Kirim Kado, Petaka Ponsel Rahasia Suamiku

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh NawankWulan

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku