icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pengkhianat Cinta

Pengkhianat Cinta

Skill_Dejavu

5.0
Komentar
91
Penayangan
9
Bab

Bella Stephanie Davidson awalnya menolak untuk dijodohkan dengan anak dari relasi bisnis papanya. Namun, saat ia tahu bahwa pria yang dijodohkan dengannya adalah pria yang dulu pernah dia temui pada suatu saat pesta 3 tahun yang lalu, Bella pun langsung menyetujuinya. Bella memang sudah jatuh cinta dengan pria itu pada saat pertama kali mereka bertemu. Bella pikir, dia akan memiliki rumah tangga yang bahagia bersama dengan suami yang sangat dia cintai ini. Tapi nyatanya takdir berkata lain ... Nyatanya, suaminya sudah memiliki kekasih jauh sebelum mereka dijodohkan. bahkan pada saat mereka sudah menikahpun, suaminya masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Stevan Alexander. Awalnya dia pikir pernikahan ini bisa menyelamatkan hubungannya dengan kekasihnya. Tapi nyatanya justru dia lah yang menjadi pihak yang terpuruk. Ternyata Bella bukanlah wanta biasa yang bisa dia kendalikan begitu saja. Sanggupkah Bella bertahan? Atau justru dirinya lah yang akan tersingkir?

Bab 1 Perjodohan Bella

"Halo ... iya Ma?"

"Sekarang, Ma?"

"Yahhh, Bella mau jalan sama temen-temen Bella dulu Ma."

"Ih mama nih ... Ya udah, Bella pulang sekarang."

Bella menekan tombol merah pada ponselnya lalu menoleh ke arah Kiara, "Ra, gue balik, ya?"

"Loh, lo mau kemana Bell? Kita mau hang out dulu, kan?" tanya Kiara bingung

"Gak jadi Ra, mama gue kumat. Gue disuruh balik sekarang juga, ada yang mau di omongin. Serius katanya." Jawab Bella menjelaskan.

"Yaudah deh ... tumben mama lo ngomong serius sampai nyuruh lo balik cepet kayak gini?" Tanya Kiara penasaran.

"Gak tau lah gue Ra, doain aja mama gue gak minta yang macem-macem kayak tempo hari."

"Iya, oke sip. Semangat teman." ucap Kiara sambil mengangkat kedua tangannya di udara dan membentuk tanda hati.

"Terimakasih teman," balas Bella kemudian melakukan hal yang sama dengan Kiara.

Mereka memang selalu seperti itu, selalu melakukan lelucon ketika mereka akan berpisah. Setelah itu, Bella secepat kilat meninggalkan kelas yang sudah selesai dari sepuluh menit yang lalu. Rencananya untuk hang out bersama squad nya pun harus dia batalkan. Untung saja jalanan tidak begitu macet hari ini. Sesampainya di rumah, Bella mendapati mamanya sedang duduk di ruang tengah sambil menonton televisi, dan saat melihat Bella, dia mengisyaratkan Bella untuk duduk di samping nya.

"Satu bulan lagi umur kamu genap dua puluh satu tahun kan ya?" Tanya Sellin pada putrinya.

Bella duduk di samping mamanya dengan semangat karena yang ada di benak nya saat ini adalah mamanya akan merayakan ulang tahunnya kali ini dengan meriah.

"Iya ma, mama mau bikin pesta ulang tahun yang meriah di hotel berbintang buat Bella, ya? Kayak waktu ultah Bella yang ketujuh belas tahun itu? Wah ... kali ini Bella mau tema Cinderella ma ... jadi kayak yang pas Bella masuk gedung nanti, Bella pakai kereta kencana yang berbentuk labu gitu." ucap Bella dengan mata berbinar penuh antusias.

"Bella sayang, kamu mau tema Cinderella ya? Yaudah nanti mama bilang sama calon mertua kamu kalau kamu mau pakai tema Cinderella."

Perkataan Sellin membuat Bella mengerutkan keningnya, "Mertua? Itu EO buat acara ultah Bella nanti ya ma? Kita gak pakai Mbak Rina aja kayak biasanya?"

Mendengar perkataan Bella membuat Sellin membelai rambut anak gadisnya itu dengan pelan. Bella memang belum tau apa yang sudah mama dan papanya rencanakan beberapa bulan belakangan ini.

"Bella, mama sama papa udah ngobrol sekitar beberapa bulan yang lalu. Mama sama papa sepakat untuk menjodohkan kamu sama relasi bisnis papa yang anaknya baru pulang dari Amerika. Dia baru menyelesaikan S2-nya ... disana rencana nya dia akan mengambil alih perusahaan milik papanya yang di Jakarta ini. Gimana, kamu mau kan ya? Malam ini rencana nya keluarga kita akan makan malam sama keluarga dia."

Bella tak bisa berkata apa-apa. Yang ada di otak nya saat ini adalah, apa yang bisa dia lakukan untuk mengagalkan acara perjodohan yang tidak masuk akal ini.

"Bella ... kamu mau kan? Kamu coba kenalan dulu sama anaknya keluarga Alexander. Kata mamanya dia cakep loh, turunan korea juga. Sama kayak cowok-cowok yang suka kamu tontonin sampai subuh itu."

Perkataan mamanya membuat Bella gusar, "Ya iyalah ma ... mamanya pasti bilang dia cakep, gak mungkin mamanya bilang anaknya jelek. Pokoknya Bella gak mau, titik."

Dan yang terdengar selanjutnya adalah suara bantingan pintu yang berasal dari kamar Bella. Setelah mengatakan ketidak setujuan nya atas perjodohan itu, Bella memilih untuk berlari ke kamarnya dan menutup pintu dengan bantingan keras yang membuat mamanya kaget dan mengelus dada. Nyonya Davidson melangkah perlahan dan mengetuk kamar Bella. Ia mencoba untuk membujuk Bella agar menyetujui perjodohan yang mungkin bagi Bella sangat tiba-tiba ini.

Tapi tanpa Bella ketahui bahwa mama dan papanya sudah merencanakan ini sekitar enam bulan yang lalu. Mereka bertemu dengan keluarga Alexander dan merencanakan untuk menjodohkan anak mereka.

"Bella ... buka pintunya dong, sayang. Mama mau bicara baik-baik ini sama kamu ... mama gak mau kamu salah paham sama maksud mama dan papa kali ini. Semua ini tentu demi kebaikan kamu, sayang." Bujuk Sellin.

"Tapi ma ... Bella gak mau nikah secepat ini. Bella masih muda, masih pengen bebas, masih pengen seneng-seneng sama temen-temen Bella."

"Ya makanya ini dibuka dulu dong pintunya ... kita omongin dulu!"

Ceklek

Bella membuka pintu kamarnya dan menampakkan wajah gusar nya. Sellin masuk ke kamar dan duduk di sofa kamar Bella.

"Nih ya, biar mama jelasin dulu supaya kamu gak salah paham. Mama sama papa gak mungkin jodohin kamu sama orang sembarangan. Namanya Stevan Alexander, putra tunggal Alexander Company. Kalau kamu gak tau Alexander Company, kamu bisa searching di google karena kalau mama jelasin sekarang, itu gak akan selesai sampai tahun depan. Jangan cari akun dia di instagram, karena dia gak mungkin buat akun gak berfaedah yang biasa kamu scrool tiap hari itu." Ucap Sellin panjang lebar.

"Inti nya dia anak baik-baik dan gantengnya gak ngalahin sama cowok-cowok korea yang suka kamu tontonin sepanjang malam itu," imbuh Sellin mengakhiri ucapannya.

"Mama udah ngomongnya?" Balas Bella. "Sekarang gini ya ma ... umur Bella baru dua puluh satu tahun, itu pun baru genap saat bulan depan. Bella masih semester 5 dan sebentar lagi bakalan sibuk sama KKN. Turun ke kampus aja kadang Bella masih suka telat, apalagi kalau nanti Bella udah punya suami. Harus bangun pagi-pagi musti ngurusin dia dulu, bikinin sarapan sama hal-hal yang Bella tau pasti bakal repot banget. Mama gak kasian sama Bella, apa? Masa muda Bella akan terbuang percuma hanya gara-gara ngurusin rumah tangga sama orang yang gak Bella kenal."

"Ya makanya, malam ini mama sama papa bakalan bikin kamu kenal sama dia. Mama jamin kamu gak bakalan nyesal. Yaudah mama mau ke kamar dulu. Mama mau ambilin gaun yang bakalan kamu pakai untuk acara nanti malam."

"TAPI MAAAA ...."

Blam

Sellin membanting pintu dan tidak menghiraukan teriakan frustasi Bella yang terdengar sampai keluar kamar.

"Ini gue harus gimana coba? Kalau teman-teman gue tau gue bakal dijodohin pasti gue diledekin habis-habisan sama mereka ... gue akan menyandang predikat Siti Nurbaya. Apa gue ikutin aja dulu ya keinginan mama sama papa? Kalau memang si Stevan itu gak sesuai sama apa yang mama bilang ... gue akan memikirkan gimana caranya buat menggagalkan semua ini," batin Bella karena yang ada di bayangan Bella saat ini adalah, pria yang di jodohkan dengannya itu hanyalah pria berpenampilan culun ketinggalan zaman dan juga mengingat pria itu lulusan universitas terkenal dengan mahasiswa yang ber IQ tinggi di Amerika, Bella pikir pria itu pasti mengenakan kaca mata tebal karena minus gara-gara buku literatur yang dibaca pria itu terlampau tebal. Kemudian Bella bergidik ngeri membayangkan bagaimana jika pria itu memakai behel, dia sangat benci dengan pria berbehel.

"Ok Bella, lo harus fokus! Semangat!" ucapnya sambil mengepalkan kedua tangannya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku