icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
(Bukan) Wanita Mandul

(Bukan) Wanita Mandul

Author Me

5.0
Komentar
189
Penayangan
10
Bab

Blurb: "Jangan-jangan kamu memang nggak mau hamil dan punya anak, Ki. Mengingat profesimu yang seorang biduan itu!" ketus Bu Intan mendelik tajam ke arah menantunya, Kinar. Kinar hanya mengembuskan napasnya perlahan. Mencoba lebih bersabar dengan umpatan dan makian yang dilontarkan ibu mertuanya. Mereka sudah kembali pulang ke rumah. Tapi, Bu Intan masih saja mengomeli Kinar dengan berbagai macam kata-kata yang tak enak didengar. Kinara Aprilia selalu dituduh mandul oleh keluarga suaminya terutama ibu mertuanya. Bukan tanpa alasan, lima tahun menikah ia tak kunjung mendapatkan dua garia merah. Saat suaminya berselingkuh dan menghamili perempuan lain, Kinar memutuskan untuk bercerai. Namun, hasratnya untuk membuktikan dirinya tidak mandul pun semakin menggebu. Mampukah Kinar membuktikan jika dirinya tidak mandul?

Bab 1 1 Mertua Nyinyir

Mertua Nyinyir

'Akhirnya selesai juga,' gumam Kinar dalam hatinya. Ia memandang bangga hasil karyanya merangkai bunga-bunga segar untuk dipajang di ruang tamu.

Wanita itu meraih ponselnya dari balik saku apron bermotif bunga baby breath yang masih dikenakannya. Mengambil beberapa potret bunga itu dari berbagai sudut. Ada kebanggaan dan kesenangan tersendiri di hati Kinar saat melakukan kegiatan menyenangkan itu. Hanya cara itulah yang dapat membantunya mengusir rasa sepi karena belum dikaruniai buah hati meski sudah lima tahun menikah dengan suaminya.

Terdengar pintu di depan rumahnya diketuk dari luar. Kinar yang mendengarnya segera menyudahi aktivitasnya memandangi rangkaian bunga di dalam vas yang terbuat dari kaca itu. Ia beranjak menuju ke pintu untuk membukakan pintu.

"Kinar! Buka pintunya!" Terdengar sebuah suara yang sangat Kinar kenal dari arah luar. Ia sudah dapat menebak jika suara itu adalah ibu mertuanya.

Pintu pun terbuka, dan benar saja dugaannya. Bu Intan, ibu mertuanya sudah berdiri angkuh di belakang pintu dengan wajah masam dan tak sedap dipandang.

"Eh, ibu. Masuk dulu, Bu." Kinar menyunggingkan senyuman ramah seraya menyapa sang mertua.

"Lama banget sih, buka pintunya! Kamu ngapain aja! Nggak ngurus anak aja kamu sok repot gitu!" omel Bu Intan dengan memainkan bibirnya. Penampilannya sudah rapi dengan dandanan yang sangat 'wah'. Seperti hendak menghadiri acara penting. Mungkin acara dengan teman 'sok sialitanya', pikir Kinar.

"Maaf ya, Bu. Kinar lagi beres-beres rumah tadi. Yuk, masuk dulu, Bu," sahut Kinar lembut sambil terus memasang senyuman manisnya. Ia tak mau membalas omelan ibu mertuanya dengan kata-kata atau pun tindakan yang akan membuat Bu Intan tersinggung.

"Nggak usah. Cepat kamu ganti baju, kita pergi ke rumah teman Ibu. Menantunya baru saja melahirkan," ucapnya tanpa basa-basi lagi. Wajahnya yang sudah dipoles make up tebal itu selalu menunjukkan kesan tak ramah pada menantunya. Kinar tampak menghela napas berat.

"Iya bu. Tunggu sebentar. Ibu masuk dulu aja, ya. Kinar baru mengganti bunga di ruang tamu," ucap Kinar mengiringi langkahnya untuk mempersilakan Bu Intan duduk di sofa. Wanita itu tak urung melangkahkan kakinya masuk, meskipun matanya memancarkan rasa enggan dan malas berlama-lama di rumah menantunya.

"Tunggu, bu. Kinar ganti baju dulu."

Bu Intan hanya menganggukan kepalanya dengan mimik wajah tak suka.

Kinar beranjak menuju ke kamar untuk mengganti bajunya. Sebenarnya Kinar sangat malas jika harus ikut dengan Bu Intan mengunjungi wanita-wanita yang baru melahirkan. Bu Intan tidak akan berhenti menyinyiri Kinar yang sampai saat ini tak kunjung hamil. Padahal menantunya sudah menikah cukup lama dengan Arvin Devandra, putra sulungnya.

Bukan ingin Kinar pula untuk tak kunjung hamil. Wanita itu pun sangat menginginkan kehadiran buah hati dalam pernikahannya. Selama berumah tangga, awalnya Arvin memang tak pernah mempermasalahkan masalah keturunan. Kinar pun hanya menanggapi sebagai angin lalu setiap nyinyiran ibu mertuanya.

Akan tetapi, akhir-akhir ini nyinyiran mereka semakin menjadi. Ya, ibu mertua dan adik iparnya, Tasya. Kedua wanita itu selalu membenci Kinar. Bahkan suaminya yang semula menjadi tempatnya bersandar juga mulai menunjukkan gelagat aneh. Suka membesarkan masalah sepele dan selalu terpancing dengan nyinyiran ibunya.

Sesampainya di rumah teman Bu Intan. Mereka langsung disambut ramah oleh Bu Rima, teman akrab ibu mertuanya.

"Jeng Intan, ini menantunya ya. Istrinya si Arvin, 'kan. Cantik, ya," ucap teman Bu Intan memuji Kinar. Wanita itu hanya menanggapi pujian itu dengan seulas senyuman tipis.

"Cantik sih, tapi buat apa kalau nggak bisa hamil!" tukas Bu Intan telak. Bu Rima langsung terdiam dan memandang Kinar dengan tatapan tak enak karena pujiannya justru mendatangkan sindiran pedas yang terlontar dari mulut Bu Intan.

Tanpa banyak bicara lagi, mereka dituntun masuk ke dalam rumah yang besar dan cukup mewah itu. Maklum, suami Bu Rima merupakan seorang pengusaha sukses di kota kecil ini.

Mereka melangkah menuju ke ruang tamu. Bu Rima memerintahkan asisten rumah tangganya untuk memanggil menantunya. Wanita itu datang sambil menggendong bayi kecilnya dan duduk di antara mereka bertiga.

"Uluh, uluh, Lucunya …," ucap Bu Intan semringah. "Cewek apa cowok ini?" tanya ibu mertuanya masih dengan senyum mengembang.

"Cewek, Bu," jawab Shela. Kinar sempat berkenalan terlebih dahulu dengannya tadi.

"Cantiknya," puji Ibu mertua Kinar seraya menggendong bayi yang masih merah itu. Baru berusia tiga hari.

"Kinar, coba kamu tanya promil apa sama Nak Shela ini. Biar cepat ngisi, Ibu juga mau cepat-cepat nimang cucu," celetuk Bu Intan seakan tak peduli perasaan menantunya. Hati Kinar mencelos. Ingin rasanya dia pergi saja dari tempat itu.

Beliau sangat tahu bagaimana gigihnya Kinar mencoba segala macam promil. Dari yang tradisional sampai modern. Semua cukup menguras emosinya juga menguji kesabaran Kinar dan suaminya. Entah sudah berapa stik test pack yang memberinya harapan palsu. Kala tidak mendapati tamu bulanan. Nihil. Tidak ada hasil. Di sana hanya tercetak satu strip, negatif!

Kinar menatap pedih bayi cantik dalam gendongan Bu Intan. Shela tampak menatap Kinar prihatin. Ia hanya memberi kode lewat ekor matanya agar Kinar lebih bersabar lagi untuk menghadapi tabiat mertuanya.

Kinar hanya membalas dengan anggukan kepala, samar.

"Atau jangan-jangan kamu sebenarnya ikut KB, Ki. Biar nggak hamil? Kamu 'kan biduan makanya nggak mau hamil! Takut body-mu melar, berubah setelah melahirkan! Benar, 'kan!" tuduh Bu Intan.

Kinar tersenyum kecut, bisa-bisanya mertuanya tanpa perasaan justru mengaitkan profesinya saat ini dengan dirinya yang tak kunjung hamil. Terlepas dari profesinya, Kinar pun ingin hamil dan melahirkan. Ingin menjadi sempurna sebagai wanita.

"Nggak, Bu. Kinar nggak pakai apa-apa. Ibu tahu sendiri gimana Kinar sering ikut program hamil, 'kan," bela Kinar, bibirnya gatal jika tidak menanggapi ucapannya. Semakin Kinar diam justru semakin dihina habis-habisan diri Kinar oleh mertuanya itu.

"Alaah! Tapi mana hasilnya? Jangan-jangan kamu itu MANDUL!" sentaknya, menekan intonasi pada akhir kalimatnya. Membuat bayi dalam dekapannya menangis terkejut dengan nada menyentak Bu Intan.

Shela langsung meraih bayi kecilnya kembali dalam dekapannya. Lalu berusaha menenangkan tangisnya.

"Sudah, Jeng. Lebih baik bahas yang happy-happy aja. Tuh, cucuku sampe kaget sama suaramu tadi, Jeng," ucap Bu Rima melerai ketegangan yang tengah terjadi.

"Eh, iya, Jeng. Aku minta maaf. Habis aku udah bosen banget bilang kalau aku ini mau punya cucu," geram Bu Intan sambil melirik tajam ke arah Kinar.

Sudah kebal bagi Kinar rasanya mendengar berbagai macam tuduhan dari Bu Intan. Ia juga seakan sudah lupa kapan terakhir kalinya menangisi setiap nyinyiran ibu mertuanya. Kinar lebih memilih diam saat ini. Ia tak punya daya apa pun untuk sekedar menangisi sikap Bu Intan.

Suaminya yang berubah juga menjadi alasan kuatnya untuk selalu tegar. Kinar tahu jika suaminya tengah berselingkuh sejak beberapa bulan yang lalu.

Kinar merasa pernikahan ini sudah tak mungkin lagi untuk dilanjutkan. Jika harus berakhir maka Ia akan dengan senang hati menerimanya. Kinar bahkan ingin membuktikan pada ibu mertuanya, adik iparnya dan seluruh dunia sekali pun. Kalau dirinya tidak MANDUL!

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku