Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tuan, Love You Too

Tuan, Love You Too

Reski

5.0
Komentar
75
Penayangan
17
Bab

Setelah menjadi yatim, Inayah harus ikut andil menjadi tulang punggung keluarga. Hal itulah yang membuatnya nekat merantau di usia 17 tahun. Inayah menjadi asisten rumah tangga muda di rumah keluarga Edric Dawson. Keluarga kaya raya, tetapi jauh dari kata harmonis. Malapetaka besar itu muncul, ketika Edric memaksa Inayah melayani hasrat seksualnya. Hubungan yang berawal dari ancaman dan paksaan itu, akhirnya terpaksa Inayah jalani. Kelembutan sikap Edric pada Inayah, membuat wanita belia itu mulai terbiasa. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu Inayah mulai tak nyaman. Tiba-tiba dia terlambat datang bulan. Sejak saat itulah rasa waswas dan takut kembali mengahantui Inayah. Bagaimana kelanjutan hidup Inayah? Apakah dia akan mengandung anak majikannya? Bagaimana Inayah bisa lepas dari permainan nasib itu? Kehidupan yang jelas-jelas bertentangan dengan aturan agama yang dia anut.

Bab 1 Terlambat Datang Bulan

Kala malam dingin mencekam. Hujan deras jatuh menghantam atap rumah besar, mewah, dan bertingkat dua. Di kamar paling belakang, yang terletak di dekat dapur, seorang wanita tidak bisa tidur. Ia terus memandang ponsel, yang baru seminggu lalu dihadiahkan untuknya. .

Gadis bermata sedang, yang memiliki bulu mata yang lentik. Tubuhnya ramping dengan perut datar tanpa lemak. Lekukan pinggul yang terlihat sangat mencolok. Ya, ia memang rajin merawat tubuhnya, meskipun ia hanya seorang pembantu di rumah besar itu.

Namanya Inayah Cahya Putri. Dia terpaksa menjadi pembantu setelah putus sekolah. Karena, ayahnya meninggal ketika dia masih duduk di kelas dua SMA. Inayah akhirnya memutuskan untuk merantau ke kota metropolitan. Kota di mana kehidupan begitu keras.

Alasannya hanya satu, Inayah sudah bosan hidup di kampung dengan segala tekanan dari sang ibu. Namun, setelah hidup di kota Inayah tetap tidak melupakan ibu dan juga adik-adiknya. Gaji Inayah selalu dia kirimkan ke kampung, termasuk bonus-bonus yang sering dicurahkan oleh majikannya–Edric.

Setelah sang ayah tiada, ibunya Inayah selalu menjadikan Inayah pelampiasan amarahnya. Inayah adalah anak sulung dari lima orang bersaudara. Hanya Inayah yang sudah menginjak usia remaja. Selebihnya masih masih SD, ada yang TK, dan juga balita.

Akhirnya, lewat akun media sosialnya, Inayah berhasil mendapat kerja di rumah keluarga Dawson. Keluarga yang berasal dari keturunan Inggris, tetapi sudah menetap di Indonesia.

Selain modal akun media sosial, Inayah juga meninggalkan kampung halamannya dengan modal nekat. Bagaimana tidak? Dia belum pernah sama sekali berkunjung ke kota Jakarta. Kemudian, tiba-tiba memutuskan untuk mengadu nasib ke sana. Sungguh hal yang tak patut dicontoh.

Mata indah Inayah tak kunjung bisa dipejamkan. Tangan sedikit bergetar, dia coba untuk meraih benda pipih pemberian tuan Edric Dawson. Kemudian, mengetikkan beberapa kalimat dengan bibir yang kian bergetar. Rasa was-was itu kian merajai hati Inayah.

Inayah :" Tuan, saya belum juga haid."

Secepat mungkin Inayah mengirimkan pesan itu. Dia pandangi ceklis dua yang belum juga berubah warna. Ketakutan semakin besar bersarang dalam dadanya. Bagaimana jika dia hamil? Itulah yang terus mengganggu pikiran Inayah, sebulan belakangan.

Inayah kembali menjatuhkan dirinya di kasur, yang lumayan empuk. Dia tatap kasur itu dengan tatapan sendu. Di kasur itulah, dia kehilangan keperawanannya untuk pertama kali. Hubungan terlarang itu berawal dari sebuah ancaman dan paksaan. Namun, seiring berjalannya waktu, Inayah mulai terbuai oleh kelembutan sikap majikan laki-lakinya.

"Kamu cantik, Nay. Saya suka semua yang ada di tubuhmu." Begitulah pujian yang sering diucapkan oleh Tuan Edric padanya.

Inayah mulai menangis, ketika pesannya tak kunjung dibalas oleh majikannya. "Apakah aku harus datang ke kamar Tuan Edric?" tanya Inayah membatin.

Inayah melangkah ke pintu, tetapi niat itu akhirnya dia urungkan. Dia takut, jika nyonya besar rumah itu sedang bermalam di rumah, dan memergoki aksinya. Bisa-bisa dia dipecat dan dibunuh.

Nyonya Anne memang wanita cantik yang super sibuk, sehingga kadang-kadang Inayah tidak tahu, kapan majikan perempuanya menginap di rumah. Hal itu sudah lumrah terjadi. Anne dan Edric punya kunci rahasia untuk membuka setiap pintu ruangan. Oleh sebab itu, dia bisa saja masuk kapanpun dia mau. Meskipun Anne berada di negara yang berbeda. Termasuk bisa membuka kamar tidur Inayah.

Inayah berbalik, kembali ke kasur. Mencoba untuk berbaring, dan memejamkan mata. Esok pagi dia sudah harus bangun, untuk mengurus rumah besar itu.

***

Di meja makan, Tuan Edric makan dengan lahap. Masakan Inayah selalu pas di lidahnya. Bahkan, dia rela untuk meninggalkan kebiasaan makan di luar, agar bisa tetap menyantap makanan buatan Inayah. Semenjak Inayah menjadi pembantu di rumah besar itu. Ada banyak perubahan pada Tuan Edric.

"Benar kamu tidak haid bulan ini, Sayang?" Suara bariton Edric membuat kepala Inayah terangkat. Sejak tadi dia hanya diam sambil menunduk dalam-dalam. Dia sangat kecewa, karena centang pesan itu masih belum berubah warna.

"Ba … bagaimana Tuan tahu? Sedangkan pesan itu belum Tuan baca." Inayah memberanikan diri untuk bersuara. Walaupun, Edric menganggapnya sebagai kekasih, tetapi bagi Inayah dia hanyalah budak pemuas nafsu tuannya. Hal itu juga yang membuatnya selalu bertutur formal pada Edric.

"Hehehe, pesan itu sudah aku baca. Baiklah, hari ini aku libur. Kita akan pergi cek ke dokter. Kamu setuju, Sayang?" Mata indah milik Edric menatap Inayah yang masih betah berdiri di sisi meja.

"Sa … saya takut, Tuan." Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir sensual milik Inayah.

"Takut? Takut pada siapa? Anne? Dia tidak akan tahu apa-apa, karena dia sibuk dengan dunianya. Yang penting kamu jangan bicara apa-apa padanya." Edric menyudahi sarapan paginya. Kemudian dia beranjak, sebelum beranjak dia kembali mengingatkan Inayah untuk segera bersiap-siap.

Inayah masih mematung di sisi meja makan. Rasa takut itu pun kembali menguasai hati. Wanita bertubuh sintal itu kian menjadi was-was. Dia takut, jika memang telah tumbuh benih sang majikan dalam rahimnya. Inayah tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apabila mimpi buruk itu menjadi kenyataan.

Pertama, keluarganya pasti akan memarahinya. Kedua, orang kampung pasti akan memandangnya hina. Ketiga, dia tidak ingin memelihara benih dari hubungan terlarangnya selama ini. Keempat, dia takut jika Nyonya Anne Edric Dawson mengetahui segalanya. Masih panjang pikiran Inayah, tentang kemungkinan buruk yang akan terjadi.

"What it is? Kamu masih di sini, Sayang?" Inayah terperanjat mendengar suara bariton Edric menggema memasuki gendang telinganya.

"Ma … maaf, Tuan. Ya, sebentar. Saya bereskan semua ini dulu," ucap Inayah gugup. Cekatan jari-jari ramping miliknya lihai memindahkan piring kotor ke wastafel. Setelah itu, dia segera beranjak terburu-buru menuju kamarnya.

Ketika dia hendak menutup pintu kamar, tangan berbulu milik Edric sudah menahan pintu lebih dulu. Inayah terkejut, dan otomatis menatap wajah Edric yang tampan. Edric tersenyum tipis, lalu ikut masuk ke kamar yang tidak terlalu buruk itu.

"Tu … Tuan mau mengapa?" tanya Inayah sedikit gugup. Inayah semakin gugup ketika Edric malah tiduran di atas kasurnya. Kemudian, kedua tangannya menyilang di belakang kepala.

"Nggak ada. Aku cuma ingin melihatmu ganti baju, Sayang." Edric tersenyum kembali, seraya mengedipkan sebelah matanya. Bibir seksinya mengatup, hanya matanya yang tak berkedip menatap Inayah.

Wanita belia 19 tahun itu pun hanya bisa pasrah. Selama ini dia tidak pernah bisa mampu melarang apa pun, yang akan dilakukan Edric. Jadi, dia rasa percuma kalau melanjutkan protesnya pada Edric.

Perlahan, Inayah mulai menarik ujung baju kaosnya sampai terlepas. Hal itu membuat tubuh indahnya menjadi terekspos. Punggung mulus Inayah, tak luput dari tatapan Edric. Beberapa kali laki-laki tiga puluh enam tahun itu menelan ludah, sampai jakun-jakunnya naik turun menahan hasrat yang mulai muncul.

Inayah tak ingin berlama-lama menampakkan tubuhnya. Secepat mungkin, Inayah kembali menyarungkan baju yang baru saja dia ambil dari dalam lemari.

Inayah lega, karena majikannya tidak melakukan apa-apa. Wanita belia itu pun menghembuskan napas perlahan. Setelah menyisir rambut dan memolesi wajahnya dengan bedak, dia pun melapor pada Edric," Tuan, saya sudah selesai."

"Ya, kamu sangat cantik." Lagi-lagi Edric memuji kecantikan Inayah, yang sudah mencuri perhatiannya sejak pertama kali bertemu dulu.

Walaupun dari kampung, Inayah cukup pandai berdandan dan membawa diri. Setiap kali bepergian dengan Edric, dia tampil dengan penampilan terbaiknya. Meskipun, Inayah menganggap dirinya hanyalah babu.

Ya, bagi Inayah dia tetaplah babu, bukan kekasih simpanan Edric. Akan tetapi, di mata Edric, Inayah adalah kekasih simpanannya. Wanita kedua yang dinomorsatukan. Oleh sebab itu, Edric selalu memperlakukan Inayah dengan lemah lembut.

"Ayo kita berangkat." Edric memasangkan sabuk pengaman untuk Inayah. Inayah hanya diam membisu.

Sepanjang perjalanan, Inayah terus memikirkan hal apa yang akan terjadi pada dirinya. Dia khawatir jika memang ada benih majikannya dalam rahimnya. Pun, dia lebih khawatir, jika majikannya meminta Inayah mengandung benih itu. Sepanjang perjalanan, Inayah tak berhenti memikirkan itu semua.

"Kenapa takdir hidupku seperti ini?" Inayah membatin merasa putus asa.

—-----------

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Reski

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku