Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Love After Marriage

Love After Marriage

NonaAquarius

5.0
Komentar
143.2K
Penayangan
93
Bab

21+ "Heh, kau mirip ibumu. Darah pelacur mengalir di darahmu. Seorang pelacur akan tetap menjadi pelacur!" "Asal kamu tahu, aku menikahimu karna ingin membalas dendam atas kematian adikku! Seumur hidup, aku akan memastikan penderitaanmu yang tidak akan pernah berhenti. Aku membencimu entah itu di masa lalu, masa sekarang dan di masa depan. Bagiku ... kau tidak lain hanyalah pelampiasan. Dasar murahan!" Suara berat seorang pria membuat Alesya sadar bahwa ia bukan siapa-siapa bagi pria itu. Pria itu memang menikahi Alesya tapi ... sekalipun tidak pernah menganggap wanita itu ada. Alesya pikir, setelah menikah penderitaannya akan berakhir. Tapi tidak, hidupnya masih sama. Tidak ada yang berubah. Penderitaannya tidak pernah berakhir. Bisakah, sekali saja pria yang bernama Victor itu menganggap Alesya sebagai istri dan memperlakukan Alesya dengan baik? Tidak, jawabannya sudah pasti bahwa Victor tidak akan melakukannya. Pernikahan mereka tanpa resepsi, Alesya bahkan tidak tahu apapun tentang pria yang menikahinya kecuali satu, dia adalah Victor—seorang CEO dari sebuah perusahaan besar. Cinta, apakah seorang pria berdarah dingin sepertinya bisa mengenal cinta?

Bab 1 Menyelidiki Alesya

"Seseorang yang aku minta agar kau menyelidikinya ... apakah ada hasil?"

Suara dalam pria itu terdengar begitu menakutkan ditambah dengan hawa dingin yang menyertainya. Mata tajam pria itu menatap asistennya dengan ekspresi wajah yang datar.

Dia adalah Victor Geraldo. Presiden direktur sekaligus pemilik perusahaan terkenal yaitu King Diamond. Seperti namanya, perusahaan King Diamond memanjakan mata dengan berbagai perhiasan mahal dengan kualitas terbaik. Bisa dibilang Victor adalah salah satu pemuda yang sukses di dunia.

Penuh dengan rasa takut asistennya itu menjawab dengan nada yang putus-putus, "Ke–kebetulan sa–saya di sini ingin me–membicarakan hal itu, Tuan!" jawab Dirga.

Victor terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan perkataannya.

"Apa yang kau temukan tentangnya?" tanya Victor dingin.

Dirga memberikan sebuah dokumen yang dari tadi ia pegang ke Victor dengan hati-hati. Tentu saja ia takut kepada atasannya itu. Melihat Tuannya sekarang membuat Dirga yakin kalau mood pria itu memburuk.

Dengan cepat Victor merebut dokumen itu dan membacanya. Seseorang yang ia selidiki adalah wanita yang menjadi penyebab atas kematian adiknya—satu tahun yang lalu.

Satu tahun lamanya Victor menantikan hari ini. Wanita itu sangat pandai bersembunyi sehingga selama ini Victor dimanipulasi tentang keberadaan wanita itu.

Terlihat di dokumen yang diberikan Dirga, terdapat satu foto seorang wanita cantik. Victor menatap foto itu cukup lama.

"Heh, ternyata dia yang telah menabrak adikku? Enak saja, sampai sekarang dia masih menjalani hidup dengan baik, sedangkan adikku yang malang harus menanggung semuanya. Bagaimana bisa wanita tak tahu malu sepertinya bisa hidup dengan baik?!" gumam Victor kesal.

Victor mengepalkan tangan dengan erat dan menatap foto seorang wanita yang ada di atas meja kerjanya.

"Kau sudah menyelidiki semuanya? Latar belakang keluarganya, aku ingin tahu semua tentang dirinya!" tegas Victor masih melihat dokumen yang diberikan Dirga.

"Sudah, Tuan! Namanya Alesya Freya, dia anak ketiga dari Dalbert Mo. Dalbert Mo sendiri adalah pejudi dan pemabuk, bisa dibilang ... wanita itu menjadi tulang punggung ayahnya. Dia memiliki ibu tiri dan kakak tiri, ayahnya—Dalbert Mo menikah dengan janda beranak dua yaitu Morissa—ibu tirinya saat usianya menginjak 15 tahun. Selama itu, wanita yang bernama Alesya harus membayar utang judi ayahnya karna ibu tirinya tidak sudi untuk mengeluarkan uang sepeserpun untuk Dalbert Mo. Intinya, menurut saya ... hanya Alesya satu-satunya yang waras di keluarganya. Ayahnya pejudi, ibu tirinya pemboros dan lebih mementingkan nasib kedua putri kandungnnya, sedangkan kedua kakak tiri Alesya sama sekali tidak peduli kepada Alesya," jelas Dirga panjang lebar.

"Sungguh kisah yang menyedihkan!" Victor tersenyum sinis karna jujur saja, mendengar kisah menyedihkan wanita yang bernama Alesya itu membuatnya merasa senang.

"Ibunya matre, bukan?" tanya Victor dingin.

Dirga langsung menjawab, "Kemungkinan begitu, Tuan."

Victor mengukir senyum penuh arti, "Seharusnya seperti itu. Semua orang menyukai uang! Atur segera pernikahanku dengan wanita ini!" ucapnya dingin.

"Hah?" Dirga sedikit terkejut dengan perkataan Tuannya.

"Bukankah jika ingin menyiksa seseorang, lebih baik memilikinya terlebih dahulu?! Aku akan menunjukkan padanya siksaan sesungguhnya karna telah membunuh adikku!" tegasnya.

Dirga hanya bisa mematung mendengar perkataan Tuannya yang sungguh kejam tanpa perasaan.

***

Esok hari pukul 08.00

Tepat di sebuah sofa, terlihat tiga wanita sedang memarahi seseorang yang tengah berlutut seolah telah melakukan kesalahan. Wanita yang berlutut itu nampak lusuh dengan pakaian sederhana yang melekat di tubuhnya.

Dia adalah Alesya, seorang wanita yang harus tersiksa dengan keberadaannya di rumahnya sendiri. Wanita itu cantik, namun ... cantik bukanlah hal penting bagi Alesya. Percuma cantik jika bahkan kedua kakaknya iri dan memperlakukannya dengan buruk.

"Apa kau tahu, seberapa mahal harga guci keramik itu? Beraninya anak kurang ajar sepertimu memecahkan guci kesayanganku!" bentak Morissa—ibu tiri Alesya dengan suara yang memantul di rumah batu setingkat itu.

Alesya hanya terduduk dengan air mata yang mengalir. Kali ini ibunya benar-benar marah padanya padahal Alesya tidak sengaja menjatuhkan guci keramik itu.

"Berhentilah menangis! Jangan harap aku akan berbelas kasih pada wanita menjijikkan sepertimu. Kamu sama saja dengan ibumu. Heh, bagaimanapun, darah seorang pelacur mengalir di dalam darahmu. Kau sama-samaa menjijikkannya dengan ibumu!" tegas Morissa menghina Alesya.

Entah perkataan ini sudah berapa kalinya didengar oleh Alesya. Fakta bahwa ibu kandungnya adalah seorang pelacur, membuat Alesya sangat menyesal telah dilahirkan di dunia ini.

Padahal ... Alesya berusaha melakukan yang terbaik, namun ibu tirinya tidak pernah menganggapnya.

Hingga kakak pertama Alesya ikut menghina Alesya, "Ma, sudah jelas-jelas kalau ibunya pelacur, maka anaknya juga pasti pelacur dong! Lihatlah wajah menjijikkannya itu. Dia bahkan menggoda Rey dengan wajah polosnya itu!"

Menggoda? Kata menggoda begitu tidak pantas bagi Alesya. Pasalnya, dia tidak pernah menggoda siapapun. Fitnahan kakak perempuannya yang bernama Chloe sungguh tidak berdasar.

"Ma, sebaiknya Mama membuang wanita rendahan ini. Lihatlah tatapan matanya itu. Kesal yah? Tapi percuma kesal karena kamu tidak bisa melakukan apapun!" tegas Larissa, saudari tiri Alesya yang lain.

Ya, kedua kakak tiri Alesya sangat kejam terhadapnya. Alesya bahkan tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan sehingga kakak-kakaknya begitu membencinya. Cantik, hanya karena Alesya cantik menjadi alasan kedua kakaknya itu iri?

Di waktu yang tepat, Rey datang. Awalnya ia berniat untuk menemui Chloe, tapi sebenarnya ia hanya ingin bertemu Alesya dan menjadikan Chloe sebuah alasan.

Ia terkejut saat melihat Alesya diperlakukan dengan sadis. Morissa begitu asik menarik rambut Alesya membuat Alesya meringis kesakitan.

"Alesya!" panggil Rey dengan cepat.

Morissa langsung bersikap baik dan mengatakan kepada Rey bahwa apa yang ia lihat tidak seperti yang ia pikirkan.

"Ini hanya hukuman kecil Rey. Aku menghukumnya karena telah memecahkan guci keramik kesayanganku. Jadi tolong jangan ikut campur!" tegas Morissa tersenyum palsu.

Chloe dengan cepat melingkarkan tangannya di lengan Rey. Ia kemudian mengajak pria itu jalan-jalan namun dengan tegas Rey menolak.

Hingga ... beberapa rombongan pria menerobos masuk ke rumah mereka. Melihat banyaknya pria berjas hitam membuat Morissa langsung angkat bicara.

"Si–siapa kalian?" tanya Morrisa berusaha waspada.

Seorang pria berjas abu-abu melihat sekeliling. Dia bisa menebak kalau yang sedang terlutut di lantai adalah Alesya.

"Apa anda adalah Morissa?" tanya pria itu serius menghampiri Morissa.

"Ya. Apa anda mengenal saya?" tanya Morrisa menyipitkan mata.

Pria itu mengangkat satu tangan, memberi kode kepada semua bawahannya untuk tidak melakukan kekacauan. Semua bawahan mulai berbaris dan hanya menunduk mengawasi.

Pria itu melirik sejenak ke Alesya yang masih berlutut, ia kemudian mendekati telinga Morissa dan berbisik, "Wanita yang bernama Alesya ... tidakkah anda ingin menjualnya kepada saya?"

BERSAMBUNG ....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku