icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TETANGGAN DENGAN KONGLEMERAT

TETANGGAN DENGAN KONGLEMERAT

Putu Amerta

5.0
Komentar
5.8K
Penayangan
27
Bab

Selesai21+ area dewasa (Di bawah umur menyingkir) Krystal seorang desainer ternama, memiliki tetangga konglemerat. Kehadiran penghuni baru di samping rumahnya, membuat hatinya terusik. Setiap hari ia mengintip siluet tubuh seorang pria di balik jendela. Satu bulan lamanya Krystal mengintip. Akhirnya Ray mengetahui jika ada seorang wanita yang mengawasinya. Ia mencari tahu siapa tetangganya itu. Ternyata setelah di selidiki bahwa yang mengintipnya itu adalah desainer ternama yang bernama Krystal.   Suatu ketika akhirnya Ray mendapati wanita itu sedang memamerkan tubuh naked di balik kaca jendela kamarnya yang sengaja tidak terututup horden. Ray memberanikan diri pergi menghadapi wanita itu secara terbuka. Apa tujuan wanita mengintipnya? Apa yang dia inginkan darinya?  Krystal akhrinya tahu bahwa tetangganya itu adalah Ray yang berprofesi sebagai  pengusaha tambang. Rasa penasaran yang ia hadapi kini berubah berbuah manis, cinta itu bersemi di hati mereka.

Bab 1 TETANGGA BARU

HAPPY READING

***

Krystal duduk di kursi meja hias, sambil mengenakan makeupnya. Ia berada di kamar ini sejak lima tahun, letaknya berhadapan dengan taman samping yang viewnya lansung ke kolam renang. Namun sudah satu bulan ini ada sesuatu yang mengusik hatinya. Sejak rumah di sebelah itu berpenghuni, tempat favoritnya ada di sini.

Ia menatap ke arah jendela, posisi kamarnya berhadapan dengan jendela kaca berukuran besar di sebrang sana yang hanya di tutupi dengan horden putih transparant. Ia melihat seluet tubuh pria dengan posture tubuh tinggi dan porposional. Jujur ia suka melihat pria bertubuh berotot dibalik horden itu, dia memiliki berbuku enam pada perutnya. Tubuh itu terlihat sangat kuat ia tidak bisa membayangkan bagaimana performa pria itu di ranjang.

Menurutnya pria yang menjaga tubuh dengan baik sama juga dengan mempromosikan bagaimana gaya hidup sehat. Mungkin ada beberapa orang menyukai pria bertubuh biasa saja, bahkan cenderung berlemak. Namun sejujurnya ia lebih tertarik pada pria yang tampil percaya diri dengan tubuhnya. Percayalah bahwa pria yan memiliki tubuh kencang, jauh lebih menarik dari pada pria yang membiarkan tubuhnya bergelambir, karena jarang berolahraga dan gaya hidup tidak sehat.

Ia tahu, bahwa setiap wanita memiliki karakter pria idaman tersendiri, jika masalah penampilan fisik, banyak wanita di luar sana setuju bahwa pria berotot bisa membuat wanita deg-degkan. Ia tidak tahu siapa pria di balik seluet itu, yang pasti dia sangat menarik. Setiap sore menjelang malam, pria itulah yang ia lihat. Ia yakin pria itu baru pulang kerja.

“Liatin siapa?”

Otomatis Krystal menoleh ke belakang, ia memandang Grace yang baru masuk. Krystal menyungging senyum memandang sahabatnya yang berjalan mendekatinya. Dia mengenakan dress floral berwarna kuning. Hari ini mereka rencananya akan makan di Nara.

“Ah, enggak liatin siapa-siapa,” ucap Krystal, ia lalu mengoles lipstick berwarna nude pada bibirnya.

Grace mengintip ke arah jendela, ia melihat seorang pria di sana.

“Lo ngintipin tetangga, lo?” Ucap Grace menyelidiki, ia melihat seorang pria di sana.

“Enggak, kok. Enggak sengaja aja,” ucap Krystal ia tidak ingin Grace tahu bahwa ia sering melihat pria itu di sini sejak lama.

Grace memandang dengan tatapan intens lagi, memperhatikan pria masih di sana, “Tetangga lo, konglomerat, ya.”

“Kayaknya, sih.”

“Rumah lo jadi kelihatan mungil banget, dibanding rumah tetangga,” ucap Grace terkekeh.

“Iya, kayak mungil gitu rumah gue jadinya. Ngeri juga sih, rumah gede-gede kayak gitu.”

“Nah, iya, terlalu besar. Ada lift nya kali ya tuh rumah.”

“Kayaknya, sih.”

“Pasti di basementnya, penuh sama koleksi mobil mewahnya,” timpal Grace.

“Sok tau banget lo,” ucap Krystal.

“Biasa rumah model kayak gitu pasti ada basementnya. Enggak mungkin, nggak punya,” timpal Krystal lagi.

“Iya, sih.”

Krystal meletakan lipstiknya di meja, ia kembali memandang bayangan seorang pria di sana. Namun ia mengambil tas Hermes nya. Ia memasukan ponsel, liptik, eye brow dan dompetnya. Pikirannya sulit fokus, karena setiap ia melihat pria itu. Jujur beberapa kali pernah berkhayal ingin berhubungan intim dengan pria itu. Bisa-bisanya ia memimpikan ingin tidur bersama dengan pria yang sama sekali tidak kenal. Saat ini ia sudah seperti wanita yang haus akan belaian.

Ia tidak munafik bahwa ia sudah beberapa kali berhubungan intim dengan pria bahkan pernah ia lakukan dengan mantan kekasihnya Ernest. Bentuk tubuh pria itu dan Ernest mereka hampir serupa, ia tahu bagaimana performa mereka saat di ranjang, yang membuat wanita penuh gairah dan tak berdaya. Pastinya mendapatkan kepuasan dan menyenangkan suasana hatinya.

Ia tahu bahwa tubuh itu seakan menentukan banyak kekuatan, karena sering olah raga teratur. Ia yakin betapa sexy ketika pria itu bertelanjang dada, dan mungkin ia akan lupa diri ketika berada di satu ranjang yang sama.

“Tetangga lo itu sexy banget,” ucap Grace ia duduk di sisi tempat tidur, sambil memandang Krystal yang sudah bersiap-siap.

“Kayaknya sih gitu.”

“Tetangga lo siapa, sih?” Grace semakin penasaran.

Krystal mengedikan bahu, “Enggak kenal.”

“Udah lama tetangga lo pindah di situ? Perasaan dulu nggak ada, deh”

“Udah sebulan sih,” ucap Krystal ia mendekati Grace.

Grace memandang penampilan Krystal, wanita itu seperti biasa berpenampilan menarik. Dia mengenakan mini dress berwarna hitam tanpa lengan. Rambut panjangnya yang dulu coklatnya dan bergelombang, kini berganti dangan rambut hitam sebahu dan lurus karena sudah di smoothing. Penampilan Krystal saat ini jauh lebih segar dari pada dulu, karena rambut hitamnya membuat wajahnya tampak semakin putih.

Beberapa menit kemudian Krystal dan Grace lalu turun ke bawah.

“Ernest masih hubungin lo?” Tanya Grace.

“Masih. Tadi masih nelfon mau flight, seperti biasa.”

“Lo sama dia pacaran?” Grace menatap ke lantai bawah, ia memandang bibi sedang menutup pintu samping.

Krystal mengedikan bahu, “Enggak sih, kalau deket sih, mungkin pacaran. Masalahnya gue, susah percaya LDR.”

“Bener banget, apalagi doski pilot, ya, kan,” ucap Grace.

“Di mana dia landing, di situ ada teman tidur,” Krystal tertawa.

“Setuju banget.”

“Udahlah, biasa-biasa aja, jangan terlalu dipikirin. Kalau ngubungin ya masih, kalau sepenuhnya percaya, ya nggak. Dia terbang ke Paris, ke Barcelona, ke Dubai, enggak mungkin kan sekelas Ernest nggak ngapa-ngapain di London. Emangnya betah cuma tidur sendiri?”

“Iya sih, bener juga! Setuju sama lo. Namanya cowok, nggak bakalan betahlah.”

“Cuma kalau serius nanti dulu. Lagian nggak buru-buru nikah, belajar dari masa lalu, yang pernah gagal,” ucap Krystal lagi, ia menatap Grace yang membuka kunci dari central lock.

Krystal dan Grace masuk ke dalam mobil, ia memandang bibi membuka pintu pagar. Mobil Grace pun keluar dan meninggalkan area rumahnya. Krystal bersandar di kursi sambil memandang ke arah jendela. Ia melihat ada beberapa mobil mewah masuk ke dalam rumah tetangganya itu.

“Keren parah sih, tetangga lo. Lo liat kan tadi mobil keren itu masuk ke sana.”

“Iya.”

“Lo sering liat aktifitas tetangga tajir lo?” Tanya Grace.

“Yah, sesekali, soalnya baru pindah juga orangnya. Gue, kadang liat mobil tetangga gue keluar rumah. Jam gue pergi kerja biasa dia keluar. Dia balik kerja tuh jam-jam segini. Selebihnya nggak tau apa-apa.”

Grace memicingkan matanya, melirik Krystal, “Kayaknya lo meratiin tetangga tajir lo? Tau banget jam pulang kerja dan balik doi kerja,” ucap Grace tertawa.

Krystal ikut tertawa, “Enggak sengaja liatnya. ”

“Cakep nggak orangnya?” Tanya Grace.

Krystal mengedikan bahu, “Enggak tau, nggak pernah liat langsung sih, cuma samar-samar aja.”

Grace memanuver mobilnya, ia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya, “Oke, nggak?”

“Enggak, cuma liat lintas aja, lagian kaca mobilnya gelap. Komplek rumah gue dan rumah mama, sama aja sih. Enggak pernah kenal sama tetangga.”

“Exactly. Rumah gue juga.”

Krystal tahu bahwa ketika ia tinggal di komplek perumahan mewah memang sangat individual. Hunian yang ia beli beberapa tahun lalu memiliki lokasi yang sangat strategis, berada di pusat perkotaan. Lalu-lalang dan hiruk-pikuk perkotaan berlangsung selama 24 jam. Namun tidak lepas dari itu, tentunya ia lepas dari kebisingan. Ia tahu betul bahwa tinggal di perumahan mewah seperti ini diidentik dengan status social dan lebih eksklusif dan keamanannya sangat terjamin. Satu saja kekurangannya, yaitu orang-orangnya jarang berbaur, jarang kelihatan, karena pada dasarnya yang tinggal di sana itu sibuk dengan bisnis atau pekerjaan, mulai dari pemilik pabrik, pemilik hotel hingga jabatan tinggi seperti direktur.

“Coba lo kenalan sama, doi?”

“Ngaco aja deh.”

“Kenapa? Keren abis loh siluetnya, lumayankan buat temen nongkrong dan temen bobo.”

“Aneh aja deh, lo,” ucap Krystal tertawa.

“Lagian, kita kan nggak tau, kalau dia udah nikah.”

Alis Grace terangkat, “Emang dia udah nikah?”

“Enggak tau, Grace.”

“Belum kali, Krys. Kalau ada istri kemungkinan besar tuh rumah pasti ada feminin gitu deh. Coba sesekali lo mandi di kolam pakek bikini, dia liatin lo apa nggak.”

“Hemmm.”

“Kan View kamarnya dia sama kayak lo, langsung ke taman lo.”

“Enggak deh. Nanti dikira gue caper lagi.”

“Coba dulu, siapa tau dia meratiin lo. Lagian di rumah sendiri. Gue penasaran reaksi dia gimana.”

“Kalau berenangnya sama lo gimana?”

Grace tertawa, “Nanti ya, next time. Soalnya kolam rumah lo kecil, males. Lo coba deh sesekali, pakek bikini, rumah sendri, nggak ada siapa-siapa juga. Atau di kamar naked, pura-pura nggak liat dia.”

Krystal lalu tertawa, “Nanti deh.”

“Come on, gue yakin tetangga lo belum married. Kita cuma mau tau reaksi dia kayak apa, sadar apa nggak lo meratiin dia.”

Krystal melirik Grace, ia sebenarnya setuju dengan ucapan Grace. Pikirannya sudah bergeliya di kepalanya dan ia tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Putu Amerta

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku