Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Misteri Cinta Anak muda

Misteri Cinta Anak muda

Lamia adiba

5.0
Komentar
12
Penayangan
10
Bab

Shakila jatuh cinta pada pria dingin dan cuek, dia adalah Malih teman masa kecilnya.

Bab 1 MENYEBALKAN

"Shakilaaaaaa!!!!!!" Teriak seorang wanita, menggoyang-goyangkan tubuh putrinya yang masih terlelap dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh.

"Emzzz.." sahut Shakila membalikan badan menjadi memunggungi Ufairah.

Sudah mulai gemas dengan sikap putrinya yang pemalas, dengan jahil Ufa mengkelitiki pingganya membuat Shakila repleks memundurkan tubuhnya.

Brukkkk

Awwwww ringis Shakila mengusap pinggulnya yang sakit.

"Ummi..." keluh Shakila mengkerucutkan bibirnya kesal.

"Apa?!" balas Ufa tenang sambil bersedekap

"Sakit tahu!. Bagaimana kalau pinggangku retak,lalu aku masuk rumah sakit. Terus ummi nanti cemas, dan bersedih karena aku sakit." cerocos Shakila membuat Ufa menautkan sebelah halis.

"Lihat jam. Mau jam berapa kamu sholat subuh?" Tunjuk Ufa ke arah jam.

Kepala Shakila menoleh ke arah jam. Spontan matanya langsung membulat.

"Ummi!.kenapa tidak membangunkan ku dari tadi" panik shakila langsung berlari ke kamar mandi, untuk mengambil wudhu.

Ufa hanya menggeleng kecil melihat sikap putrinya.

"Entah dari mana sikap pemalasnya. Bahkan kamarnya, terlihat seperti kapal pecah." keluh Ufa menepuk dahi,melihat sekeliling kamarnya yang tidak pernah tertata rapih.

"Dulu juga kamarmu seperti ini." sahut Hisyam dari belakang, sambil memegang dasi lalu menyodorkannya pada Ufa.

Ufa terdiam sejenak,kemudian membenarkan perkataan Hisyam.

"ahh..ya juga. Dulu kan aku paling malas bersihin kamar." setuju Ufa terkekeh.

"Ternyata dia memang anakku." aku Ufa kemudian tertawa.

"Kenapa mas berangkat pagi sekali?" Tanya Ufa sambil memasangkan dahi ke leher Hisyam.

"Mas harus berangkat ke luar kota. Apalagi Adam kembali lagi ke Mesir, jadi kamu tahu sendiri lah?, Mas yang harus turun tangan."

Kepala ufa memangut-mangut.

"Seperti apa yah sekarang Malih. Mungkin dia sangat tampan.." ucap Ufa yang tiba-tiba teringat Malih yang tidak lain putra Sarah.

Hisyam tertawa kecil membuat Ufa jadi bingung.

"kenapa tertawa?" tanya Ufa bingung.

"Tampannya seperti Adam. Sikap dinginnya seperti Sarah. Ramahnya seperti Adam, juga pintarnya seperti Sarah. Dan satu lagi, dia anak yang bijaksana seperti Adam dulu. Bahkan anaknya sangat teliti akan sesuatu seperti Sarah yang selalu seperti detective." jelas Hisyam membuat Ufa terperangah karena kagum.

"Mereka memang pasangan yang cocok!" puji Ufa gemas dengan kedua pasangan itu.

"Ummiii!!!!" teriak Shakila dari kamar mandi, membuat Ufa dan Hisyam tersentak.

"Shakila!"

Hisyam segera berlari,kemudian mencoba membuka gagang pintu kamar mandi berkali-kali "Shakila!!, buka pintunya nak!!" Pinta Hisyam menggedor pintu beberapa kali dengan panik bahkan Ufa sudah tidak kalah paniknya.

Brakkk

Pintu terbuka, karena Hisyam mendobraknya. Dengan panik mereka menghampiri Shakila yang sedang berdiri di pojok dinding dengan takut

"Ada apa?!" Panik Hisyam melihat putrinya.

"Itu.." tunjuk Shakila ke arah kecoa yang ingin menghampiri Ufa.

"Aaaaaaarrrrrrrrrgghhhhh." teriak Ufa ikut menjerit. membuat wajah Hisyam Berubah masam.

"Ibu dan anak sama saja." batin Hisyam jengkel.

******

Di meja makan Malih sedang duduk. Tatapannya masih fokus melihat makanannya, bahkan ia tidak berucap atau sekedar beranjak sebentar dari tempat duduknya.

"Malih.." panggil Sarah melirik putranya lembut.

"Iya."

"Bagaimana dengan sekolah barumu?. Apa kamu suka?"

Malih terdiam sebelum ia kembali membuka bibirnya.

"sekolahnya bagus." balas Malih singkat.

"Kamu seperti ayahmu. Selalu menjawab singkat jelas dan padat." ucap Sarah terkekeh,sambil mengingat kenangannya dengan Adam.

"Aku berbeda dengan ayah." Bantah Malih, tampa mengangkat wajahnya untuk melihat raut wajah ibunya yang terkejut.

"Kenapa kamu seperti membenci ayahmu sendiri?" Tanya Sarah pelan kemudian mendekati Malih.

Dengan cepat Malih berdiri.

"Karena Malih bukan seperti ayah." tambahnya lagi membuat hati Sarah menohok sakit.

"Dia terlalu baik untuk kamu benci nak." sahut Sarah menatap putranya sedih.

Malih memalingkan wajah ke arah lain.

"Ayah tidak pernah ada untuk Malih." jujur Malih menahan sakit di hatinya.

"Dia bekerja dan mengajar di sana nak!. Dia sedang memberi manfaat ilmu kepada semua orang. Harusnya kamu bangga." ucap Sarah memegang pundak putranya.

"Untuk apa memberi manfaat ke pada orang lain!. Sedangkan keluarganya saja yang membutuhkan kehadirannya,ayah tidak pernah ada." tutur Malih kecewa.

Sarah tersentak,kembali menatap putranya pilu.

"Sudahlah Bu..,Malih tidak ingin bertengkar dengan ibu,Malih takut berdosa." pinta Malih memohon.

"Kamu pikir. Membenci ayah juga tidak termasuk dosa!"

Malih bungkam "Malih..ayah sangat menyayangimu, walau dia jarang bersama kita. Percayalah, hatinya selalu ada bersama kita." kata Sarah menjelaskan ke pada putranya secara perlahan.

"Sebaiknya aku berangkat sekolah." mencium punggung Sarah, kemudian berbalik.

"Assalamu'alaikum." alih Malih memilih pamit pergi.

"Sikapnya terlalu sama seperti Adam." gumam Sarah menghela nafas berat.

*******

Gerbang sekolah sudah hampir tertutup, membuat Shakila cepat-cepat berlari untuk menghadangnya

"Pakkkkkk....jangan tutup gerbangnya!!!" teriak Shakila berlari, dan

"Hap." dia bisa menahan pintu gerbang itu sebelum tertutup.

"Tolong bukakan gerbangnya pak." pinta Shakila memelas.

"Kamu sudah telat Shakila. Ini pelajar buatmu, karena kamu sering telat masuk!" Tegur satpam kembali ingin Menutup gerbang.

"Tapi kan, tidak tiap hari aku telat!" Bela Shakila kesal.

"Pokonya kamu sudah telat titik." Teguh satpam tidak bisa di ganggu gugat.

"Assalamualaikum pak. Boleh saya masuk." salam seorang pria yang langsung di beri senyuman ramah satpam.

"Tentu saja, silahkan nak Malih." sahut satpam sambil membuka pintu gerbang dengan senang.

Shakila melongo, hatinya sudah mendumel jengkel.

"Kalau begitu aku juga masuk!" Pinta Shakila tegas.

"Tidak bisa!" Tolak satpam kembali menutup gerbang.

Kaki Malih melangkah melewati koridor sekolah. Semua orang sudah menatap Malih dengan kagum, bahkan tidak banyak gadis sudah langsung meleleh melihat Malih yang lewat.

Bagaimana tidak? di sekolah Malih terkenal dengan ketampanan dan kecerdasannya yang di ambang batas. Semua kegiatan di sekolah ia ikuti, membuat hampir sebagian siswi,berlomba-lomba untuk masuk kegiatan sekolah hanya untuk bertemu Malih.

"Dia sangat tampan." puji seorang wanita dengan gemas.

"Dia juga sangat pintar. Katanya di sekolah dulu, dia menjuarai lomba mate-matika se asia, dan dia mendapatkan juara satu. Bukankah itu keren!!" Sahut satu gadis lagi dengan heboh.

Tidak lama Shakila melewat. Dari tatapan kagum, wajah mereka berubah menjadi muram. Bahkan ada beberapa orang yang sudah berbisik-bisik dan itu membuat telinga Shakila jadi panas

"Apa dia tidak gerah dengan mukenanya?"

"Kalau saranku, lebih baik dia pakai mukena aja sekalian. Kan sama-sama lebar,benar kan Shob?" Aju gadis itu membuat kedua sahabatnya tertawa.

Mendengar pembicaraan gadis yang sedang bergosip, Zio melirik malih yang tadi ikut duduk di sebelahnya.

"Menurut lo gimana Malih!. Kalau menurut gue, Shakila itu berlebihan. padahal kan kita masih 3 SMA, harusnya dia lebih banyak bergaul, dan kurangin dikit dalam hal pakaianya yang terlihat gerah itu." kata Zio yang kebetulan sedang duduk dekat Malih.

Malih diam enggan menjawab. Ia lebih memilih memejamkan mata sambil bersedekap, kakinya di silangkan untuk mendapatkan kenyamanan duduk. di pikirannya sedang mengulan-ngulang hafalan Al-Qur'an,tampa orang ketahui.

"Lo itu tidur yah!" Tegur Zio karena Malih tidak merespon ucapannya.

Terdengar helaan nafas berat.

"Lo lagi bicarain orang?" Tanya Malih melirik Zio.

"Gue bilang Shakila itu berlebihan. Padahal dia kan cantik nih..seharusnya dia agak banyak bergaul. Dan lagi pakaian nya terlalu ribet." ulang Zio.

Malih mendesah pelan, kemudian berdiri.

"Gue pergi. Assalamualaikum." salam Malih yang langsung di hentikan Zio.

"Kenapa Lo malah pergi?" Tanya Zio heran.

"Apa jangan-jangan Lo suka sama Shakila yah." tuduh Zio terkekeh.

"Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [al Hujurat/49 : 12]."

"Sekarang Lo tau kan. alasannya, kenapa gue malah memilih menghindar." tambah Malih dingin. kembali berjalan pergi meninggalkan Zio yang langsung bungkam.

Di dalam kelas sudah ramai, semua siswa-siswi sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Seperti Shakila, ia memilih mencoret-coret buku dengan kesal,pasalnya semua orang selalu melihatnya dengan berbeda.

"Menurutmu emang salah kalau aku pakai kerudung panjang?" Tanya Shakila ke arah sahabatnya Nia.

Nia yang sedang bermain game menoleh.

"Tentu saja tidak!. Jangan dengarkan mereka. Istiqomah saja okhe." semangat Nia kembali memainkan game dengan heboh.

Tidak lama Malih masuk kelas. Seketika Kelas langsung menjadi hening. Malih yang adem ayem merasa tidak terganggu dengan tatapan mereka, ia segera memilih duduk bersama pria yang memang terlihat culun.

Pria itu menoleh melihat Malih dengan kaget.

"Jangan duduk di sini!!" Tolak pria itu panik, karena Malih memilih duduk di dekatnya.

"Ini meja punya sekolah. Jadi gue berhak duduk di mana aja." timbal Malih cuek, sambil memasang headset di sebelah telinganya.

"Malih!. Lo jangan duduk sama anak culun itu, sama kita aja di sini. Nanti Lo ketularan virusnya." ucap salah seorang pria membuat semua siswa-siswi tertawa.

Pria culun itu tertunduk. Sedangkan Malih seperti biasa enggan untuk membalas. Sebenernya Malih mencoba menghindari mereka, alasannya cukup sederhana, Malih tidak suka dengan orang yang banyak bicara tapi tidak ada faedah dalam setiap perkataanya. Menurutnya lebih baik mereka diam,dari pada banyak kata yang keluar namun dosa yang di ucapkan.

Pembelajaran pun sudah di mulai. Seperti siswa biasanya, Malih akan mencatat dan memperhatikan apa yang di ucapkan guru di depan. Setiap pertanyaan yang di ajukan,bila siswa-siswi di kelas tidak bisa menjawab,maka mereka pasti langsung melirik malih. Karena bagi mereka,Malih punya 1000 jawaban di otaknya.

"Apa kamu tahu kapan Albert Einstein lahir?" Tanya guru itu ke pada Malih, karena semua orang menunjuk Malih untuk menjawabnya.

"14 Maret 1879"

"William James sidis?"tanya lagi guru

"1 April 1898"

"Kamu tahu berapa IQ nya?"

"IQ (tingkat Kecerdasan) di atas 250-300. Kejeniusannya mengalahkan Da Vinci, Einstein, Newton dan ilmuwan lainnya. Yang tidak bisa saya sebutkan lagi"jawab Malih tenang,masih fokus melihat gurunya

Semua orang menganga, berdecak kagum dengan kepintaran Malih.

"Selalu makan apa dia pagi hari?" Tanya salah seorang siswi menggeleng-geleng kepalanya tidak percaya.

"Mungkin dia selalu makan buku pelajaran. Aku tidak tahu seluas apa otaknya, hingga bisa menjawab semua pertanyaan guru"

"Kamu bisa menjelaskan, biodata singkat William James sidis?" tantang guru karena merasa mulai tertarik dengan kepintaran Malih.

Malih menggeleng kecil, tidak menjawab atau menolaknya.

"kamu bisa menjelaskannya?" Tanya lagi pak Gian karena ia yakin Malih bisa menjawab.

Malih lagi-lagi menggeleng kecil membuat Gian mendesah pasrah.

"Baiklah..kita lanjutkan pemlajaran." sambung Gian kembali menjelaskan materi di bor.

"Kenapa tidak menjawabnya?" Tanya pria culun itu ragu.

"Tidak papa" balas Malih dingin. Sebenarnya..Malih tahu, tapi ia tidak ingin membuat semua orang terlalu memujinya, karena ia bisa menjawab semua pertanyaan guru. dan lagi tatapan kagum itu hanya membuat Malih tidak nyaman, karena tatapan kagum itu takut hanya akan membuatnya menjadi tinggi hati.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku