icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TAWANAN CEO KEJAM

TAWANAN CEO KEJAM

Author_kan

5.0
Komentar
79.5K
Penayangan
47
Bab

21+ harap bijak dalam memilih bacaan. Seorang gadis duduk bersimpuh di lantai dengan tatapan memohon pada sosok pria yang berdiri di hadapannya, berharap agar sosok itu melepaskan. "Jangan menatapku seperti itu. Jika yang kau harapkan adalah kabur dari tempat ini. Maka hal itu tidak akan pernah terjadi!" ucap Kaisar dingin pada gadis yang duduk bersimpuh dengan luka di beberapa bagian tubuhnya. Kecelakaan yang menimpa Sang adik mengubahnya menjadi pria dingin yang tidak bisa disentuh. Mencari dengan segala cara untuk menemukan sang pelaku, hingga bertemu dengan Adelia. Follow ig:@author_kan

Bab 1 Pertemuan

Tap tap tap!

Suara derap langkah kaki terdengar di lobi perusahaan KR Group, perusahaan besar yang telah memiliki cabang di beberapa kota dan di luar Negeri.

Para karyawan yang berada di lobi serentak membungkukkan setengah badan mereka pada sosok yang tengah berjalan mendekati lift dengan beberapa orang mengikut di belakang.

Siapa lagi, jika bukan sang pemilik perusahaan.

Kaisar Argantara.

Pria dengan tinggi 189cm, memiliki wajah tampan dan rupawan yang menarik perhatian para kaum hawa hingga rela menjadi selingkuhan dari sosok tersebut. Sayangnya, pria itu tak suka dengan wanita. Kabarnya seperti itu, hingga kini telah tersebar di perusahaan membuat para karyawan wanita menghentikan niat mereka sebelum memulai.

Putra sulung dari Revan Argantara dan Rania Alexander dengan watak dingin, warisan dari bapaknya.

Kini pria tampan itu melangkahkan kakinya mendekati lift bersama dengan dua bodyguard yang mengekor di belakangnya dan satu lagi adalah sekretaris sekaligus tangan kanannya.

Hanya anggukan pelan yang ia berikan kala mendengar sapaan selamat pagi sepanjang jalan menuju lift. Tak terlalu mengeluarkan suara dari mulutnya.

Kenapa sifat dingin bapaknya itu harus turun pada Pria tampan ini?

Perlahan empat orang itu memasuki lift khusus untuk Direktur perusahaan. Sosok pria berkacamata sekaligus sekretaris Kaisar terlihat memencet tombol lift, hingga perlahan tertutup dan membawa mereka ke lantai paling atas bangunan pencakar langit itu. Lantai lima puluh.

“Bram.” Suara berat nan dingin terdengar memenuhi lift.

“Ya, Tuan.” Sahut pria berkacamata itu, sedikit melirik ke belakang.

Kaisar terdiam sesaat, lalu membalas tatapan datar Sekretarisnya.

“Apa saja jadwalku hari ini?” tanyanya singkat.

Bram, pria itu mengalihkan pandangannya pada tablet yang ia bawa sejak tadi. Melihat beberapa catatan tentang jadwal sang Bos hari ini.

“Ada rapat dengan dewan perusahaan, Tuan. Setelah itu, tidak ada lagi hal penting yang harus Anda lakukan.” Jelas Bram, kemudian merapikan letak kacamatanya.

Kaisar menganggukkan kepala beberapa kali.

Segera melangkah keluar lebih dulu dari lift, saat telah tiba di lantai 50 bangunan tersebut.

Dua bodyguard dan Bram segera mengikuti langkah kaki bos mereka itu, mendekat pada pintu besar sebuah yang merupakan ruangan dari Kaisar.

Sedang sosok yang berjalan di depan tiga orang itu terlihat melamun, memikirkan hal yang akan ia lakukan setelah menyelesaikan rapatnya siang ini.

‘Aku bisa pergi ke rumah sakit setelah menyelesaikan rapat.’ Batin Kaisar. Segera memasuki ruangannya saat dua bodyguard telah membuka pintu untuknya.

“Bram,” panggil Kaisar lagi. Sesaat menghentikan langkahnya tidak jauh dari ambang pintu.

“Ya, Tuan?” sahut Bram.

Kepala Kaisar menoleh ke belakang, menatap dengan tatapan tajam pada sekretaris itu.

“Apa kau sudah menyelesaikan apa yang aku perintahkan semalam?” tanya Kaisar dingin.

Glek!

Bram menelan kasar ludahnya sebelum menganggukkan kepalanya, “seperti yang Anda katakan, Tuan. Saya akan memberi informasi terbaru, jika orang-orang kita telah menelepon nanti.” Ujar Bram, sedikit menunduk.

“Baiklah. Aku percayakan padamu,” ucap Kaisar, memberi isyarat menggunakan tangan kanannya agar dua bodyguard itu menutup pintu.

Suara pintu tertutup rapat terdengar. Kini hanya kesunyian di dalam ruangan besar itu.

Namun, hal tersebut tak menjadi masalah bagi Kaisar. Dengan santai pria itu melangkahkan kakinya mendekati kursi kebesarannya, mendudukkan diri dan menegakkan punggungnya dengan raut wajah datar yang tidak berubah sejak tadi.

Sebuah bingkai foto berukuran kecil menarik pandangan Kaisar, hingga fokus menatap sosok gadis cantik yang ada di dalam foto tersebut.

Senyum kecil terbit di bibir Kaisar. Senyum yang hanya terlihat di hadapan keluarganya dan adik kecilnya yang kini terbaring koma di rumah sakit.

“Shit!” Kaisar mengumpat. Menyandarkan punggungnya dengan kasar pada sandaran kursi kebesarannya. Kedua matanya terpejam, menandakan jika ia tengah berusaha menahan amarah yang ingin meluap.

Ketika mengingat kecelakaan besar yang menimpa adiknya, hal itu bagaikan sebuah tombol pemicu yang akan meledakkan amarah dalam dirinya. Ditambah lagi, sosok pelaku bahkan tak bisa ia temukan walau telah mengobrak-abrik hampir seluruh Indonesia hanya untuk mencari pelaku dari kecelakaan itu.

Secercah informasi tetap tak bisa Kaisar temukan, meski telah mengerahkan seluruh tenaga dan bahkan menggunakan koneksinya. Hasilnya nihil, bagai kecelakaan itu tak pernah terjadi. Bukti, pelaku menghilang bagai ditelan bumi.

Seolah hal itu tak boleh Kaisar ketahui.

Kaisar mengetukkan jari telunjuknya beberapa kali di atas meja. Pikirannya menerawang pada beberapa kemungkinan yang telah ia pikirkan sejak tiga bulan lalu. Ya, sejak kecelakaan itu terjadi.

“Orang-orang sialan itu, tidak akan bisa menghindari hal ini. Lihat saja, hukuman berat akan aku berikan padamu. Bersembunyi selagi bisa,” ucap Kaisar. Kalimat terpanjang yang pernah ia ucapkan dari bibir kakunya.

***

Pukul 16:30 WIB.

Helaan napas pelan keluar dari bibir Kaisar, membuat sosok Bram yang duduk di samping kemudi melirik sekilas ke belakang.

“Anda baik-baik saja, Tuan?” tanya Bram. Walau jarang mengeluarkan suara, tetapi Kaisar tetaplah bosnya yang tegas dan ... Kejam. Sifat yang tidak diketahui oleh orang lain, hanya dirinya dan beberapa orang yang pernah melihat sifat tak berperikemanusiaan dari Sosok Kaisar Argantara. Dan, Bram berjanji tak ingin melihat hal itu lagi.

“Ya,” jawab Kaisar singkat, “aku pikir akan cepat ke rumah sakit. Ternyata berkas dan dokumen penting sangat banyak,” guman Kaisar di akhir ucapannya.

“Anda mengatakan sesuatu, Tuan?” tanya Bram mendapat gelengan kepala dari lawan bicaranya itu.

“Tidak,” ucap Kaisar mengalihkan pandangan ke luar jendela.

Mobil berhenti tepat saat lampu merah. Kaisar menunggu dengan sabar dengan masih menatap keluar jendela, mengerakkan tangannya untuk sedikit melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

“Kenapa hari ini terasa lebih panas dari biasanya?” guman Kaisar pada dirinya sendiri. Mengalihkan pandangan ke arah jendela mobil lainnya, hingga tubuhnya menegang kala tanpa sengaja iris mata biru laut itu menangkap sesuatu yang berdiri tidak jauh dari Lampu merah.

Tiba-tiba bayangan kejadian kecelakaan malam itu melintas di benak Kaisar.

***

Tiga bulan yang lalu.

Sepasang manusia tengah berjalan di trotoar jalan di bawah gelapnya langit malam yang dipenuhi bintang.

"Kak, ke sana yuk." ucap gadis itu sambil menarik pelan lengan baju kakaknya.

Kaisar menoleh ke arah sebuah pasar malam di seberang jalan.

"Kamu sudah besar. Jangan melakukan hal aneh."

Wanita itu mengerucutkan bibirnya kesal. Berjalan mendahului kakaknya sambil menghentakkan kaki ke tanah mendekat pada sebuah kafe.

Pria itu hanya menggeleng melihat tingkah adiknya yang berbeda usia beberapa tahun darinya itu.

Tiba-tiba, wanita itu berbalik dengan tatapan kesal.

"Kak Kaisar menyebalkan." ucap kesal gadis itu sambil berjalan menjauh dari sosok kakaknya.

Saat ini Kaisar tengah menemani adiknya berjalan santai malam hari. Guna untuk menepati janjinya untuk ke kafe bersama dengan adik perempuannya itu.

Kaisar menghentikan langkahnya secara tiba-tiba saat merasakan getaran di saku jaket yang ia kenakan. Pria itu berhenti sejenak, lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Ya, ada apa?" tanya Kaisar to the point pada sosok sekretarisnya di seberang telepon.

"Begini, Tuan—“

Belum selesai sang sekretaris berucap.

Tiba-tiba terdengar suara decitan dan teriakan orang-orang di sekitar. Sontak Kaisar mendongak dan membelalakkan mata saat melihat kejadian di depan matanya.

"RAILA!" teriak Kaisar menjatuhkan ponselnya dan segera menghampiri tubuh adiknya yang bersimbah darah.

Kaisar segera berlari menghampiri adiknya dengan deru napas memburu. Saat ia mendekat, mobil yang tadinya berhenti kini melaju dengan cepat untuk meninggalkannya lokasi kejadian.

Sekilas Kaisar dapat melihat siluet wajah dari pengemudi mobil itu. Wajah sosok wanita yang kini berkeringat dingin melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Kaisar segera berlari mendekati adiknya. Mengabaikan sesaat sosok pelaku kecelakaan yang telah menabrak adiknya.

***

Sekarang siluet wajah yang ia lihat tiga bulan yang lalu tepat berada di depan matanya. Sosok itu tersenyum pada orang-orang, sedang adiknya masih terbaring koma di atas brankar rumah sakit.

“Brengsek!” umpat Kaisar. Kedua tangannya terkepal kuat dengan wajah merah padam. Hawa membunuh yang dipancarkan oleh Kaisar membuat dua orang dalam mobil itu merinding tanpa sebab.

“Aku tidak akan melepaskanmu, wanita Sialan!” umpat Kaisar. Bersumpah pada dirinya. Saat itu juga, ia takkan melepaskan sosok yang ada di depan matanya. Akan ia pastikan, sosok itu menerima hukuman yang luar biasa kejam melebih derita adiknya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Author_kan

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku