Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjebak Pernikahan Yang Salah

Terjebak Pernikahan Yang Salah

Araya Noona

5.0
Komentar
1.3K
Penayangan
10
Bab

Hera Altezza harus rela terjebak dalam sebuah perjodohan bersama Jayden Xavier. Menikah tanpa cinta membuat Hera merasa jika pernikahannya tidak akan bertahan lama. Namun perhatian dan kebaikan Jayden membuat Hera luluh dan jatuh cinta pada pria itu. Tapi siapa sangka jika semua kebaikan yang dilakukan Jayden semata-mata bentuk balas dendamnya pada Hera. Karena perjodohannya dengan Hera membuat Jayden tidak bisa menikah dengan Elena Darwin, kekasihnya. Balas dendam Jayden bukan hanya membuat Hera kecewa dan sakit hati namun juga membuatnya terjebak dalam pernikahan penuh derita. Diduakan, diperlakukan tidak adil bahkan dianggap tidak ada. Hingga Hera bertemu dengan Haidar Pratama. Seorang pria yang bersedia membantu Hera. Tapi kembali lagi, bantuan Haidar tidaklah cuma-cuma karena ada alasan di balik itu yang berkaitan dengan masa lalu Hera. "Aku ingin lepas darinya, namun akan banyak yang terluka karena perpisahan ini," Hera Altezza. "Jika kau ingin tetap bersamaku ... ceraikan Hera secepatnya," Elena Darwin. "Hal itu tidak bisa kulakukan sebelum balas dendamku selesai, lagi pula aku butuh dia untuk kepentingan bisnisku," Jayden Xavier. "Aku akan membantumu lepas dari pria itu ... namun sebagai imbalannya kau harus jadi milikku, bagaimana?" Haidar Pratama.

Bab 1 1. Aku, Kau dan Dia

Happy reading....

Hera Altezza, wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu menyapu lembut perutnya yang membesar. Kehamilannya sudah memasuki usia delapan bulan membuat dia sedikit kesulitan melakukan kegiatannya. Bahkan saat keluar dari mobil, Hera harus dibantu oleh sang supir.

"Terima kasih," ujar Hera tersenyum manis ke arah pria paruh baya itu.

"Sama-sama, Nona," timpal pria itu mulai melepaskan tangan Hera perlahan.

Dengan langkah pelan Hera masuk ke dalam rumah berlantai dua tersebut. Namun sebelum masuk Hera sempat menoleh ke arah bagasi di mana sebuah mobil berwarna grey terparkir.

"Bukankah Jayden mengatakan jika dia lembur malam ini?" gumam Hera pelan. Pada detik ketiga dia menggidikkan bahunya lalu masuk ke dalam rumah tanpa berpikir macam-macam.

Keadaan rumah begitu sunyi dan sedikit gelap. Maklum karena para maid yang bekerja di rumahnya sudah pulang. Hera melanjutkan langkah untuk mencari eksistensi sang suami ke lantai dua rumah itu.

Keheningan malam tiba-tiba hilang saat Hera mendengar lenguhan samar dari arah kamarnya. Mata Hera menyipit melihat pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

"Eugh ... Jay ... ahh ...."

Hera tersentak kaget saat lenguhan itu terdengar lebih jelas. Tubuh wanita dengan rambut sebahu itu bergetar dengan telapak tangan yang berkeringat dingin.

"Yah ... seperti itu sayang ... ahh. Kau memang hebat ...."

Suara itu kembali terdengar. Hera tidak mungkin salah. Itu suara desahan seorang wanita. Hera menelan salivanya berat berusaha melanjutkan langkah yang terasa sangat berat. Semakin dekat suara desahan dan erangan itu semakin jelas. Hera bukan hanya mendengar erangan dari seorang wanita namun juga dari seorang pria.

Perlahan Hera membuka pintu itu dan apa yang terjadi di sana sontak membuat tas yang dia genggamnya jatuh begitu saja. Menimbulkan suara yang membuat dua sosok yang sedang bergulat mendapatkan kenikmatan menghentikan aktifitas mereka dan menatap Hera yang membatu.

"Apa yang kau lakukan, Jayden!!!"

***

"Kau yakin istrimu akan pulang terlambat?" tanya Elena Darwin mengalungkan tangannya di leher Jayden seraya menatap pria itu penuh damba.

"Keluarganya akan menahannya di sana. Jadi kau tenang saja," tutur Jayden menghilang di ceruk leher wanita yang telah menjadi kekasihnya tiga tahun belakangan ini. Bahkan statusnya yang telah menikah tidak membuat hubungan mereka kandas.

"Eugh ... bukankah kau seharusnya ada di sana juga, Jay?" tanya Elena dengan susah payah karena Jayden terus mengecup lehernya. Tepatnya mencumbu leher wanita itu dengan ganas.

"Untuk apa? Lagi pula aku sudah bersamanya seharian. Jadi malam ini aku ingin bersamamu, Elena," kata Jayden membuat Elena tersenyum lebar.

Setelahnya, bibir tebal Jayden langsung mendarat dengan lembut di atas bibir tipis Elena. Mereka menuangkan rasa rindu setelah hampir satu minggu tidak bertemu dengan cara yang paling nikmat.

Pakaian keduanya berserakan di atas lantai. Tempat tidur berukuran king size yang biasa di tempati Jayden dan sang istri, Hera, kini menjadi saksi bisu menyatuan Jayden dan Elena.

"Ahh ... a-aku sangat merindukanmu, Elena," racau Jayden mulai memacu di atas tubuh Elena.

Tangan kecil Elena terulur, mengusap lembut pipi Jayden membuat pria itu tersenyum seraya terus menghentakkan pinggulnya di inti tubuh wanita itu dengan kuat.

Kulit eksotis Jayden yang mengkilap dan basah karena keringat bak lelehan madu manis yang begitu indah dipandang mata. Menambah gairah Elena. Tangannya kini terselip di sela-sela rambut Jayden, sedikit menjambaknya saat apa yang ia rasakan semakin tidak masuk akal.

"Jangan menjepitku terlalu keras seperti itu, Elena ... akh!" tutur Jayden merasakan miliknya diremas kuat oleh Elena membuat gelombang nikmat itu semakin dekat. Darah Jayden berdesir kuat.

"Katakan, Jay! Aku lebih hebat dari istrimu, bukan?"

Elena memang tidak pernah ingin kalah dari istri kekasihnya itu. Dalam hal apapun. Namun pada kenyataannya Elena kalah karena yang menjadi istri Jayden sekarang adalah Hera bukan dirinya. Menyebalkan sekali.

"Kenapa aku harus membandingkanmu dengannya?"

"Kau hanya perlu menjawab, Jay!" Ucapan itu terdengar semakin menuntut.

"Tentu saja. Kau yang terbaik, Elena," kata Jayden kembali menyatukan kedua bibir mereka untuk saling mengecup dan melumat. Seiring dengan puncak yang sebentar lagi datang mereka terus meracau tidak jelas.

Namun belum sempat keduanya menuntaskan hasrat, suara seorang wanita membuyarkan segalanya.

"Apa yang kau lakukan, Jayden!!!"

Jayden dan Elena berbalik menatap Hera yang sedang berdiri di depan pintu. Tangan mengepal serta air mata yang membasahi kedua belah pipinya menjadi tanda jika wanita itu sedang marah besar. Bagaimana tidak pria yang sangat kau percaya, suamimu, bercinta dengan wanita lain di rumahmu, di tempat tidurmu.

"Sial!" umpat Jayden memutuskan penyatuannya dengan Elena. Padahal putihnya sudah hampir tiba. Mengambil handuk untuk menutupi area pribadinya, lalu menghampiri wanita yang ia nikahi hampir satu tahun itu.

Plak!

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi kiri Jayden.

"Dasar pria brengsek! Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan?!" umpat Hera dengan napas tersengal menahan amarah yang seakan bertumpuk di dadanya.

Jayden terkekeh seakan sedang mengejek Hera. Hal yang membuat emosi Hera tak terkendali. Jayden menoleh menatap wanita itu tajam.

Untuk pertama kalinya Hera melihat Jayden menatapnya seperti itu. Jika tatapan bisa membunuh mungkin Hera sudah bersimbah darah di sana.

"Berani sekali kau membawa wanita lain ke rumah kita lalu bercinta dengannya?! Apa kau sudah tidak waras?! Aku istrimu, Jayden!"

Namun hal itu tak membuat emosi Hera redam justru malah membuatnya semakin marah.

"Itu hanya status, Hera!" Jayden pun ikut meninggikan suaranya.

"Apa?" lirih Hera.

"Apa kau masih tidak mengerti juga? Aku tidak pernah setuju dengan pernikahan ini. Aku benci pernikahan ini, asal kau tahu!"

"Lalu apa arti dari semua perhatianmu selama ini padaku, huh?" kata Hera mendorong tubuh Jayden namun tak membuat pria itu goyah sedikitpun.

"Itu karena aku hanya sedang menjalankan kewajibanku sebagai suami, namun sekarang aku sudah muak dengan semua sandiwara ini," kata Jayden tersenyum miring.

Hera bergeming. Perutnya terasa keram membuat dia memeganginya dengan erat.

"Sekarang aku ingin bersama Elena, wanita yang aku cintai," lanjut Jayden sambil menunjuk Elena yang tengah tersenyum penuh kemenangan.

Ya Tuhan, kenapa hal seperti ini terjadi dipernikahanku. Jerit batin Hera. Rasa sakit bukan hanya menghantam dadanya namun juga perutnya.

"Akh!!!"

Hera tak lagi bisa menahan rasa sakit pada perutnya hingga tubuh mungil itu tumbang tanpa ada yang menahannya. Yang Hera lihat terakhir kali hanya dua orang manusia tak berperasaan yang hanya menatapnya tanpa ada niat untuk menolong.

Aku berharap, aku tidak akan mati sekarang. Lirih Hera dalam hati sebelum gelap menyelimuti.

To be continue....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku