icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Perjalanan Waktu: Cintaku dari Keluarga Kerajaan

Perjalanan Waktu: Cintaku dari Keluarga Kerajaan

TERI WOOLRIDGE

5.0
Komentar
72.5K
Penayangan
316
Bab

Seorang ahli forensik abad ke-21 menemukan dirinya bermasalah dengan sebuah organisasi kriminal misterius ketika dia secara tidak sengaja menemukan sesuatu dalam tubuh yang dia bedah. Terpaksa melarikan diri, Harper Chu memutuskan untuk melakukan perjalanan melintasi waktu dan membuka jeratan yang dia alami dengan berpura-pura menjadi putri seorang pejabat Dinasti Cerah. Tanpa anggota keluarga di sisinya, dan seorang Pangeran yang tertarik dengan keterampilannya yang tidak biasa, akankah dia dapat menyelamatkan dan membalaskan dendamnya sendiri, sambil tetap menjaga penyamarannya tetap utuh?

Bab 1 Perjalanan Melintasi Ruang dan Waktu

Dengan permen lolipop di mulutnya, Harper Chu membuka kotak peralatannya dengan terampil dan berkata pada rekannya, Diego Guo, "Yang ini akan sedikit sulit. Aku masih mencoba mencari cara terbaik untuk membedahnya untuk pemeriksaan lebih lanjut."

"Harper, kamu adalah ahli forensik. Tidak bisakah kamu bersikap lebih profesional dengan menghindari makan apa pun saat memeriksa mayat?" tanya Diego sambil terus menatap Harper dengan penuh harap. Ia selalu ingin mengatakan hal ini padanya.

Harper adalah wanita yang sangat cantik. Namun terlepas dari kecantikannya, ia masih melajang di usia dua puluh delapan tahun. Para pria langsung tertarik padanya saat mereka melihatnya. Tetapi, mereka semua melarikan diri ketika menyadari minatnya yang besar dalam membedah mayat.

"Diego, apa kamu tidak tahu bahwa gula manis itu baik untuk mengaktifkan sel-sel otak? Aku percaya itu bisa membantuku dalam melakukan pekerjaanku dengan lebih lancar. Bahkan, kurasa kamu harus mencobanya," saran Harper sambil merogoh isi tasnya untuk mengambil permen lolipop untuk Diego. Dengan senyum manis, ia menyerahkan lolipop itu pada pria tersebut.

Melihat hal itu, ekspresi wajah Diego pun menjadi gelap. "Tidak! Lupakan saja, ayo kembali bekerja. Kudengar mayat ini adalah seorang pejabat tinggi. Dikatakan bahwa dia telah berhasil mendapatkan banyak informasi rahasia. Jika mempertimbangkan fakta ini, sepertinya jelas bahwa dia dibunuh agar tidak membocorkan informasi rahasia itu. Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan pimpinan kita. Kenapa dia mengirim kita ke sini untuk memeriksa mayat ini? Aku cukup yakin dia tahu ini adalah pekerjaan yang berbahaya..."

"Berhenti bicara!" sela Harper. Dengan cepat, ia merobek perut mayat itu dan menemukan sebuah kunci di dalam perutnya. "Lihat! Ini kuncinya."

"Kunci apa?" tanya Diego dengan penasaran dan mencondongkan tubuh ke depan untuk melihat lebih dekat.

Harper membersihkan kunci itu, melihatnya dengan hati-hati dan berkata, "Ini adalah kunci untuk brankas bank. Sang korban pasti menelan kuncinya sebelum diserang."

"Kudengar bahwa rumahnya berantakan saat dia ditemukan meninggal. Apa mungkin sang pembunuh sedang mencari kunci ini?" tanya Diego, tenggelam dalam pikirannya.

"Diego, kamu harus segera memberi tahu pimpinan kita tentang penemuan ini. Tapi pastikan tidak ada orang lain yang tahu tentang hal ini," tegas Harper, menggertakkan giginya.

"Oke." Diego segera berbalik dan pergi, meninggalkan Harper sendirian dengan kunci dan mayat itu. Setelah pria itu pergi, ia melanjutkan pemeriksaan seolah-olah tidak ada yang terjadi. Saat ia hendak menjahit perut mayat itu, sebuah pistol dingin diarahkan ke kepalanya.

"Berikan kuncinya," ucap sebuah suara yang dikenalnya, mencoba menghentikan apa yang sedang ia lakukan.

"Apa? Kenapa sepertinya kamu terlibat dalam masalah ini, Diego?" tanya Harper. Ia langsung mengenali bahwa sang pemilik suara tersebut adalah rekannya, Diego.

"Harper, aku tidak ingin membunuhmu. Jangan menyulitkanku dan berikan kuncinya padaku." Tangan Diego, yang memegang pistol, mulai gemetar. "Aku benar-benar serius. Jika kamu menyerahkan kuncinya padaku, tidak akan terjadi apa-apa padamu. Kita bisa berpura-pura seolah-olah tidak ada yang terjadi..."

Sebelum Diego bisa menyelesaikan kata-katanya, Harper bergerak. Ia menggunakan pisau bedah di tangannya untuk melukai pergelangan tangan Diego dan menjatuhkan pistol yang dipegangnya. Tetapi sebelum Harper bisa berteriak minta tolong, ia merasakan rasa sakit yang tajam di dadanya. Darah mulai mengalir keluar dari tubuhnya, perlahan mengubah seragamnya yang putih menjadi merah.

"Kamu berjanji untuk tidak membunuhnya!" teriak Diego dengan marah pada pengawal yang menembak Harper. Ia meraih tubuh lemas wanita itu sebelum terjatuh ke lantai. Harper merasakan hawa dingin mulai menyelimuti dirinya. Kemudian ia menutup matanya dan tidak bisa lagi mendengar apa yang dikatakan rekannya.

Ketika Harper membuka matanya lagi, ia melihat seorang algojo dengan wajah bengis sedang memegang sebuah pedang. Adegan yang terjadi di hadapannya mirip dengan zaman kuno di mana kepala seorang tahanan akan dipenggal. Menyadari dirinya yang akan dipenggal, ia panik dan hendak berjuang melepaskan diri. Tetapi, lehernya sakit dan kepalanya hampir meledak. Dalam sekejap banyak kenangan membanjiri pikirannya dan membuatnya hampir pingsan sekali lagi.

Di kejauhan, tidak jauh darinya, adik perempuannya mulai menangis. Ia berteriak, "Kakak, jangan tinggalkan kami..."

Harper dengan hati-hati dan perlahan mengingat situasinya saat ini. Ia menyadari bahwa dirinya telah melakukan perjalanan melintasi ruang dan waktu. Identitasnya kini benar-benar berubah. Alih-alih seorang ahli forensik di zaman modern, ia adalah putri kepala Klan Chu dari Dinasti Cerah di zaman kuno. Selain itu, ia mendapat masalah saat membantu persalinan untuk selir Maxwell Jiang, seorang jenderal. Ia dijebak dan difitnah karena telah membunuh putra sang jenderal yang belum lahir.

Dan adiknya, yang sedang menangis tersedu-sedu di hadapannya, adalah salah satu kaki tangan yang menjebaknya.

Maxwell Jiang sangat marah. Untuk menenangkan amarahnya, sang kaisar mengizinkan untuk membunuh Harper. Di sisi lain, Klan Chu telah meninggalkannya. Dan adiknya datang ke sini untuk menyaksikan eksekusi berdarah dingin ini dengan matanya sendiri.

"Sudah siang! Jalankan hukuman mati sekarang!" Di atas panggung, Matthew Jun, adik sang kaisar, memberikan perintah. Ia adalah petugas yang bertanggung jawab atas proses eksekusi itu. Sang algojo mengangkat pedangnya. Melihat situasi genting ini, Harper pun langsung berteriak.

"Saya dijebak... Pangeran, selir Jenderal Maxwell tidak hamil. Saya tidak bersalah!"

Matthew mengenakan jubah hitam dengan tato naga, dan rambutnya diikat dengan batu giok putih. Ia memiliki penampilan yang mengesankan. Selain itu, bentuk wajahnya proporsional dan terlihat gagah. Matanya yang dingin dan hitam setajam pedang, meskipun ia adalah seorang pangeran yang cenderung pendiam dan tidak suka mengganggu.

Senyum menarik muncul di wajahnya saat memandang wanita yang berlutut di hadapannya.

Hanya beberapa saat yang lalu ia memohon dengan sepenuh hati untuk kematian. Ia bingung sekaligus geli melihat wanita ini membela diri. 'Apa dia baru saja berubah pikiran setelah melihat pedang di dekat lehernya?'

"Harper Chu, dekrit kekaisaran telah dikeluarkan, dan tidak mungkin untuk melanggar perintah Yang Mulia. Kamu mengatakan bahwa dirimu tidak bersalah. Tapi siapa yang bisa membuktikannya?"

"Saya bisa membuktikannya! Pangeran, saya punya bukti!" Harper berbalik untuk melihat Matthew. "Pangeran, saya bersumpah atas seluruh klan saya bahwa selir Jenderal Maxwell telah menipu saya. Dia berpura-pura hamil dan menjebak saya karena dia takut saya akan mengungkapkan rahasianya. Tolong beri saya kesempatan untuk bertemu Jenderal Maxwell dan membersihkan nama saya. Jika saya tidak dapat membuktikan bahwa saya tidak bersalah, saya bersedia mempertaruhkan seluruh klan saya."

'Dia bersedia menempatkan klannya dalam masalah seperti ini untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Kudengar bahwa Klan Chu telah meninggalkannya. Aku tidak pernah menyangka dia akan cukup berani untuk menyeret seluruh klannya ke dalam masalah ini. Dia benar-benar wanita yang teguh dengan pendiriannya. Jika itu orang lain, mereka pasti akan takut melibatkan klan mereka ke dalam masalah. Tapi dia memiliki keberanian untuk meminta seluruh Klan Chu mati bersamanya. Karakternya cukup menarik!' pikir Matthew. Ia menyadari bahwa ia harus segera membuat keputusan karena pedang itu sudah di dekat leher wanita tersebut.

Di luar panggung eksekusi, orang-orang sedang menunggu untuk melihat kematian Harper yang akan menenangkan jenderal tercinta mereka.

Adiknya sangat menantikan kematiannya. Jauh di lubuk hatinya, ia akan sangat senang jika bisa mengambil alih posisi Harper di klan.

Singkatnya, semua orang menunggu untuk melihatnya mati.

'Bahkan jika Pangeran Matthew ingin membantuku, kurasa dia tidak bisa mengubah situasinya,' pikir Harper dengan putus asa.

Tetapi melihat keputusasaan dan tekad di wajah Harper, Matthew berkata, "Kalau begitu, aku akan memberimu kesempatan..."

"Pangeran! Dekrit kekaisaran telah dikeluarkan," sela seorang pejabat yang berdiri di samping untuk mengingatkannya.

Matthew mengangkat tangannya untuk menghentikan pejabat itu melanjutkan kata-katanya. "Aku bisa menjelaskan sendiri pada Yang Mulia. Aku ingin melihat apakah Klan Chu akan hancur jika Harper Chu tidak memiliki bukti."

Harper menatapnya dengan penuh rasa terima kasih dan berkata, "Terima kasih, Pangeran."

Matthew tidak menanggapi ucapan terima kasihnya. Sebaliknya, ia dengan dingin menjawab, "Jika kamu tidak dapat membuktikan bahwa dirimu tidak bersalah, kamu akan menghadapi situasi yang sama seperti sekarang. Jangan berpikir bahwa kamu bisa melarikan diri."

Meskipun Harper mendapat secercah harapan, ia tahu hidupnya masih belum aman.

Menyaksikan pergantian peristiwa yang tak terduga, adiknya, Felicia Chu, menjadi sangat marah. Dengan menggertakkan gigi, ia bertanya, "Kakak, bagaimana kamu bisa mempertaruhkan nyawa seluruh klan kita?"

"Felicia, apa kamu tidak percaya bahwa aku tidak bersalah?" Harper menatap Felicia dengan matanya yang berbinar.

Sang adik mengangguk sambil mengatupkan gigi. "Tentu saja, aku percaya kamu tidak berniat untuk membunuh anak Jenderal Maxwell. Tapi, kamu sangat egois dan kejam dengan melibatkan klan kita ke dalam masalahmu!"

"Apa aku tidak boleh egois untuk menyelamatkan diriku sendiri?" balas Harper, menyunggingkan senyum licik.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku