Door ....
Burung-burung merpati yang tengah asyik bercengkrama di ranting-ranting pohon berhamburan terkesiap mendengar suara dentuman hebat tersebut.
Bidikan yang tepat mengenai papan bulat di hadapan sana membuat seorang pria menyeringai angkuh.
Pria tampan, dengan bentuk tubuh proporsional dan atletis. Alisnya tebal, hidung mancung Bangir dengan rahang yang amat tegas. Netranya hazel, dengan kulit putih bersih.
Dialah, Galaxy Orion Alejandro. Seorang CEO termuda di kalangan pebisnis.
Dingin, ketus, arogan, tiga kata yang menggambarkan tentangnya. Apapun ucapannya adalah sebuah titah. Kehidupannya tak normal layaknya pemuda seusia dirinya saat ini.
Yah, Gala, begitu ia kerap disebut, merupakan pewaris tunggal dari Alejandro Company. Perusahaan besar yang tersebar di seantero kota bahkan mancanegara.
"Fiuh!" Gala meniup ujung pistolnya, menyeringai amat puas. Dari hari-ke hari kemampuan menembaknya semakin terasah baik.
"Tuan Muda, ada telepon dari, Drako Enterprise." Seorang pelayan pria paruh baya menyodorkan ponsel kepada Gala.
Gala meraihnya, menatap datar ke layar ponsel. "Pergi!" titahnya.
Pelayan itu, Arthur namanya, bergegas pergi sesuai perintah sang tuan muda.
Gala mengusap tanda panah berwarna hijau di ponselnya, lalu menempelkan ke telinga. "Hallo!" sapanya datar.
"24 jam, Fire comunity harus musnah! Rata dengan tanah, bagaimana?"
Gala memutar bola mata jengah. "Apa Lo lagi memerintah gue?"
"Ayolah, Bro! Gue cariin cewek segelan sebagai imbalannya," suara di seberang sana terdengar melemah.
BIP ...
Gala mematikan panggilan telepon sebelah pihak. Menatap lurus ke depan. Tatapan datar nan dingin adalah ciri khasnya.
Detik kemudian, Gala mengangkat ponselnya kembali. Jemarinya menari di atas papan layar mengetikkan sesuatu. Lalu tersenyum kecil.
"Cukup untuk hari ini," gumamnya.
Gala beringsut bangkit dari tempat duduknya. Bergegas meninggalkan halaman luas yang ditumbuhi rerumputan sintetis tersebut.
Langkahnya besarnya terayun cepat masuk ke sebuah Mansion mewah bernuansa Eropa menuju kamar pribadi miliknya.
Tok ... Tok ... Tok ...
Suara ketukan pintu tersebut membuat langkah Gala terhenti sejenak.
Tentu saja ia tahu siapa yang tengah berada diluar hanya dari kode ketukan pintu tersebut.
Ceklak ...
"Tuan Muda, hari ini ada jadwal kuliah pagi, dan siang hari akan ada rapat dengan dewan perwakilan dari perusahaan Zenithra," ucap seorang asisten wanita yang tampak masih muda dan segar.
"Batalkan!" balasnya tegas.
Ceklak ...
Belum sempat asisten wanita bernama Ailin tersebut membalas ucapannya, Gala sudah lebih dulu menutup pintu kamar.
"Huh! Selalu begitu," gumamnya.
Ailin membalikkan tubuh lalu beringsut pergi meninggalkan tempatnya semula.
Gala menyambar kimono yang tersampir di depan pintu kamar mandi dan segera masuk untuk membersihkan dirinya.
20 menit lamanya aktivitas Gala, akhirnya pria itu keluar dari kamar mandi. Membuka lemari, memilih pakaian santai untuk menuju universitas tempatnya menimba ilmu saat ini.
Begitulah Gala, meski banyak pelayan di rumahnya. Namun, ia tak membiarkan ada satu orang pelayan pun yang mengusik barang-barang pribadinya. Kecuali, Ailin, yang diizinkan untuk membersihkan seluruh isi kamar namun tidak dengan memilihkan pakaian yang akan dia kenakan.
Gala menyugar rambutnya yang hitam berkilau, menatap bangga pantulannya di cermin, detik kemudian beringsut dengan sebuah ransel di bahunya.
Ting ...
Sebuah notifikasi masuk di ponsel Gala. Ia menoleh sekilas, tak langsung membukanya, melainkan langsung menuju bagasi dimana deretan mobil sport mewah miliknya berjejer bak showroom.
Gala memilih mobil Lamborghini Gallardo warna putih kesayangannya hari ini untuk berangkat ke kampus.
Tak memerlukan waktu lama, Lamborghini itu kini melesat cepat membelah jalanan kota.
(Universitas Alejandro internasional)
Mobil Lamborghini Gala, kini terparkir persis di parkiran khusus. Ada tiga buah mobil sport yang sama mewahnya disana.
Gala keluar dari mobilnya, begitupun pemilik 3 mobil mewah lainnya.
Angin semerbak kampus Alejandro berhembus kencang. Mengangkat dedaunan kering yang berguguran akibat musim.
"Gala!"
"Gala!"
Eluan dari suara-suara yang tak pernah Gala hiraukan mengudara.
Empat pria tampan, gagah dan mempesona, berjalan beriringan membuat seisi kampus seketika heboh.
Semua mata kini tertuju pada mereka. Terutama para mahasiswi, hampir seluruhnya histeris dengan kedatangan keempat cowok paling populer di kampus tersebut.
Gala, tak bergeming. Sedikitpun tak dihiraukannya panggilan-panggilan menggila yang mengelu-elukan namanya.
Lain halnya dengan Varro, Kanna Varro Fransisco, cowok yang perawakannya sepantaran dengan Gala tersebut, sibuk melemparkan senyuman dengan para gadis-gadis.
Tangannya melambai, menebarkan pesona ketampanannya. Hidung bangir, alis mata bak semut beriring dengan bibir tipis. Memiliki warna rambut Ash grey yang tengah ngetren dikalangan anak muda. Menambah pesona yang ia miliki.
Lain, Varro, lain pula dengan, Aslan Arsakha Hafier, cowok yang akrab disapa, Arash itu tampak santai dan cool. Arash memang yang paling pendiam diantara keempat cowok tersebut. Pesonanya justru ada pada sikap pendiamnya.
Diam, namun membunuh ketika bergerak. Wajahnya tak kalah rupawan, dengan kekayaan yang tak kalah pula tentunya dari sang leader Galaxy Orion.
Sementara, si bontot, dengan wajah yang paling cute di antara mereka. Paling kocak dan paling konyol, sikap izzy goingnya menjadi daya tarik tersendiri. Wajah orientalnya menyihir setiap manik yang menatapnya. Dialah, Kazazta Sagara Frederic. Mahasiswa kampus yang terjebak dalam wajah awet ala anak SMA.
BRUKK ...
"Arghh!"
Gala menghentikan langkahnya seketika saat seseorang yang tampak tergesa-gesa menabrak tubuhnya.
Suara erangan itu terdengar jelas. Namun, tak mampu membuat Gala, bergeming sedikitpun.
"Wow! Mahasiswi baru kayaknya?" Bisik Saga mencondongkan tubuhnya ke dekat telinga Varro.
Varro hanya menyeringai sekilas lalu menatap seorang gadis yang tampak mengerang di atas lantai marmer kampus Alejandro.
"Butuh bantuan, Nona?" Saga sigap mengulurkan tangan. Membantu gadis itu untuk bangkit.
"Sstthh!" Gadis itu masih meringis seraya menepuk-nepuk bokongnya yang terasa sakit.
"Are you oke?" Tanya Varro menimpali.
Gadis itu hanya mengangguk cepat tanpa menoleh sedikitpun kepada keempat mahasiswa most wanted tersebut.
"Ma--maaf, saya buru-buru." Ucapnya sedikit menundukkan pandangan.
Arash menoleh sekilas. Sedikit penasaran dengan wajah sang gadis yang amat sangat berani menabrak seorang Galaxi.
Sepersekian detik, Arash kembali meluruskan pandangan. Dia tahu, gadis itu sepertinya baru di kampus ini. Sebab seluruh penghuni kampus tahu siapa, Gala.
"Maaf ya sekali lagi, saya permisi!" Gadis itu berucap pelan lalu berlari meninggalkan tempatnya begitu saja.
Seolah ia tak terusik dengan keberadaan Gala dan teman-temannya.
Saga memicing, menatap heran pada gadis itu hingga bayangannya hilang dari lorong koridor sebelah kanan. "Dia nggak lihat kita, atau nggak kenal kita ya?".
"Kan Lo yang bilang, kayaknya dia anak baru," sahut Varro.
"Gimana, Gal? Jiwa mau makan orang Lo meronta nggak?" tanya Saga yang sejak tadi melihat Gala tak bergeming.
"Cabut!" titah Gala.
Lain yang dipertanyakan oleh temannya, maka lain pula yang Gala jawab.
Saga menatap Varro dan Arash. Lalu mengedikkan bahu.
Keempat cowok itu kemudian melakukan langkah menuju ruang kelas mereka.
"Mahasiswa baru," batin Gala.