icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
I Fall Endlessly

I Fall Endlessly

kiranoviani

5.0
Komentar
104.5K
Penayangan
186
Bab

Neva Zetrix terpaksa harus merendahkan dirinya setiap hari di hadapan Brian Anderson untuk mempertahankan bayinya yang tidak berdosa.

Bab 1 01-Pengkhianatan

Suasana pagi buta yang damai kini tiba-tiba terasa mencekam saat suara gaduh di mansion itu tak hentinya terdengar. Suara tembakan sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Benda-benda jatuh dari tempatnya. Keributan seperti sangat bangga menguasai kedamaian di mansion itu.

Di sebuah kamar mewah, seorang gadis sedang meringkuk di sudut kamarnya karena ketakutan dengan suara mengerikan itu.

Suara pecahan kaca juga semakin sering terdengar.

Pintu kamarnya dibuka dari luar dengan kasar dan sebuah lengan menariknya tergesa. "Nona, ayo berdiri."

Gadis itu mendongak saat mengenali suara itu. "Fira, apa yang terjadi?" tanyanya panik saat melihat pelayan pribadinya tampak ketakutan.

Fira menutup pintu dan menguncinya. Fira menarik gadis cantik itu menuju kamar mandi dan tak lupa juga menguncinya.

"A-apa yang terjadi? Suara apa itu?" Tubuh gadis itu gemetar.

"Nona, buka baju Anda. Kita harus bertukar pakaian." Fira dengan cepat membuka seragam pelayannya.

"Maksudmu? Apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu bingung dan semakin panik.

"Nona Neva, kita tak punya waktu lagi." Fira membuka paksa kancing piyama milik gadis yang ia panggil dengan Neva tadi lalu meloloskan pakaian majikannya dengan cepat.

Neva semakin bingung dan hanya menurut saat Fira membantunya memakai seragam pelayan di mansionnya.

Sedangkan Fira segera mengenakan pakaian Neva.

Setelah selesai, Fira yang satu tahun lebih tua dari Neva itu memeluk Neva dengan erat. "Ada penyerangan di mansion, Nona. Bodyguard kita banyak yang tumbang. Kita tidak tahu apa yang mereka incar. Tapi kami semua sudah disumpah oleh Tuan Albert untuk selalu setia. Kami memilih mati daripada berkhianat," jelas Fira secepat mungkin.

Fira tidak tahu berapa lama lagi mereka bisa bertahan di sana. Kekacauan di dalam mansion menyurutkan keyakinan Fira jika mereka bisa selamat.

"Fira, apa maksudmu?"

"Mulai sekarang nama Anda adalah Fira. Dan saya Neva. Jangan pernah membongkar identitas Anda pada siapa pun." Fira menggenggam erat tangan Neva.

Suara tembakan yang disusul suara pintu didobrak pun tak memberi Neva waktu untuk mencerna ucapan Fira. Apalagi bertanya lebih jauh.

Fira memeluk Neva dengan lebih erat. Mendekap kepala gadis itu di bahunya. "Semua akan baik-baik saja, Fira," bisik Fira penuh penekanan agar Neva tak menyebutkan namanya nanti.

Brakk!

Pintu kamar mandi didobrak dari luar dan tubuh mereka diseret paksa untuk keluar.

Kejadian itu berlangsung sangat cepat hingga Neva tak bisa mengerti sama sekali dengan situasi saat ini.

Ia dimasukkan ke dalam mobil bersama pelayan lain dan tak lama mobil itu melaju meninggalkan mansion.

Fira tetap menggenggam jemari Neva, menyuruh gadis itu tetap diam apa pun yang terjadi.

Para pelayan juga tampak ketakutan karena mereka tak tahu bagaimana nasib mereka selanjutnya.

***

Genggaman di jemarinya membungkam Neva sampai seperti orang bisu.

Di depan matanya, Albert—ayahnya— disiksa dengan kedua tangan terikat di belakang kursi dan lebam di wajahnya benar-benar memperihatinkan.

Neva ingin berteriak pada pria-pria menyeramkan yang sedang menyiksa ayahnya untuk menghentikan perbuatan keji mereka.

Namun, para pelayan terus menatapnya dengan memohon agar Neva tak melakukannya. Terlebih lagi Fira, ia begitu melarang Neva melakukan apa pun yang pasti akan membahayakan dirinya sendiri.

Pelayan-pelayan dalam jeruji besi yang sama dengannya itu sudah bersumpah akan setia pada Albert dan akan mengabdikan hidup mereka untuk keluarga Albert. Mereka akan melakukan apa pun untuk melindungi satu-satunya harta Albert yang tersisa, putrinya. Neva Zetrix.

Neva hampir menjerit saat seorang pria melayangkan pukulan ke rahang Albert hingga pria paruh baya itu memuntahkan darah segar dari mulutnya.

Neva tak tahan, ia menggeleng pelan pada Fira tapi Fira semakin menggenggam jemarinya dengan erat. Mengatakan jangan.

Pintu ruangan bawah tanah itu terbuka dan memunculkan tiga orang pria lain di sana.

Semua pria di dalam ruangan itu memungkuk hormat padanya, tentu saja kecuali Albert.

Neva menatap benci orang-orang itu dan meneriakkan satu nama dalam hati, 'Doren keparat!'

Kekehan puas keluar dari mulut pria yang dihormati itu saat melihat keadaan Albert yang sudah sekarat.

"Brian Anderson," ucap Albert dengan geraman samar menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Albert juga menatap tajam seorang pria muda yang berdiri di belakang Brian.

Pria yang ia panggil Brian Anderson itu tertawa kencang melihat nyali Albert yang tak surut sedikit pun walau dia hampir mati. Apalagi saat tatapan Albert langsung berpindah pada Doren di belakangnya.

"Kau masih berani menyebut namaku. Well, ini adalah mahakarya paling luar biasa yang pernah anak buahku persembahkan untukku." Brian tertawa lagi dan menangkap tatapan Albert yang masih tertuju pada orang di belakangnya. "Ah, aku hampir lupa." Brian merangkul pemuda yang tadi ada di belakangnya kini berpindah ke sampingnya karena rangkulan Brian.

"Doren Maldive. Orang kepercayaanmu Tuan Albert Zetrixo." Brian tersenyum miring. "Dia sungguh bisa menjadi orang kepercayaan. Dia yang membuka pintu selebar-lebarnya untukku masuk ke kerajaanmu dengan mudahnya."

Lalu Brian mendorong punggung Doren hingga pemuda itu tersungkur di hadapan Albert.

Doren tentu saja terkejut dan menatap Brian bingung.

"Penghianat tetaplah penghianat." Brian mengambil pistolnya dari saku di balik jasnya kemudian menodongkannya pada Doren. Tepat di kepalanya.

"Tu-Tuan ... apa salahku?" tanya Doren panik. "Aku sudah mengabdikan hidupku padamu, Tuan. Kumohon belas kasihmu. Aku bersumpah akan setia padamu, Tuan," ujar Doren takut.

Brian tersenyum sinis. "Kesetiaan adalah harga mati. Kau bekerja enam tahun dengan tua bangka ini dan menghianatinya untuk uang yang lebih besar meskipun kau sudah disumpah, Doren. Oh, maafkan aku yang tak akan sebodoh pria keparat ini dan memberimu celah berkhianat padaku juga."

Dorr!!

Tubuh Doren seketika ambruk saat Brian melepaskan satu pelurunya di kepala Doren.

Tak puas, Brian menambah satu peluru lagi di bagian lain kepala Doren. Ia benar-benar kejam dan tak kenal ampun.

Neva membeku. Doren, pria yang dulu selalu mengantarnya ke sekolah kini mati dengan cara yang keji setelah berhianat pada ayahnya. Parahnya lagi ia mati ditangan pria yang dibantunya untuk menyerang Albert. Orang yang dengan suka rela memungutnya dari jalanan dan menjadikannya orang kepercayaan.

Buruk sekali nasibmu, Doren. Kau bodoh bisa berhianat pada Albert yang jelas-jelas tulus menolongmu.

Albert shock melihat mayat Doren yang hampir menyentuh kakinya.

Ia sudah tak kasihan sedikit pun pada pemuda itu lantaran telah menghianatinya dan membuat gadis tercintanya harus melihat penyiksaan keji ayahnya.

Sedari tadi, Albert terus mencoba tidak menatap Neva. Namun, sesekali matanya memang bergerak refleks menatap putri semata wayangnya itu. Harta peninggalan istrinya yang paling berharga. Ingin sekali Albert menyuruh Neva menutup mata dan telinganya saja daripada melihat ayahnya yang sudah sekarat ini.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku