icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta yang Membara: Tidak Bisa Melupakanmu

Cinta yang Membara: Tidak Bisa Melupakanmu

Sancho Pintus

5.0
Komentar
938.3K
Penayangan
348
Bab

"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"

Bab 1 Kehamilan dan Perceraian

"Anda hamil, Nona Saputra. Selamat!"

Diana Saputra berjalan keluar dari rumah sakit dalam kondisi hampir pingsan, tapi ucapan dokter tadi tetap terngiang-ngiang di kepalanya.

Saat melihat laporan hasil tes kehamilan yang dipegangnya, wajahnya langsung ceria dan dia tersenyum.

Ini adalah tahun ketiga pernikahan Diana dan Ricky Fuadi.

Mereka tidak menikah atas dasar cinta tapi untuk memenuhi permintaan terakhir mendiang neneknya Ricky.

Namun, setelah menikah, Ricky adalah seorang suami yang luar biasa, dia melakukan semua hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami. Dia memastikan Diana menjalani kehidupan yang baik dan merawatnya dengan baik. Saat hari peringatan pernikahan mereka setiap tahunnya, dia meminta asistennya untuk mengirimkan sebuah hadiah pada Diana.

Dia memperlakukan Diana dengan rasa hormat dan penghargaan yang seharusnya diperoleh seorang istri.

Bagi orang lain, mereka terlihat seperti pasangan yang paling manis dan saling mencintai.

Akan tetapi, semua itu sangat jauh dari kenyataan.

Diana menyimpan rahasia mengenai Ricky tak pernah sekali pun mengucapkan "Aku mencintaimu" padanya selama tiga tahun kebersamaan mereka.

Namun, dia sangat bersemangat untuk menikahinya dan merasa cukup puas hanya dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya dan kebersamaan dengannya. Dia berharap bahwa kebahagiaannya akan semakin bertambah karena kehamilan anak pertama mereka.

Diana menyimpan hasil tes kehamilannya dengan hati-hati lalu menekan nomor Ricky dengan penuh semangat.

"Diana."

Suara pria yang dalam dan menyenangkan terdengar menjawab panggilan telepon itu. Suaranya juga membawa kesan menenangkan.

Diana tak bisa menahan kegembiraannya, intonasi suaranya mencerminkan hal itu. "Ricky, ada berita yang ingin kusampaikan padamu!"

"Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu. Mari kita bicarakan nanti malam."

"Baiklah—"

Sebelum Diana menyelesaikan kata-katanya, panggilan telepon itu sudah diakhiri.

Dia merasa kebingungan selama beberapa saat, tapi rasa gembira karena kehamilan pertamanya segera menutupi rasa bingungnya.

Langit malam segera datang setelah matahari tenggelam di cakrawala.

Lampu-lampu menerangi Vila Samudra.

Diana menyiapkan makanan kesukaan Ricky sambil menunggunya pulang ke rumah.

Tak lama kemudian, dia mendengar suara mobil terparkir di depan rumah.

Jantung Diana berdegup kencang dan dia segera berdiri untuk menyambut suaminya.

Saat itu, pintu terbuka dan seorang pria bertubuh tinggi masuk ke dalam rumah.

Ricky selalu berpakaian rapi dan formal. Dia memakai setelan jas abu-abu, kemeja putih yang rapi dan sebuah dasi yang elegan.

Dagu yang terdefinisi dengan baik dan hidung yang mancung membuatnya terlihat sangat jantan. Kacamata berbingkai emas yang dipakainya memberi kesan dingin dan arogan.

"Kamu sudah pulang. Kita makan malam dulu, ya?" saran Diana sambil tersenyum. Tanpa sadar, dia mengulurkan tangannya ke arah Ricky. Namun, ternyata pria itu mengangkat tangannya hanya untuk memeriksa waktu. Diana tersipu malu karena diabaikan dan tangannya terhenti di udara.

"Sudah cukup larut. Kamu belum makan?" Alis Ricky mengernyit.

"Kamu bilang, malam ini ...." Diana hendak mengatakan sesuatu tapi mengurungkan niatnya setelah berpikir kembali. Lalu dia bertanya, "Apa kamu sudah makan malam?"

Pandangan Ricky mengembara ke arah ruang makan dan menatap beberapa hidangan yang sudah disiapkan dengan rapi di atas meja.

"Belum."

Setelah selesai berbicara, dia segera berjalan ke arah meja makan.

Diana menarik napas puas dan tersenyum, lalu mengikutinya ke meja makan. Mereka duduk dan siap untuk makan malam.

Diana sudah bekerja keras di dapur selama berjam-jam dan kini dia merasa sangat lapar.

Setelah menyuapkan makanan ke dalam mulutnya beberapa kali, dia menyadari bahwa Ricky hanya diam saja dan menatapnya dalam-dalam.

Setelah tatapan mereka bertemu, Ricky mulai membuka pembicaraan.

"Diana, mari kita bercerai."

Diana menjatuhkan garpu yang dipegangnya ke atas meja. Dia masih duduk di kursinya, seperti sedang menahan keterkejutannya.

Ricky terdiam, memberi waktu pada Diana untuk memahami berita yang baru saja dia sampaikan.

Bahkan suara jarum yang terjatuh ke atas lantai meja makan pun bisa terdengar dengan jelas.

Keheningan yang menegangkan tersebut dibuyarkan oleh bunyi sebuah pesan masuk.

Diana melirik ke arah ponselnya dan melihat sebuah pesan dari Irna Rambaya, yang telah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun.

"Aku bertemu dengan Ricky dan Lili di acara seni hari ini! Awasi suamimu. Jangan biarkan Lili si jalang itu merebutnya darimu."

Diana menatap layar ponselnya kebingungan. Dia berkedip dengan keras dan tiba-tiba air mata yang panas mengalir ke pipinya.

Beberapa saat kemudian, dia tersenyum pahit.

Hal itu cukup menjelaskan mengapa dia merasa curiga bahwa ada sesuatu yang salah dengan Ricky hari ini. Tak mengherankan kenapa dia tidak pulang ke rumah tadi malam.

Baru sekarang Diana mengerti mengapa Ricky bertingkah aneh.

'Apa yang harus kulakukan, Irna? Dia sudah berhasil mengambil Ricky dariku,' pikir Diana dalam hati. Dia memejamkan mata kuat-kuat untuk menahan air mata yang mengancam untuk keluar.

Dia merasa ada sebuah pisau yang menghujam jantungnya, tapi dia berhasil mengendalikan diri dan tersenyum lemah. "Apa kamu menceraikan aku karena Lili?"

Ricky tak menjawab pertanyaannya, dia hanya menatap ekspresi datar di wajah Diana.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku