icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Aku Simpanan Tante-Tante

Aku Simpanan Tante-Tante

Cezar Damarlangit

5.0
Komentar
28.7K
Penayangan
23
Bab

Andra terjebak dalam dunia kelam. Dia menjalani hidup sebagai berondong simpanan dua orang wanita kesepian. Suatu hari Andra bertemu seorang gadis mandiri yang membuat Andra ingin kembali ke jalan yang benar. Bisakah Andra terlepas dari jeratan dua orang tante yang telah memberinya kemewahan? Maukah gadis pujaan hatinya menerima segala kekurangan dan masa lalu Andra seumpama gadis itu tahu apa pekerjaan Andra sebelumnya?

Bab 1 Simpanan Dua Tante Kesepian

Rasanya baru saja mata pemuda itu terpejam. Namun, ponselnya sejak dua menit yang lalu tak juga berhenti bergetar, seakan ingin mengusik lelap pemuda berkulit putih itu.

Andra Pamungkas mengutuki dirinya yang telah terlupa untuk me-nonaktif-kan benda pipih itu sebelum memejamkan mata.

Masih dengan matanya yang setengah tertutup, jemari Andra meraba permukaan nakas di sebelah kanan tempat tidur. Dapat. Smartphone hitam berlambang apel tergigit, sudah dalam genggaman tangannya. Sedikit memicingkan mata, pemuda itu mengintip ke layar ponsel.

Siapakah seseorang yang berani mengusik tidurnya yang baru beberapa menit berjalan.

Ternyata yang menelepon Andra ialah Tante Siska. Wanita cantik dan seksi berkepala empat yang menghadiahi ponsel berlambang apel tergigit itu kepada Andra sebagai kado ulang tahun pada tahun lalu.

Bagaimana bisa Andra mengabaikan panggilan Tante Siska. Wanita itu saja sangat royal dan selalu menuruti semua keinginan seorang Andra.

"Pagi, Tante Siska." Andra menjawab panggilan telepon dengan suara yang serak.

"Kamu baru bangun, Ndra?"

Andra berdeham satu kali untuk menghilangkan gatal pada tenggorokan. "Lebih tepatnya baru mau tidur, Tante." Andra bergerak sedikit. Bangkit. Dia menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.

"Duh, maafin Tante, ya ... habis, Tante udah gak sabaran mau ngasih tau sesuatu ke kamu. Suami Tante bakal pergi keluar kota selama dua minggu," ujar Tante Siska terdengar riang dan semringah dari panggilan telepon.

"Waw, asyik, dong, Tante." Nada bicara, Andra buat seantusias mungkin. Biar wanita seksi itu senang dan bakal memberinya hadiah yang lebih banyak lagi.

"Makanya ... nanti kamu ikut Tante jalan-jalan ke villa di Puncak, ya. Temen-temen Tante juga bawa brondong mereka masing-masing." Nada suara Tante Siska manja menggoda. "Masak Tante harus pergi sendirian, sih?"

Andra tersenyum mendengar nada manja pada suara Tante Siska. "Tante atur aja ... apa, sih, yang gak buat Tante."

"Kamu memang the best, Andra." Tante Siska terdengar senang sekali.

Suara gemericik air ikut masuk ke dalam sambungan telepon mereka.

"Tante lagi apa, sih?"

"Mandi. Kamu mau lihat?"

Tanpa sadar jakun Andra bergerak naik-turun. Meski Tante Siska tak lagi muda, dia sangat pintar merawat kulit, badan, dan aset yang wanita itu miliki. Dengan tinggi badan imut 155 cm, tetapi dadanya amat kenyal membusung. Berukuran 38 B.

Body gitar Spanyol dibalut kulit putih terawat yang sering tersentuh lulur dan mandi susu, serta jarang berpanas-panasan di bawah terik sinar matahari secara langsung.

Belum sempat Andra menjawab, panggilan telepon dialihkan menjadi panggilan video. Tante Siska baru saja meminta untuk Andra mengubahnya. Lekas Andra geser layar ponsel ke atas.

Pemandangan syur seketika terpampang di depan mata Andra. Tante Siska polos seperti bayi yang baru terlahir ke dunia, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh sintalnya. Mata Andra ketar-ketir melihatnya.

Tante Siska sengaja meremas sepasang gunung kembar sembari menghadap ke kamera, dengan lidah menjulur menggoda.

"Kamu gak kangen apa, Ndra, sama mereka berdua ini? Hmm?"

Tante Siska memilin puting yang terlihat mengeras. Bibirnya terbuka, mendesah. Dia begitu menikmati setiap sentuhan-sentuhan jemarinya sendiri.

Darah di dada Andra berdesir. Seperti ada sesuatu yang menjalar di dalam tubuhnya. Mengeliat, membuat kejantanan pemuda itu terbangun dari tidurnya.

Benar saja. Milik pribadi Andra menegang. Mengeras seperti ingin keluar dari himpitan celana jeans ketat yang pemuda itu kenakan.

"Tante jahat, ih. Lihat ini!" Andra mengarahkan kamera ponsel ke barang pribadinya sendiri yang menjadi perkasa. Dua detik yang lalu pemuda itu sudah membebaskannya dari cekikan resleting. Rudal kejantanan Andra telah mengacung, memamerkan urat-uratnya yang menyembul.

"Tante bantu, ya. Biar abis ini kamu bisa tidur nyenyak."

Andra mengangguk. Tangannya mulai memilin kepala rudalnya itu. Tatapan Andra tak lepas dari Tante Siska yang semakin menggoda di balik layar ponsel dalam genggamannya.

Lidah Tante Siska terjulur, menjilati bibirnya yang padat berisi. Bulu kuduk Andra seketika meremang. Sentuhan lidah itu masih membekas dan tertinggal dalam memori Andra. Meliuk, basah, dan hangatnya Tante Siska.

Andra semakin mempercepat gerak tangan. "Tante, aku keluarin sekarang, ya, di mulut Tante?"

"Tentu, Ndra. Ayo ... hmmpf. Ah ...." Dua detik kemudian tubuh Andra menegang. Cairan hangat mengalir di sela-sela jemarinya. Dia meraih tisue lalu membersihkan cairan putih kental di seputaran rudalnya.

Ponsel Andra letakkan di atas nakas tanpa mematikan panggilan video. Sehabis membersihkan diri dengan air, Andra pakai kembali celana boxer dan rebah ke atas tempat tidurnya.

Andra raih kembali ponsel dan melihat Tante Siska sudah selesai mandi.

"Bagaimana?" tanya wanita itu.

"Aku udah ngantuk berat. Aku tidur dulu, ya, Tante. Nanti kalo bangun, aku langsung chat Tante."

"Baiklah, Sayang. Semoga mimpi indah. Muach ...!"

Panggilan terputus. Tak lupa Andra me-nonaktif-kan ponsel agar tak ada seorang pun yang akan mengganggu tidurnya lagi. Andra biarkan benda itu tergeletak di dekat bantal. Tak ingin membuang waktu, dia memaksakan mata untuk terpejam dan melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Mengistirahatkan tubuh lelah yang seharian terjamah tangan-tangan wanita-wanita yang haus kasih sayang laki-laki muda seperti Andra Pamungkas.

***

Andra terbangun di jam empat sore dengan kepala pusing dan perut yang kosong keroncongan. Bangkit dan berjalan tertatih dia menuju kamar mandi. Pikirnya, mungkin jika kepala pemuda itu terguyur air dingin, rasa pusingnya akan segera hilang.

Andra memutuskan untuk mandi dan menyikat gigi. Benar saja, rasa berdenyut di kepalanya agak berkurang.

Mengeringkan rambut dengan handuk, Andra membuka lemari baju dua pintu. Memilih baju kaos dan celana jeans secara asal dan memakainya. Tak lupa jam tangan mahal yang dihadiahkan Tante Silvi dua bulan lalu, menghiasi pergelangan tangan kiri pemuda itu.

Andra memutuskan akan mengisi perut di rumah makan cepat saji yang berada tepat di seberang apartemen tempat tinggalnya itu. Setelah turun dengan menggunakan lift, Andra hanya butuh berjalan kaki saja hingga tiba di sana.

Setiba di toko itu Andra terpana memandangi wajah baru yang tak pernah pemuda itu lihat sebelumnya. Seorang gadis bernama Anna—Andra mengetahui namanya dari name tag yang dikenakan gadis itu. Wajahnya manis. Kulitnya putih. Alisnya terukir alami tanpa pensil. Hitam pekat senada dengan warna rambutnya.

"Selamat sore, mau pesan apa, Kak?" Suaranya lembut. Namun tiap kata yang diucap jelas terdengar di telinga Andra bahkan mampu menggetarkan sanubari pemuda itu.

"Saya mau pesan paket combo satu, satu paket." Andra terdengar agak gugup setelah dipandangi terus-terusan oleh mata Anna yang bening dan indah.

"Baik. Paket combo satu. Ada tambahan lain lagi, Kak?"

"Enggak." Andra menggeleng cepat. Setelah Anna menyebutkan sejumlah harga dan Andra membayarnya, pemuda itu meraih satu nampan pesanannya yang telah tersedia lalu mengambil tempat paling sudut di dekat jendela yang mempunyai kaca berukuran besar-besar.

Andra makan dengan lahap sebab perutnya sudah amat lapar. Isi di nampannya kini sudah habis. Saat hendak berjalan ke tempat cuci tangan yang disediakan, mata Andra dan gadis itu bersirobok. Namun, Anna bergegas mengalihkan pandang ke arah lain.

Andra tersenyum tipis penuh kemenangan saat menggosok kedua jemari tangan di wastafel. Andra merasa bahagia sebab baru saja mendapati fakta bahwa gadis itu sedang memperhatikan gerak-gerik Andra sedari tadi.

'Mungkin dia bisa kujadikan selingan sementara waktu. Aku sedikit bosan karena hidupku selama ini hanya dikelilingi wanita-wanita haus seks dan tidak perawan seperti Tante Siska dan Tante Silvy,' gumam Andra dalam hati.

Sebelum berjalan keluar, Andra sempat menolehkan kepala sekali lagi ke arah Anna. Benar saja gadis itu masih saja sesekali memandangi kepergian pemuda itu. Andra tak ingin membuang kesempatan. Dia mengedipkan sebelah mata ke arah Anna. Gadis itu terlihat tersentak dan melongo. Lalu menunduk secara buru-buru.

Andra tergelak.

'Yes! Dia sudah masuk ke dalam perangkapku. Siapa yang bisa menolak pesona Don Juan seperti aku, Andra Pamungkas. Setiap gadis yang kupandangi, pasti salah tingkah dan bergerak-gerak risih malu-malu.' Sekali lagi Andra menggumam dalam hati.

Dianugerahi wajah tampan, hidung mancung dan bibir merah alami, kata sebagian tante-tante yang menggunakan jasanya, wajah Andra mirip dengan Lee Min Hoo. Aktor Korea Selatan yang digandrungi kebanyakan wanita di belahan dunia mana pun.

Ya. Andra adalah seorang simpanan. Karena himpitan hidup yang berat, dia harus menjalani hidup seperti ini.

Andra Pamungkas berpredikat yatim piatu saat sepasang suami istri mengadopsinya dari panti asuhan. Kasih sayang dan semua kebutuhannya tercukupi oleh mereka. Namun, setelah sang istri berhasil mengandung dan mendapat anak hasil sendiri, sikap mereka berdua berubah seratus delapan puluh derajat terhadap Andra, anak angkat mereka.

Andra layaknya pembantu di rumah mereka hingga usia pemuda itu beranjak ke angka tujuh belas. Selesai tamat SMA dan punya KTP sendiri, Andra memilih kabur dari rumah orang tua asuhnya.

Dengan bermodalkan wajah rupawan dan ijazah SMA, Andra gampang saja mendapat pekerjaan menjadi SPG sebuah produk barang-barang terkenal.

Namun, gaji yang Andra dapat tidak cukup untuk menutupi segala kebutuhannya sehari-hari. Hingga suatu hari pemuda itu bertemu dengan Tante Siska. Mereka bertemu di sebuah club di kota Jakarta. Untuk pertama kalinya Andra bermabuk-mabukan karena tak kuat lagi menanggung segala nestapa yang dia hadapi sendirian di dunia ini.

Hendak mengakhiri hidup, Andra tidak punya cukup nyali.

Dalam keadaan setengah sadar, Tante Siska membawa Andra ke rumahnya yang mewah. Dalam keadaan setengah sadar pula, wanita itu menjamah dan bergoyang di atas tubuh Andra yang lunglai tak berdaya.

Akan tetapi, Andra masih bisa merasakan nikmat tiada tara yang selama ini hanya dalam khayalan pemuda itu saja. Semenjak itu Tante Siska menyuruh Andra untuk berhenti bekerja. Dia akan memenuhi segala kebutuhan Andra. Baik apartemen, pakaian, dan beberapa ATM yang tak pernah kosong saldonya.

Tentu Andra tidak bisa menolak segala kemewahan yang ditawarkan oleh wanita cantik sekaligus seksi itu, bukan?

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku