Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
ADA DARAH DI DALAM AIR

ADA DARAH DI DALAM AIR

vina fathur3

4.5
Komentar
333
Penayangan
41
Bab

Mengisahkan tentang seorang anak yang berusaha melawan ayahnya sendiri,dimana ayahnya telah merenggut nyawa ibunya dengan begitu keji.Sayangnya ayahnya adalah seorang mafia terkuat dan terhebat di Asia,MBR adalah nama organisasinya.Apakah anak itu sanggup membalaskan dendam nya?ataukah semua ini akan menjadi boomeran mematikan baginya?

Bab 1 1.Haruskah sekarang

Di gelapnya kamar dengan hanya disinari cahaya bulan nampak jelas dua orang insan yang tengah bergulat di ranjang dengan sangat panas.Suara-suara desahan dari keduanya menggema keseluruh ruangan,untungnya ruangan itu kedap suara.

Sindi yang berada di bawah Kungkungan bosnya nampak kelelahan mengimbangi tempo yang dimainkan oleh bosnya sendiri,tapi dia tak mampu berucap untuk menyelesaikan permainan panas ini.

Mr,J dan Sindi mendesah panjang begitu pelepasan yang kesekian kalinya.

Mr,J pun turun dari atas ranjang dan memakai kembali baju beserta celananya.Detik selanjutnya pria itu melemparkan segepok uang untuk Sindi yang telah menjadi teman malamnya kali ini.Meski dirinya menjadi bos di club Sindi bekerja,mau bagaimana pun dia juga harus membayar jasa yang diberikan oleh Sindi.

"Bersihkan tubuhmu dan pulanglah,"kata Mr,J sembari menutup pintu kamarnya meninggalkan Sindi yang masih terbaring kelelahan di ranjang.

Sindi menatap kelangit-langit kamar yang bernuansa merah dan hitam itu,entah apa yang dia rasakan tiba-tiba cairan bening mengalir dari pelupuk matanya.

Ia terisak pelan meski rasanya menjijikkan dia harus terus melakukan hal kotor seperti ini.Ayahnya yang terbaring di ranjang rumah sakit lah yang menyebabkan dia menjadi wanita malam,ia tak tau harus mencari uang dimana lagi,tak mudah untuk mencari uang 100 juta dalam kurun waktu 1 bulan.Dan ia sudah 2 Minggu menjadi wanita malam di club milik Mr,J.Berbagai pria sudah ia layani,termasuk Mr,J yang notabennya sebagai bosnya sendiri.

Tangannya mengusap pelan air mata yang asik mengalir dengan derasnya.Ia pun bangkit perlahan-lahan menuju kamar mandi di kamar itu.

***

Di ruang keluarga.

"Dimana dia?"Sekertaris Jo menggeleng pelan begitu tuannya menanyakan seseorang yang sedari tadi tak ia lihat,bahkan batang hidungnya sekalipun.

Mr,J memijat pelipisnya pelan,pria berumur 37 itu nampak kesal mengingat DIA masih belum pulang sejak tadi pagi.

"Kalau dia sudah pulang beri tahu...aku ingin ke ruang kerja dulu."Sekertaris Jo membungkuk memberi hormat pada Mr,J yang berjalan meninggalkan nya.

***

Sindi nampak sudah rapi dan segar setelah keluar dari kamar mandi.Kakinya berjalan kearah sofa dan mengambil tas beserta uang yang masih berada di atas ranjang.

Sindi melirik jam di dinding kamar,pukul 11 malam.Matanya mendelik berarti sebentar lagi jam 12 malam dong.Ia bergegas menuruni anak tangga satu per satu.

Di jalan ia berpapasan dengan seorang maid yang sudah berumur,maid itupun mencegatnya.

"Nona mau pulang ya?"tanya maid yang diangguki kecil oleh sindi.

"Iya nih Bi,sindi mau pulang lagian pekerjaan Sindi sudah rampung,"jawabnya sopan nan sangat lembut.

Maid bernama Mega itupun menawarkan tumpangan yang dengan cepat di tolak oleh Sindi."Gimana kalau non Sindi pulangnya dianter Pak Supri (suaminya)"

"Tak usah bi,Sindi bisa pulang sendiri kok."Sindi memang wanita tak enakan,apalagi melihat wanita yang sudah mengeluarkan uban itu,kalau dia menyetujuinya otomatis jam istirahat wanita itu dan suaminya akan berkurang.Lebih baik pulang sendiri saja,tak usah merepotkan orang lain,itu lah yang dipikirkan Sindi sekarang.

"Beneran nih non,udah malam loh...apalagi non Sindi kan wanita,apa nggak sebaiknya diantar biar aman."Sindi menggeleng pelan.

"Saya beneran nggak apa-apa kok,lagian pasti masih banyak orang yang lalu lalang meski tak sebanyak siang hari sih.Tapi Sindi pasti aman kok,"Kata Sindi meyakinkan wanita di depannya.

"Yasudah kalau begitu saya pergi dulu ya,masih ada pekerjaan yang harus maid kerjakan"ujar maid Mega menyelonong pergi setelah mendapat 'iya-an' dari Sindi.

Sindi mulai melanjutkan jalannya.Mansion ini sangat sepi bahkan mungkin hanya terdengar suara jarum jam dan langkah kakinya.Kakinya otomatis terhenti,Ia teringat belum berpamitan dengan Bosnya,Tak sopan jika belum berpamitan dengan tuan rumah mansion ini.

Akhirnya Sindi berbalik lagi dan berniat untuk berpamitan terlebih dahulu.

Nihil,Sindi tak menemukan manusia itu.Kakinya bahkan sudah pegal mengelilingi luasnya mansion ini.

Tapi matanya seketika berbinar begitu sesosok orang melintas di depannya.Ia segera berteriak menghentikan orang itu,dan aksinya itupun berhasil.

"Hei!!!"

Orang itupun berbalik,Sindi tak dapat mengenalinya apakah itu pria atau wanita.Sebab yang dipakai oleh sesosok itu sangat tertutup,Hoodie berwarna hitam dengan topinya yang ditudungkan,juga dia memakai masker hitam.

Sesosok itu menunjuk dirinya sendiri.mungkin maksudnya apakah dia yang dipanggil oleh Sindi barusan.

Ia pun mendekati Sindi yang terlihat kelelahan dengan keringat mengucur tak hentinya.

"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"tanya Sindi To the Points.

Hening,sesosok itu tak meresponnya langsung.Sindipun menanyakan kembali pertanyaan yang sama.

"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"Lagi-lagi sesosok itu tak kunjung menjawabnya.

Sindi menghela nafas gusar,ia tak ada waktu untuk berlama-lama disini.

"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"tanya Sindi tersenyum kecut,tangannya sudah terkepal erat karena geram dengan sesosok di depannya.

Akhirnya sesosok itu merespon jawabannya meski hanya menggunakan tangannya menunjuk ke arah pintu berwarna merah tua.

Sindi mengangguk paham."Terimakasih ya,kalau begitu saya pergi dahulu,"pamitnya dan berjalan kearah pintu yang ditunjuk oleh sesosok barusan.

DIA hendak melangkah pergi menyusul Sindi,tapi sebuah tangan memegang pundak yang otomatis membuatnya terhenti.

Saat berbalik ternyata sekretaris Jo lah orang yang memegang pundaknya.

"Apakah anda lapar?sepertinya tadi anda terlalu sibuk dengan dunia sendiri,bagaimana kalau saya buatkan makanan dahulu baru boleh pergi ke kamar."DIA mengangguk menyetujui tawaran sekertaris Jo.Ia juga tak ingin berbohong bahwa cacing yang ada dalam perutnya sudah meronta-ronta sedari tadi.

"Minumannya saya buatkan jus jambu saja ya,tadi para maid membawa banyak jambu segar dan sangat manis."DIA hanya mengangguk saja.

"Baiklah kalau begitu saya buatkan dahulu,"kata sekertaris Jo membungkuk dan berjalan menuju arah dapur yang terbilang cukup jauh.

DIA berjalan perlahan-lahan menuju pintu berwarna kemerahan itu,mulutnya tak henti-hentinya bersiul.

Tangannya mulai memutar handle pintu.Baru masuk ke dalam DIA sudah disuguhkan dengan isakan dan jeritan dari dalam ruangan itu.Ia menduga bahwa suara itu adalah milik wanita yang ia temui barusan,yaitu SINDI.

Sebelum memulai pesta malam ini,DIA tak lupa mengunci pintunya terlebih dahulu.

Tangannya merogoh saku dan mengeluarkan benda berkarat yang jika di teliti itu adalah sebuah pisau.

Baru beberapa langkah Sindi datang dan menubruk badannya.Jelas terlihat bahwa wanita itu sedang ketakutan,wajahnya saja sudah pucat pasi.

Apakah Sindi dikejar oleh hantu?atau sesuatu yang lebih menyeramkan dari hantu?memangnya ada yang lebih menyeramkan dari Hantu?

ADA...yaitu,manusia.

"I-ini tempat apa?k-kenapa banyak penggalan kepala yang disimpan dalam wadah berbentuk kaca transparan?"tanya Sindi yang seluruh tubuhnya gemetaran.

Wanita itu teringat sesuatu.Korban?benar korban pembunuhan berantai di kota Jakarta semua korbannya tak memiliki kepala saat di temukan.Jangan-jangan...

Sindi mundur perlahan-lahan ke belakang.Mulutnya terasa kelu tak mampu menanyakan pertanyaan itu'apakah selama ini DIA yang menjadi pembunuh semua ini?'

"A-apa kau dalang dari pembunuhan berantai ini?"tanya Sindi mendapat gidikan baru dari sosok tersebut.

"Kumohon jangan bunuh aku,"mohon nya berlutut dihadapan sesosok itu.

Sindi tercekat begitu sesosok di depannya memainkan pisau dengan santai."ku mohon tolong beri aku kesempatan untuk hidup,aku tak akan memberitahu ke polisi,tapi ku mohon jangan bunuh aku,"mohon nya sekali lagi.

"Ku mo--"Belum sempat melanjutkan ucapannya,sebuah benda menerobos masuk ke dalam dadanya.Itu masih belum sepenuhnya,tapi rasanya amat sakit.Darah segar mengalir perlahan-lahan membasahi dress yang ia gunakan.

"Kenapa ka---"Sindi mendelik,lagi DIA menusuk kan pisau berkarat itu dalam dadanya.DIA mulai memperdalam tusukannya dan memutar pisaunya di dada wanita itu.

Bisa kalian bayangkan rasa sakit yang dirasakan oleh Sinta?Itu pisau berkarat loh,terlebih pisaunya diputar didalam dadanya.

Tubuhnya seketika ambruk ke lantai."Apakah ini hari terakhir ku di dunia ini?kenapa?kenapa harus sekarang.Masih banyak hal yang belum ku lakukan,dan lagi masih ada tanggung jawab ku untuk menyelamatkan nyawa ayahku yang tengah terbaring.Apakah sekarang?ini mimpikan?ku mohon katakan bahwa ini hanya sebuah mimpi,"batinnya tak terima dengan takdir yang menimpanya malam ini.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku