Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Wanita Sandwich

Wanita Sandwich

Er Lumi

5.0
Komentar
162
Penayangan
2
Bab

Tiga sahabat yang reuni kembali setelah tiga belas tahun tak berjumpa karena sempat bersitegang dalam suatu masalah. Selai Selena, seorang wanita yang rupanya telah menjadi seorang janda dengan tiga orang anak. Dulunya, ia merupakan sosok gadis primadona.  Tomato Tami, seorang istri dan ibu dari seorang anak. Kehidupannya nyaris tak ada yang berubah sejak ketiganya terakhir kali bertemu. Yakni berprofesi sebagai PNS rendahan di kantor daerah. Roti Rostiana, seorang wanita karir yang sukses tetapi memilih untuk melajang dan hidup bebas seperti impiannya sejak lama. Dulunya, ia dikenal sebagai gadis yang manja. Dalam pertemuan tersebut, selain untuk melepas rindu dan makan bersama, ternyata ada kisah yang sebenarnya belum mereka ceritakan satu sama lain. Ada beban, tangisan, kebahagiaan dan curahan yang mulai terkuak yang kemudian membentuk mereka hingga sekarang. Kisah apa saja itu? *** IG : @xxvilumier

Bab 1 1. Reuni; Suatu Pertemuan Kembali

Sebenarnya begini, karena pada dasarnya masyarakat di negara kita telah terbiasa tumbuh dengan memakan nasi, maka sarapan roti itu adalah hal yang kurang umum. Kecuali jika dipengaruhi oleh sinetron dari tahun 90-an yang mana akan selalu ada tiga hal ini di meja makan para tokohnya;

Roti, Selai, dan Jus Jeruk. Ketiganya adalah menu mutlak.

Tapi semenjak masa milenium menyerang, semua orang di negeri agraris ini mulai terbiasa sarapan roti. Beberapa bahkan mulai memakan sereal alih-alih lontong sayur atau oatmeal alih-alih bubur ayam. Kebule-bulean.

Namun mengesampingkan hal di atas, sesungguhnya ini bukanlah perkara menu makanan atau semacamnya―walau tak dapat dipungkiri, ke depannya akan ada secuil pembahasan mengenai itu―melainkan ini tentang anak-anak Selai Selena yang sejak pagi tadi ribut menentukan apakah mereka harus sarapan atau tidak.

Pasalnya, semalam Selena berkata pada mereka bertiga, "Besok Mami mau pergi reuni dengan teman-teman Mami. Kalian mau ikut?"

Dua orang ikut, satu orang tampak ogah-ogahan. Antara malas ikut, tapi tak mau ditinggal. Tipikal bocah ingusan yang sedang beranjak remaja. Istilah kata; Labil.

Maka akhirnya mereka sepakat untuk ikut saja. Karena, toh, tak ada hal lain yang menarik yang bisa dilakukan di rumah selain menonton televisi yang isinya Tupai betina dan Gurita tanpa celana yang bahkan harus disensor secara tak wajar.

Imbuh Selena, "Tapi, harus berangkat pagi-pagi sekali, karena tempatnya jauh."

Nah, jadi itulah kenapa ketiga remaja itu saling berdiskusi agak alot untuk menentukan apakah mereka harus memasak sarapan dulu atau tidak. Sehingga sebagai mami yang baik nan bijak, Selena memberi opsi terakhir seperti ini;

"Nanti kalau benar-benar lapar di tengah perjalanan, kita berhenti saja di Indoapril dan beli beberapa roti. Oke?"

Dan karena tampaknya tak ada jawaban lain selain 'oke', berarti semua setuju. Lalu,pukul enam lewat empat puluh lima menit, mereka benar-benar meluncur pergi.

Bukan meluncur secara harfiah.

Tetapi, itu berarti keempat anggota keluarga ini pergi dengan mobil ke suatu tempat. Dalam dunia sastra, itu dapat diartikan 'meluncur'. Begitulah.

Serupa tapi tak sama. Hal tersebut juga sempat menjadi dilema bagi Tomato Tami.

Baginya, sulit benar untuk memutuskan apakah dirinya harus mengikuti acara keluarga pihak suaminya atau tetap pergi reuni dengan dua sahabat lamanya.

"Soalnya, Mas," ia berkata pada pada suaminya, "aku sudah susah payah mengatur jadwal kami bertiga supaya bisa bertemu besok. Sudah dari dua tahun yang lalu, lho, rencananya. Masa tiba-tiba aku membatalkan begitu saja, sih?" Tami mendecak jengkel. Sebab bukannya mendukung, sang suami justru menjawab tanpa beban seperti ini;

"Ya, tinggal bilang saja kalau kamu ada urusan keluarga yang tak bisa ditinggal."

"Mas, ih! mana bisa begitu. Lagipula, kenapa kamu bilangnya mendadak begini, sih? Kenapa nggak kasih tahu dari jauh-jauh hari?!"

"Mbak Retno juga baru kasih tahu aku tadi sore," sahut suaminya sambil memeluk guling, "Oh iya, besok tolong siapkan baju, ya. Acara penting soalnya."

"Penting apanya?" suara Tami mulai meninggi, "Arisan keluarga itu penting dari mananya?! Kalau cuma mau pamer cucu dan jabatan, sih, lebih baik aku pergi reuni dengan teman-temanku saja!"

Dan inilah alasan mengapa mereka bertengkar malam itu. Tanpa titik temu. Alhasil, keesokan harinya, sang suami mengajak anak semata wayang mereka ke pertemuan keluarga. Sementara Tami tetap memilih untuk berangkat ke acara reuni.

Bahkan, saking kesalnya, suami Tami sempat menyindir;

"Ayo, Nak, kita berangkat sekarang."

"Ibu nggak ikut, Pak?"

"Nggak. Ibu lebih memilih senang-senang sama teman lamanya dibanding dengan kita," berkata dengan nada agak culas, dan kalau boleh jujur, Tami cukup sakit hati mendengarnya sehingga sepanjang perjalanan menuju restoran di mana ia akan berjumpa dengan dua sahabatnya, Tami terus meneteskan air mata.

Namun, pagi tak selalu diisi dengan sarapan, perselisihan dan kesibukan. Akan selalu ada kekontrasan. Akan selalu ada yang bertolak belakang.

Maka dialah Roti Rostiana.

Mohon singkirkan segala macam tetek bengek jeritan alarm, kegaduhan mencari dasi atau kaos kaki, serta dentingan sendok sayur di dalam panci.

Karena Rostiana tak menyukai itu semua. Ia pecinta ketenangan. Pecandu kesunyian. Perindu kebebasan. Jangan ditanya tentang betapa dirinya benar-benar menjunjung tinggi suasana tenang. Bahkan rumahnya saja berada di kaki gunung yang benar-benar asri dan sunyi. Hanya ada sekitar tiga belas kepala keluarga di sana yang hidupnya hanya bergantung, setidaknya, dari tiga hal; bercocok tanam, menjadi porter bagi para pendaki, dan menyewakan villa.

Rostiana bertahan hidup dengan cara yang ketiga, walau bercocok tanam adalah hobinya. apalagi menanam buah di halaman belakang. Ia bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam.

Makanya, saat di suatu petang usai menanam lobak dan bawang, Rostiana girang bukan kepalang usai mendapat sebuah pesan;

'Kita reuni, yuk, Ros. Aku, kamu, dan Selena. Bagaimana?'

Tanpa banyak berpikir, Rostiana mengiyakan. Tapi bagaimanapun, mereka sudah menjadi orang dewasa sekarang dan orang dewasa selalu memiliki banyak kesibukan, bahkan yang tak diduga-duga. Jadi, jangan heran jika reuni ini baru terlaksana dua tahun kemudian setelah segala drama dan kecanggungan.

Lalu, disitulah tempatnya.

Kompleks restoran sederhana di dekat area persawahan yang memiliki suasana rindang, asri serta jauh dari keramaian. Tempat ini direkomendasikan oleh Rostiana kepada Tami yang kemudian memesan sebuah gazebo untuk reuni kecil mereka.

Alasan Rostiana memilih tempat ini, sederhana saja; Lokasinya berada di tengah-tengah bagi ketiganya dan sama-sama membutuhkan waktu tiga jam perjalanan. Jadi, itu dirasa cukup adil.

Dan ini kira-kira sudah sekitar sembilan atau hendak setengah sepuluh tatkala tiga sahabat ini, setelah belasan tahun berlalu, akhirnya dipertemukan kembali pada suatu reuni.

Suatu pertemuan kembali.

(Bersambung...)

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku