icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
948
Penayangan
12
Bab

Dania, mama muda yang selalu ingin di atas, di depan di antara para tetangga. Tidak disangka ia satu komplek dengan Khamila, wanita yang pernah merebut calon suaminya. Apa jadinya? Yuk ikutin ceritaku

Bab 1 Pamer

Akhirnya selesai juga pekerjaanku. Dari pagi ublek-uthek di dapur mempersiapkan sarapan. Meski suamiku bergaji besar , tetapi kami tidak memiliki pembantu. Memang yang menginginkan dengan alasan agar aku bisa gerak dan tidak mager dan juga uangnya bisa aku gunakan untuk yang lain.

Waktunya rebahan sambil nunggu Dhuhur, lagi pula mau apa lagi? nyuci, memasak, menjemur pakaian, menggosok, menyapu, mengepel, semuanya sudah.

“Capek,” gumamku.

Aku menuju ke ruang tengah, ruang khusus untuk keluarga dan tiduran di kasur yang memang telah tersedia. Sembari tiduran kubuka-buka medsos.

Ada status menarik dari Mama Azzah-- tetangga sebelah. Ratu sosmed kalau kami menyebutnya. Aku dan dia satu komplek, tetapi beda blok. Rumahku di cluster depan, tentu saja cluster termahal sedangkan dia cluster biasa.

Kami ada grup WA emak-emak komplek dan mengadakan arisan RT sebulan sekali.

“Alhamdulillah ya, Pi, akhirnya kesampean juga beli baru.” Begitu isi statusnya sembari menyertakan foto mobil baru Avanza.

Aku terbelalak melihat statusnya.

“Uh, pamer!” ucapku. Aku tahu dia itu panas karena Mama Izam juga barusaja beli mobil baru.

Kulihat banyak sekali yang respon dan memberikan emot love. Pasti bangga sekali dia.

Banyak pula yang komentar, “Alhamdulillah ya, mbak, moga nular, Aamiin.” Itu Komentar Mama Ais tetangga depan rumah.

Adapula yang komen, “Boleh, dong, nyobain.” itu Komentar Mama Mira.

Lalu aku? Ogah!

Bukannya aku iri, aku hanya sebal sama dia. Setiap hari ada saja yang di posting. Ketika di jalan, ketika makan, ketika liburan, ketika baru beli baju dan lain-lain, semua-muanya di posting. Kurag kerjaan.

Sepertinya orang itu ingin membuatku panas. Kali ini aku juga mau bikin postingan biar dia makin panas.

Aku keluar rumah dan mengambil gambar mobil milikku merk honda jazz yang terparkir di garansi.

Ku upload gambar mobil tersebut di facebook lalu kuberi caption, “Alhamdulillah Papa punya akupun punya.”

Tak berapa lama kulihat di story WA, dia bikin status, “Pamer!.” Akupun tertawa puas. Aku tahu bahwa dia membalas statusku di Facebook dan membuat story di WA.

Begitulah kami. Aku tidak ingin bersaing dengannya hanya saja dia itu sangat menyebalkan, apa-apa di posting, dikiranya haya dia saja yang bisa, huft.

Setelah melihat-lihat status di facebook, aku beralih ke WA. Kembali aku melihat statusnya Mamah Azzah.

Dia memposting foto mesra dengan suami dengan memberi caption, “Makasih sayang atas hadiah tas ini. Tas keren oleh-oleh dari Bandung.”

Setelah itu dia memposting tas pemberian suaminya. Melihat tas tersebut, aku tertawa, “Ya elah, tas kek gitu aja di pamerin. Tuh tas branded gue banyak di lemari,” gumamku.

Huh, memangnya kamu saja yang punya tas. 'Nih aku posting tas brendedku,' batinku.

Aku mengupload koleksi tas yang ada di lemari dengan caption, “Tas, tas, tas, bukan KW, ini asli branded, siapa mau?”

Setelah ku upload, banyak sekali yang nge-like, aku yakin dia melihat postinganku. Puas!

Begitulah keisenganku di waktu luang, paling seneng kalau bikin Mama Azzah panas.

Setelah itu aku tidak pernah melihat postinganya baik di Facebook maupun story WA. Bagiku itu lebih baik dari pada kesel dan sebel melihatnya.

Tiing ….

Notifikasi WA masuk ke ponsel, ketika kulihat, ternyata dari Mama Mira.

[Mama Adit, hari ini lihat statusnya Mama Izzah, nggak?]

[Sudah beberapa bulan ini aku nggak lihat, kayaknya di blokir] balasku.

[Duh, heboh se kampung, lho] balas Mama Mira.

Ada berita apa, sih, kok aku ketinggalan jaman.

[Berita apa, Mah] balasku penasaran.

Tak lama Mamah Mira mengirim screenshoot yang berisi status Mama Azzah.

Aku kaget dan tak percaya dengan isi statusnya.

Isi satusnya yaitu, “Sebentar lagi aku akan memiliki apa yang menjadi milikmu.”

Wuih, status macam apa ini. Lama aku tidak mengikutinya, benar-benar ketinggalan berita.

Ok, nanti aku stalking menggunakan akun Mas Adnan--suamiku.

Seperti biasa setelah habis Isya Mas Adnan pulang dari kantor.

Semua telah kupersiapkan, dari air panas untuk mandi, makan malam serta minuman kesukaan Mas Adnan.

Setelah Mas Adnan bersih dan rapi, kupersilakan untuk makan.

“Mas, makan, yuk,” ajakku mesra. Itulah aku, manja dan kemayu. Gak masalah, to, sama suami sendiri, haha.

“Aku udah kenyang, tadi makan malam sama teman kantor,” balasnya.

“Aku mau istirahat saja, capek banget.” Sembari melangkah menuju ranjang lalu merebahkan diri, sepertinya memang sangat capek Kesempatanku untuk pinjam ponselnya.

Mas Adnan itu pelor (nempel molor, artinya jika sudah kena bantal, langsung tidur.)

Pertama kubuka pesan di aplikasi WA.

“Astaghfirullah,” pekikku, hampir saja copot jantungku.

Aku membaca di aplikasi WA suamiku ada pesan masuk. Memang tanpa nama, tetapi aku sangat mengenal nomor tersebut. Ini sebulan lalu.

[Assalaamualaikum, Mas Adnan? Ini aku, Khamila, Mamahnya Azzah.]

[Ya, ada apa, Bu] jawab suamiku.

[Kebetulan saya sedang berada di jalan Kartini No. 10, sepertinya dekat dengan kantor njenengan, bolehkan saya ikut nebeng pulang? Kebetulan Papahnya Azzah sedang keluar kota]

[Iya, Bu] balas suamiku.

Mendidih kepalaku membaca pesan dari dia.

Hari berikutnya.

[Maturnuwun sudah membolehkan ku ikut pulang, maturnuwun juga traktiran baksonya]

Wah, kurang ajar sekali, kenapa Papa nggak ngajak-ngajak?

[Iya] balas Papa.

Hari berikutnya dan hampir tiap hari nebeng sama suamiku, maunya apa?

Lalu aku stalking ke akun FB-nya melalui akun Papa.

Ini sebulan lalu.

“Bahagia bersamanya.” Begitu statusnya dengan caption foto saat di mobil. Semakin geram aku sama dia.

Status berikutnya.

“Makasih traktiran baksonya.” Captionnya foto bakso rudal kesukaanku.

‘Cukup! Cukup! Sudah semua ini, aku harus segera mengakhiri.’

Ting …. Notifikasi pesan masuk di ponsel Papah.

[Maturnuwun uangnya, Mas, ini terlalu banyak] Pesan dari Khamila.

What! Ini keterlaluan! Aku harus bangunin Papah.

“Pa ….”

Eh, tunggu. Aku harus atur strategi untuk memberi pelajaran pada wanita ulat itu. Aku juga mau memberi pelajaran Pada papa. Berani sekali dia berbuat ini padaku.

Lau bagaimana caranya, ya, wanita itu sangat pinter. Aku berfikir keras. Aku berdiri dan mondar-mandir ke sana-ke mari.

Aku harus menanyakan ke Papa, meski aku tahu Papa tidak akan mengaku.

Aku membuka Facebook Papa. Kali ini aku mau bikin status panas dulu biar Khamila membaca.

“Bulan madu kedua, asyeek.”

Itulah status yang aku kirim di akun Papa sambil kuberi gambar saat kami berlibur di Puncak.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh lestari zulkarnain

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku