icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjebak dengan sang CEO

Terjebak dengan sang CEO

RICHA SEHGAL

4.7
Komentar
10.8M
Penayangan
1782
Bab

Seri Terjebak - Episode I: Terjebak dengan sang CEO. Dibius pada suatu malam oleh mantan pacarnya, seorang pria misterius memanfaatkan tubuhnya dalam malam yang menyenangkan. Untuk membalas dendam, dia menikahi pria itu, dan memanfaatkannya. "Selama aku masih hidup, aku adalah istri sahnya, sedangkan kalian semua cuma wanita simpanan." Dia tetap bersikeras bahkan ketika pria itu terlibat dalam skandal dengan wanita lain. Akhirnya dia pergi setelah mengetahui bahwa pria itu telah mengkhianatinya lagi. Tetapi nasib membawanya kembali kepada pria itu beberapa tahun kemudian, yang membuatnya menjadi heran. Pria itu sudah mendapatkan apa yang diinginkan darinya, tetapi dia tidak mengerti mengapa pria itu masih ingin menyiksa dan menghantuinya.

Bab 1 Tolong Selamatkan Aku

Hotel Mandapa, sebuah hotel bintang lima di Kota Daka.

Tempat di mana Lala Setiawan merayakan ulang tahunnya yang ke-22 dengan sebuah pesta yang hampir berakhir. Tampak pipinya yang memerah sehingga terlihat seakan baru saja dipoles dengan pewarna. Ia mulai berjalan terhuyung-huyung.

Ketika lift sampai di lantai delapan, Sarah Ferdina mengeratkan genggamannya pada tangan Lala, tanda bahwa ia sudah bertekad untuk tidak membiarkannya tidur dengan Mike Gabian.

Setelah yakin dengan keputusannya, ia menarik Lala menuju kamar di ujung koridor. Pelayan kamar baru saja selesai melakukan tugasnya di kamar itu dan hendak pergi ketika Sarah dan Lala tiba di sana.

"Tolong biarkan pintunya terbuka. Kamar ini ditempati oleh temanku, dan aku ingin bertemu dengannya." Tanpa curiga sedikit pun pelayan kamar itu membiarkan pintu kamar terbuka dan pergi dengan mendorong trolinya.

Di dalam kamar, Sarah melihat seorang pria dari belakang, pria itu memiliki tubuh yang tinggi dan sedang mengenakan jubah mandi.

'Pria ini bisa!' pikir Sarah. Ia mendorong Lala dengan kasar ke dalam kamar tanpa ragu-ragu, dan dengan cepat menutup pintu.

Sarah mendongak untuk mencari keberadaan kamera pengawas. Untungnya, kamar itu terletak di titik buta dan ia tidak menemukan apa yang dicarinya.

Sambil merapikan rambut panjangnya yang bergelombang, ia pun pergi menuju kamar lain seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Di dalam kamar ujung koridor lantai delapan, Lala disergap kebingungan, entah bagaimana ia bisa sampai di kamar ini. Sebuah kamar dengan cahaya remang di mana saat ini seorang pria berbalik dan menatapnya dengan tajam.

Ia menggigil, merasakan betapa dinginnya tatapan pria di hadapannya.

Rasa tidak nyaman menyerang dan membuatnya tidak dapat berpikir tentang semua kejadian ini. Dengan terhuyung-huyung ia mencoba untuk berdiri dan menghampiri pria itu. Ia membutuhkan sesuatu. Tapi ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya dibutuhkannya.

"ENYAH!" teriak Heri Nasution, nama pria yang sedang bersama Lala saat ini. Kini ia dapat melihat wajah Lala dengan jelas setelah wanita itu berusaha menghampirinya.

Untuk pesta ulang tahunnya, penata rias profesional telah menata rambut hitam panjang Lala menjadi kepang yang indah, semakin menonjolkan kecantikan dan keanggunannya. Mengenakan gaun terusan berwarna putih, bentuk tubuh Lala yang menawan dan seksi pun semakin terlihat jelas.

Bagian bawah gaunnya berbentuk busur, dihiasi berlian kecil yang bersinar, menampakkan kaki putihnya yang jenjang di sisi kanan.

Sandal berhias berlian dengan hak setinggi 3 inci semakin menampilkan karakter Lala yang menyenangkan, jujur, dan tulus.

Dengan tidak sopan Lala melepas salah satu sandal yang dikenakannya itu hingga terlihat seakan dia menendangnya. Pada cermin yang ada di dekatnya, ia melihat rona merah yang tidak wajar di wajahnya.

"Aku merasa tidak enak badan. Bolehkah aku minta segelas air dingin?" Lala mencoba melepaskan sandal yang tersisa di kakinya dengan cara yang sama.

Sandal itu akhirnya terlepas dan terlempar sejauh tiga meter setelah Lala memeluk leher pria itu dengan tangan kanannya.

Hanya dari samar aroma parfum yang dikenakannya, orang bisa tahu bahwa Lala bukanlah perempuan biasa, wangi bunga lili air dengan kombinasi bunga bakung lembah yang dikeluarkan oleh Indulgence, salah satu merek ternama di dunia.

Dari ujung kepala hingga ujung kaki wanita ini, satu kata yang bisa mewakili apa yang ditampilkannya, keanggunan. Seorang wanita muda yang kaya salah masuk kamar? Apa mungkin?

Heri melepaskan pelukan Lala di lehernya dan kemudian tanpa ragu berjalan menuju pintu.

Karena gagal menopang tubuhnya, Lala jatuh berlutut dengan satu tangannya masih dipegang oleh Heri.

"Apa yang terjadi di sini?" Heri menjadi tidak sabar, ia melepaskan genggamannya pada tangan Lala dan hendak menelepon meja resepsionis.

Tepat ketika ia mengangkat gagang telepon, tanpa ia sadari Lala telah berdiri dan memeluknya di pinggang dari belakang.

"Aku merasa panas. Tolong selamatkan aku." Caranya yang memohon dengan lembut memiliki pesona khusus di malam yang gelap ini.

"Jadi siapa yang memberitahumu tentang kedatanganku di Kota Daka hari ini, dan siapa yang mengirimmu..." Heri meletakkan kembali gagang telepon dan kemudian menatapnya dengan dingin dan tajam.

Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, Lala mendorongnya dengan keras ke sofa dan menerkamnya.

"Hei! Aku... sedang tidak enak badan sekarang. Aku memerintahkan... kamu untuk menyelamatkanku!"

Memerintahnya?

Heri berusaha mendapatkan kembali ketenangannya, ia mencibir dan mendorong tubuh Lala menjauh tanpa ragu.

Memang harus diakuinya wanita ini sangat menawan. Namun siapa pun yang mengirim wanita ini pasti meremehkan kemampuannya untuk mengendalikan diri.

"Untuk terakhir kalinya, ENYAH!"

Lala terhuyung mundur beberapa langkah sebelum akhirnya terdiam. Ia hampir tidak bisa mendengar perkataan Heri. Satu-satunya yang ia rasakan adalah dirinya semakin menderita melihat bibir tipis Heri yang menawan bergerak membuka dan menutup saat pria itu berbicara.

Lala membuka ritsleting tak terlihat di bagian belakang gaunnya, sehingga penutup tubuhnya itu jatuh ke bawah tanpa suara.

Dihadapkan dengan tubuh telanjang Lala, Heri kehilangan kendali. Sepertinya ia memiliki saingan kuat, yang telah dengan berani mengirim wanita luar biasa cantik ini padanya.

Meskipun dalam kondisi yang tidak sadar, namun Lala tahu bahwa pria itu akan mengusirnya kembali. Ia menerkam pria itu lagi.

Heri tidak dapat mengendalikan dirinya lagi.

"Aduh! Sakit. Sialan!"

Heri terkejut dengan reaksi normal Lala selama beberapa detik berikutnya. Pria itu melambat dan mengubah posisi beberapa kali.

Pada akhirnya, Heri tidak memberinya belas kasihan.

Keduanya baru tertidur lelap ketika waktu telah menjelang fajar.

Matahari telah bersinar dengan terang.

AC yang disetel pada suhu yang terlalu rendah membangunkan Lala dari tidurnya. Ia membuka matanya, bermaksud menarik selimut agar ia bisa kembali tidur dengan nyenyak.

Namun ternyata selimut yang dicarinya tergeletak di lantai.

Tunggu! Ada yang salah. Kenapa seluruh tubuhnya terasa sakit? Kenapa ia tidur di hotel?

Lala langsung duduk dan tidak menemukan ada orang lain di kamar mewah ini, namun ia memerhatikan bahwa di lantai adalah pakaiannya dan pakaian orang lain dan... jubah mandi?

Ia menatap tubuhnya sendiri dengan kaget. Sebagai seorang wanita yang sudah dewasa, ia tahu betul apa yang telah terjadi padanya.

Tapi bagaimana hal itu bisa terjadi?

Bukankah tadi malam Sarah mengantarkannya ke atas untuk beristirahat? Apa yang sebenarnya terjadi setelahnya? Siapa pria itu?

Sialan! Ia sama sekali tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi.

Duduk di tempat tidur dengan penuh kebingungan, hampir saja Lala menangis.

Lala turun dari tempat tidur, dengan kaki yang terasa lemah berusaha pergi ke jendela dan menyingkap tirainya.

Cahaya matahari yang menyilaukan mata menunjukkan bahwa saat ini sudah lebih dari tengah hari. Ia menduga ini sudah sore.

Lala masih belum paham kenapa hal yang begitu buruk bisa sampai terjadi padanya. Apa yang salah?

Melihat pemandangan yang ada di jendela, ia tahu bahwa dirinya masih berada di Hotel Mandapa. Pemandangan di luar cukup indah. Angin sepoi-sepoi yang bertiup dan mengayunkan tirai jendela, membawa aroma bunga. Tirai jendela berwarna merah muda itu berkibar tertiup angin yang berhembus. Sungguh suasana dan pemandangan yang menyenangkan. Namun saat ini dia sedang tidak ingin menikmati semuanya itu.

Ia sama sekali tidak mengerti Ia menggosok alisnya, sambil menghela napas seakan ingin membuang pikiran yang saat ini membebaninya. Dalam masalah ini, tidak ada kata-kata yang berguna.

Di meja samping tempat tidur, Lala melihat ada dua kotak kemasan yang sangat indah. Ia membuka kotak itu dan di dalamnya tampak sepotong gaun sifon putih.

Lala berencana untuk mandi dan meninggalkan tempat ini sesegera mungkin. Dengan susah payah ia berjalan ke kamar mandi, dan menemukan beberapa perlengkapan mandi pria yang mahal. 'Ini pasti milik pria itu' tebaknya.

Lala menggelengkan kepala, dan kemudian menyalakan keran bak mandi. Setelah bak mandi penuh dengan air hangat, Lala pun berendam dan tenggelam dalam pikirannya.

"Siapa pria tadi malam?"

Ia bergumam dan berusaha mengingat kejadian di malam liar yang baru saja dilaluinya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku