Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Aku Yang Di hina Miskin Jadi Kaya

Aku Yang Di hina Miskin Jadi Kaya

Amy Sity

5.0
Komentar
2.2K
Penayangan
36
Bab

Nur adalah seorang menantu yang berasal dari keluarga kurang berada, Sedangkan Andi-Suaminya adalah lelaki yang berasal dari keluarga Mampu. Nur sering di hina karena dia miskin, sakit hati membuat Nur bertekad membuka usaha, semakin lama usahanya maju pesat hingga Nur kaya raya. Saat materi sudah di milikinya, Nur malah di khianati.

Bab 1 Hajatan di rumah Ipar

Part 1

"Nur, Andi. Tanggal 23 ini di rumah kakak ada hajatan ngunduh Mantu si Jeki, jangan lupa kalian datang lebih cepat, kalau bisa nginap sekalian dirumah kakak, apalagi kamu, Nur. Kamu itu harus bantu bantu dirumah Kakak, jangan datang cuma makan aja, awas kamu! " Celetuk Iparku dengan muka judesnya, dalam hati sangat dongkol dan geram tapi ku tahan agar tidak bertengkar di depan Mas Andi, Suamiku.

"Iya, Kak. Kami akan datang lebih cepat kok, ya kan, Mas? "

"Iya, Kak. Kakak gak usah khawatir. Bila perlu Anda akan libur kerja biar bisa bantu acara kakak"

Mas Andi begitu patuh dan nurut sama kakaknya, apapun yang kakaknya katakan pasti di patuhi, beda cerita jika Aku yang minta, banyak sekali alasan.

"Ya sudah kalau gitu, kakak pulang, ingat ya. Jangan telat datang kalian"

"Iya, Mbak. " Sahut kami kompak.

***

Hari ini, dirumah Kakak Iparku akan di adakan pesta ngunduh mantu anaknya, jauh jauh hari kakak Ipar sudah mewanti wanti agar aku dan Mas Andi untuk bantu bantu dirumah kakak Ipar.

Suamiku, anak paling bungsu dari lima saudara. Kakak ipar yang punya hajat adalah anak pertama namanya Mba Ati, mereka lima bersaudara dua perempuan tiga laki laki.

Aku adalah ipar paling bungsu dikeluarga suami. Setelah menikah, kami memutuskan mengontrak rumah, karena belum punya uang untuk membangun rumah sendiri, ditambah penghasilan suamiku yang tak seberapa dari hasil ojek.

Sementara, kakak dan Abang iparku semua sudah memiliki rumah sendiri dari usaha masing masing, bisa dibilang kami lah yang paling miskin diantara keluarga suamiku.

Semenjak menikah, suami menyuruhku agar dirumah saja, menjadi ibu rumah tangga. Kuturuti saja kemauan suamiku karena Aku ingin menjadi istri yang baik dan berbakti pada suami.

________

Sehari sebelum acara pesta, aku dan Mas Andi sudah menginap dirumah kakak ipar pertama, mbak Ati. Dan itu atas permintaan kakak ipar ku.

Aku dan suami mengerjakan apa saja yang bisa kami bantu, memasak, mencuci piring, membersihkan ikan, membersihkan rumah, dan sebagainya.

Sementara kulihat ipar-ipar lain mereka hanya datang terlambat dan hanya makan makan saja. Tak sepertiku yang sedari kemarin sudah pontang panting didapur. Mungkin mereka terlalu sibuk mengurus usaha suaminya jadi tak sempat bantu masak apalagi mencuci wajan yang luar biasa kotor.

Pesta pun usai, malam pun tiba. Semua tamu undangan pulang kerumahnya masing masing, tinggallah keluarga inti dirumah mbak Ati, Kakak iparku.

Yang membuatku sedih dan miris adalah, ipar lain yang datang terlambat, datang hanya untuk makan makan saja, tapi justru mereka dikasih rantang satu persatu lengkap dengan isinya. aku melihat dengan mata kepala ku sendiri. sedih sekali hatiku, mereka tak menghargai lelahku dari kemarin.

Sedangkan aku yang dari kemarin pontang panting mengerjakan semua pekerjaan , sampai suamiku libur kerja demi bantu acara kakak nya.

Tak ada satu rantang pun yang aku terima. Aku bukan mengharap balas jasa, tapi ini tidak adil bagiku dan mas Andi.

Kami yang capek dari kemarin sampai menginap dirumah mbak Ati demi bisa membantu acara hajatannya. justru tak ada barang secuil makanan yang disisakan untuk kami.

Sedih sekali rasanya, mengapa kakak ipar melilih kasih. Mengapa aku tak diberikan hal yang sama seperti adik iparnya yang lain.

Apa karena ipar lain kaya, sedangkan aku miskin?

Kulirik dapur kakak ipar, hanya nasi putih dan sambal goreng kering yang tersisa.

Suamiku menyuruhku untuk membawa pulang lauk untuk makan dirumah karena seharian suami tidak bekerja. Sehari saja suamiku tak mengojek maka tak ada pemasukan bagi kami, otomatis dapur kami tidak bisa memasak apa apa.

Apa yang bisa kubawa pulang?

Hanya secuil sambal goreng kering dan nasi putih yang Teronggok dalam termos.

Sedih sekali rasanya, pengorbanan dan perjuanganku dan suami tak dihargai.

Sia sia saja aku membantunya dari kemarin, aku ingin marah tapi ku urungkan amarahku, mengingat aku menantu baru dikeluarga ini.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Amy Sity

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku