Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PRESDIR LUMPUH & GADIS MISKIN

PRESDIR LUMPUH & GADIS MISKIN

aileenblack

5.0
Komentar
4.3K
Penayangan
43
Bab

Alex, seorang presdir kaya pemilik berbagai produk kimia dan dosen di sebuah universitas. Memiliki banyak aset berharga namun menderita penyakit polio sejak lahir membuatnya menjadi lelaki lumpuh dan bersifat dingin, menolak segala bentuk tatapan kasihan dari orang-orang. Sampai suatu saat dia berjumpa dengan Claire,mahasiswi di tempatnya mengajar, putri seorang kupu-kupu malam dan sedang menghadapi kehidupan yang sangat keras. Alex merasakan sesuatu yang berbeda saat dia memikirkan Claire. Perasaan hangat yang sangat menyenangkannya. Dia mulai melakukan banyak hal termasuk berkorban untuk Claire demi mendapatkan hatinya. Namun, saat hati yang indah itu sudah di milikinya, Claire malah berusaha mengejar mimpinya dan menjanjikan Alex yang malang sebuah penantian yang panjang. Saling jatuh cinta dan mencoba untuk bersama. Akankah cinta berpihak pada mereka?

Bab 1 SI CACAT

Butir-butir keringat berjatuhan dari dagu persegi seorang pria. Suara napas terdengar memburu cepat, uap putih berhamburan keluar dari mulutnya yang terbuka. Telapak tangan yang lebar mencengkeram keras roda besi dingin dan memaksanya untuk terus berputar. Menggerakkan roda-roda yang menggantikan kedua kakinya untuk membawanya mendekati sumber gelisah dan racun kegilaannya. Seperti serangga yang mendamba api.

Ia memeras kursi rodanya untuk melaju secepat mungkin di atas jalanan sepi menanjak. Menerobos kabut putih berbalut kegelapan pekat tengah malam tanpa ragu, resah telah membutakan akal sehatnya, mendesaknya menggilasi jalanan yang belum pernah dikenal rodanya.

Samar-samar terdengar gemersik daun-daun pepohonan sekitar jalanan, menari oleh angin malam yang menyakiti ranting-ranting mereka. Binatang-binatang malam bersuara silih berganti, mengejeknya atau memberinya semangat. Pria malang terlihat mulai mengutuk dirinya sendiri. Selama hidupnya, belum pernah sekali pun ia melanggar prinsipnya sendiri, membuang logika yang sudah membuatnya sukses dan terkenal. Kini semuanya telah lenyap berganti gelisah, hasrat dan kegilaan yang sedang menjeratnya.

“Seumur hidupku!” makinya pada hampa malam.

Berjuang sejauh dua kilometer dengan kursi rodanya, setengah jarak perjalanan yang ingin dituju, ia melihat jalanan menanjak tinggi di hadapannya. Tidak terbersit sedikitpun pikiran untuk kembali dan kalah pada tantangan bisu dihadapannya. Merapatkan gigi, kembali ia memacu kekuatannya untuk menaklukkan rintangan di depannya, yang mana di masa lalu, ia pernah bersumpah tidak akan pernah melakukan kebodohan dengan melewati tanjakan tinggi dengan kursi roda seperti orang-orang cacat lainnya yang terus berjuang.

Aku bukanlah pejuang! Aku hanyalah budak pena pengangkat buku dan penunggu rumah!

“Sialan!!!!" Kini ia hanyalah seorang manusia bodoh yang pernah ia hinakan. “Sialan!!!!”makinya kembali.

Tangannya berjuang keras mendorong dirinya untuk mencapai ujung tanjakan.

Pada akhirnya, setiap manusia akan mencintai sesuatu. Dan cinta akan menguasai diri mereka hingga mereka melupakan diri mereka, bahkan kematian terlihat kerdil di hadapannya.

Di akhir jalanan yang menanjak, kursi roda berhenti bergerak. Kepalanya menengadah ke atas, mulut terbuka lebar membujuk masuk udara, berjuang keras mengumpulkan kembali kekuatan dengan tenggorokan yang haus. Belum pernah sebelumnya ia memaksa kursi rodanya bergerak hingga kedua tangannya menjerit kesakitan.

“Claire,”bisik lirih dari bibirnya.

Sebuah nama yang telah merengut kewarasannya. Ia harus segera mencapai tempat gadis itu. Bayangan seorang gadis segera menyalakan sesuatu dalam dirinya dan memaksa kedua tangannya yang lelah untuk kembali bergerak mendorong kursi rodanya. Untuk gadis itu, untuk sebuah senyuman di wajahnya, ia rela melakukan apa pun juga. Sejak Claire muncul dalam hidupnya, gadis itu sudah menjadi seluruh hidupnya.

Matanya menajam dan kursi roda bergerak meluncur menuruni jalanan turun yang segera meluncurkannya dalam kecepatan tinggi. Udara dingin segera menyambutnya, membuat wajah dan tubuhnya menggigil kedinginan. Dan selama ini, ia mengira hanya orang bodoh yang memacu kursi roda mereka dalam kecepatan tinggi tanpa memedulikan keselamatan.

Mengeraskan tekad, ia menggerakkan tangannya untuk menambah kecepatan putaran roda. Pada sebuah tikungan jalanan, dengan cepat ia berusaha mengendalikan kursi roda, berjuang memutar arah roda yang bergerak terlalu cepat untuk menikung. Mendadak kursi roda bergerak liar mengguncang tubuhnya, roda-roda melayang hilang kendali dan melompat keluar dari jalanan beraspal.

Tubuhnya bergerak miring dan tanah mendadak begitu dekat dengan wajahnya. Beberapa detik kemudian ia merasakan hentakan kuat pada seluruh dirinya yang menghajar tanah dan tubuhnya terseret menjauhi kursi roda yang terbalik. Rasa sakit menyerang tubuhnya yang tertidur di atas tanah.

Mungkin... Ia hanya rela melakukan apa pun untuk Claire, selama gadis itu tidak mengetahuinya. Selama gadis itu tidak berbalik membencinya atas apa yang telah diperbuatnya.

***

Seorang gadis muda menangis dalam diam. Bibirnya tergigit menahan rasa sakit yang mendesak dada.

Tuhan, aku mohon bimbinganmu. Tunjukkanlah bagiku dan adikku sebuah jalan keluar. Sungguh jalan ini terlalu berat untuk dapat kami lalui sendiri.

Duduk di atas kursi sofa restoran cepat saji, tangannya menyentuh dahi gadis kecil berumur lima tahun yang tengah tertidur lelap, bersandarkan pada pahanya. Dahi gadis kecil berkeringat dan beberapa helai rambut kecil terlihat lengket di atasnya. Sekeliling tempat mereka terlihat gelap. Gadis yang sedang menetaskan air mata, Claire, takut menghidupkan lampu restoran demi menghemat biaya listrik. Ia sudah memohon pada pemilik restoran tempatnya bekerja untuk dapat tinggal semalaman. Ia tidak akan berani merepotkan lebih dari ini lagi. Wajahnya masih berdenyut panas bekas tamparan dari ibunya. Teriakan ibunya masih terngiang dalam pikirannya.

“Aku menyesal telah melahirkanmu! Dari dulu sudah kukatakan, lebih baik kamu menjadi pelacur sepertiku daripada pergi kuliah. Kamu sama sekali tidak memberiku uang sepeser pun.”

“Aku akan menjual Ayu, itu adalah hakku. Aku yang melahirkannya, dan kamu! Apa yang sudah kamu lakukan padaku selama ini selain menyusahkan hidupku!”

Air mata kembali mengalir turun. Ia melihat pada wajah polos gadis kecil yang terlelap. Ayu adalah adik tirinya yang berlainan ayah. Masih berumur lima tahun dan dirinyalah yang mengurusnya sejak bayi. Ada begitu banyak perasaan kasih dan cintanya pada adik tirinya. Ia ingin memberikan dunia dan semua kebahagiaan padanya, namun kedua tangannya terlalu papa untuk memberikan apa pun.

Apakah ada nilai dari sebuah cinta yang miskin kekuatan dan materi?

Ibunya, seorang mantan pelacur yang sudah lama tidak mendagangkan diri lagi, selalu duduk di atas sofa tua dalam rumah, menonton televisi sambil menyalakan rokok di bibir dan meneguk minuman keras.

Selama ini, dirinyalah yang terus bekerja keras untuk menyediakan makan bagi ibu, ayah tiri dan adiknya.

Akan tetapi, semua itu tidak pernah cukup bagi ibunya. Sungguh, ia tidak dapat membahagiakan wanita yang melahirkannya dengan memberikan minuman keras, jika uang untuk sekedar mencukupi makanan mereka saja sudah begitu sulit untuk didapatkan.

Setitik air mata mengalir jatuh dari mata Claire. Bibirnya bergetar hebat. “Aku sudah bekerja mati-matian. Aku sudah makan sekali satu hari demimu. Apalagi yang kamu inginkan dariku! Semua yang sudah aku lakukan tidak pernah cukup di matamu. Apakah setelah aku mati baru kamu puas!!”

Pagi ini ibunya telah mencuri masa depan dan semua harapan yang pernah dimilikinya. Claire menggigit keras bibirnya, berusaha menahan isak tangis yang hendak menerjang keluar. Takut adiknya akan terbangun oleh suara tangis. Hatinya terasa sakit dan pedih. Namun, ketidakberdayaannya jauh lebih menyakitkan lagi.

Adakah yang dapat membantuku keluar dari semua masalah ini? Sungguh terlalu berat bagiku untuk menjalani hidup seperti ini. Aku dapat hancur sewaktu-waktu.

***

Alex mendapati tulang-tulangnya menjerit kesakitan, kulitnya penuh luka lecet, tubuhnya basah oleh keringat, bibir dan tenggorokannya terasa kering. Pada telapak tangannya timbul gelembung-gelembung berair di bawah kulit. Ia baru saja tiba di depan sebuah restoran cepat saji yang menjual burger dan minuman soda. Dadanya terlihat kembang kempis memaksa udara untuk masuk dan keluar dari paru-parunya dengan susah payah. Matanya menatap erat ke dalam kaca jendela restoran yang gelap. Tidak berhasil menangkap bayangan apa pun melalui kaca itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh aileenblack

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku